Thursday 30 March 2017

SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK

SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK
Klasifikasi Kelompok dan Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi
Kelompok dapat diklasifikasikan dalam empat dikotomi, yaitu: primer, sekunder, ingroup-outgroup rujukan-keanggotaan, dan deskriptif-prespektif. Kelompok mempengaruhi perilaku komunikasi dalam 3 hal, yaitu: konformitas, fasilitas sosial, dan polarisasi.
Penelitian menunjukkan bahwa kelompok berkembang melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut adalah: orientasi, konflik, kemunculan (emergence), dan penguatan (reinforcement). Adanya kelompok juga menyebabkan terbentuknya budaya kelompok. Budaya kelompok ini berfungsi untuk: (1) membentuk identitas kelompok, dan (2) memberikan rasa kebersamaan dalam kelompok.
Penelitian menunjukkan bahwa kelompok berkembang melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut adalah: orientasi, konflik, kemunculan (emergence), dan penguatan (reinforcement). Adanya kelompok juga menyebabkan terbentuknya budaya kelompok. Budaya kelompok ini berfungsi untuk: (1) membentuk identitas kelompok, dan (2) memberikan rasa kebersamaan dalam kelompok

Efektivitas, Pengambilan Keputusan dan Konflik dalam Kelompok
Efektivitas kelompok dipengaruhi oleh dua factor, yaitu: factor situasional (karateristik kelompok dan factor personal (karateristik para anggota kelompok).
Faktor situasional meliputi:
a.       ukuran kelompok,
b.      jaringan komunikasi,
c.       kohesi kelompok,
d.      dan kepemimpinan.

Sedangkan factor personal meliputi:
a.       kebutuhan interpersonal,
b.      tindak komunikasi,
c.       peranan.
Aktivitas penting lainnya di dalam kelompok adalah pengambilan keputusan. Pengambilan dapat dilakukan dengan cara: consensus, kompromi, pengambilan suara mayoritas, keputusan oleh pemimpin, dan orbitrasi.

Konflik dalam kelompok tidak dapat dihindari. Ada dua dimensi penting dalam konflik, yaitu: ketegasan dan kerja sama. Jika dikombinasikan maka kedua dimensi tersebut menghasilkan lima gaya sikap.

SIFAT-SIFAT INOVASI DAN KECEPATAN ADOPSINYA

SIFAT-SIFAT INOVASI DAN KECEPATAN ADOPSINYA

SIFAT-SIFAT INOVASI

5 Macam sifat inivasi
            1. keuntungan relatif
            2. kompatibilitas
3. kompleksitas
4. trialabalitas
5. observabilitas.

Keuntungan Relatif
            Keuntungan relatif adalah tingkatan dimana suatu ide baru dianggap membawa sesuatu yang lebih baik dari ide-ide sebelumnya. Welkening (1952) menyelidiki krisis iklim terhadap pengadopsian alat pengering rambut di kalngan petani Wisconsin. Pengadopsian beranjak dari 16% pada tahun 1950 menjadi 48% pada tahun 1951. karna pada saat itu musim dingin dan musim hujan mennjadi penyebab petani menggunakan pengering rambut untuk mengeringkan jerami.
            Jadi pada intinya berkembangnya suatu inivasi banyak di sebabkan karna faktor luar, misalkan pada tahun 1951 itu cuaca panas, maka petani tidak akan mengunakan inovasi baru itu. Karna cuaca yang panas tidak berpengaruh terhadap petani, justru menguntungkan  mereka utuk mengeringkan jeraminya.
            Suatu peristiwa juga biasa membuat suatu inovasi cepat di adaopsi oleh masyarakat.

KEUNTUNGAN RELATIF DAN KECEPATAN ADOPSI
            Dari penyelidikan yang ada menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara keuntungan relative dengan kecepatan adopsi. artinya lebih besar keuntungan relative suatu inovasi menurut pengamatan msyarakat, semakin cepat inovasi itu di adopsi.
            Kebanyakan para ahli ilmu social menyatakan bahwa indikator keuntungan reltif yang paing menonjol pengaruhnya adalah keuntungan yang bersifat ekonomis. Tetapi takselamanya begitu: dimensi keuntungan relative yang non ekonomis seperti prestise sosisl dan penerimaan social dapat pula di harapkan sebagai penjelas kecepatan adopsi.
             Contohya daging sapi di India dimurahkan sampai setengahnya, orang-orang hindu takakan membeli dan memakannya. Karena peningkatan keuntungan relative suatu inovasiharus agak luar biasa agar dapat berpengaruh kecepatan adopsinya lebih besar. Setidak-tidaknya 25 atau 30%. Dan masyarakat yang masih sederhana tidak mungkin mrmbedakan apakah inovasi itu menguntungkan atau tidak jika keuntungan relatifnya hanya berbedasekitar 5 atau 10%.
            Jadi kecepatan adopsi bagi kebanyakan orang mungkin tergantung pada aspek-aspek keuntungan relative yang bersifat ekonomis saja dan hal ini tidak cocok bagi masyarakat yang masih sederhana, dimana aspek-aspek ekonomis dari keuntungan relative dan kompatibilitas mungkin mempunyai siknifikansi yang lebih besar dalam menjelaskan kecepatan adopsi.
            Artinya cepat tidaknya suatu inovasi di adopsi oleh masyarakat, itu tergantung dari kebiasaan, perubahan zaman kemajuan suatu ilmu pengetahuan menuntut masyarakat harus menggunakan cara dan kebiasaan sesuai dengan zaman dan kebutuhan yang di hadapi.

KETERHUBUNGAN DENGAN NILAI-NILAI

            Seperti yang terjadi di India kebudayaan yang terjadi disana telah mencegah pengadopsian “ memakan daging” India berpenduduk sekitar 520 juta dan punya 200 juta sapi yang di pandang suci. Tidak ada sapi yang boleh di sembelih dan juga sapi perah yang baik tidak boleh di perah susunya. Kenyataan ini, ditambah lagi kurangnya lembu itu dari makanan bergizi menyebabkan hasil rata-rata pemerahan susu hanya menghasilkan 900 pon setahunnya.
            Artinya suatu inovasi harus juga memandang nilai kebudayaan di suatu daerah agar inovasi itu bias diterima dengan baik. Karana apabila ada suatu inovasi yang bertolak belakang dengan nilai kebudayaan setempat jelas sudah inovasi itu tidak akan di terima,

KETERHUBUNGAN DENGAN IDE-IDE YANG DI
PERKENALKAN SEBELUMNYA
           
            Suatu inovasi selain berhubungan dengan nilai-nilai kultural yang sudah terjadi di masyarakat, suatu inovasi harus berhubungan dengan ide-ide yang telah di terima sebelumnya. Agar mayarat dapat mempercepat atau menghambat kecepatan adopsi. Alat lama untuk menksir ide baru.

KETERHUBUNGAN DENGAN KEBUTUHAN KLIEN

            Orang menciptakan suatu inovasi harus juga tau apa kebutuhan klien atau masyarakat, sehingga masrakat dapat mengetahui kebutuhan nyata yang di rasakan, cara mengetahuinya bias dengan cara informal dalam kontak-kontak inter personal dengan klien atau survai dapat di pergunakan untuk menentukan kebutuhan klien terhadap inovasi.
            Seperti yang kita tahu kadang klien itu tidak mengetahui bahwa mereka membutuhkan suatu inovasi karena mereka tidak mengetahui adanya ide baru itu dan atau efek apa yang di timbulkan oleh inovasi itu.

KOMPATIBILITAS DAN KECEPATAN ADOPSI

            Sebuah penelitian menunjukkan bahwa keterhubungan inovasi dengan situasi klien berhubungan positif dengan kecepatan pengadopsianya. Akan tetapi analisa satistik terhadap hal ini menunjukkan bahwa kompatibilita inovasi relative kurang penting dalam memprediksi kecepatan inovasi di bandingkan dengan keuntungan relative.
            Kesenangan klien dapat berpengaruh klien itu mau mengadopsi inovasi itu atau tidak, karna klien juga mempertimbangkan suatu inovasi dengan dirinya dan keuntungan relatifnya. Sehingga inovasi itu dapat di terimanya

             
PAKET INOVASI
           
             Inovasi masih dipandang sebagai suatu yang tunggal maksudnya disini tidak bisa berdiri sendiri oleh seorang,melainkan suatu paket atau komplek ide-ide baru yang saling berkaitan.Pengadopsian suatu ide baru bisa merupakan pemetik picu bagi pengadopsian ide-ide baru lainnya.Hal itu memang benar sesuai dengan tujuannya suatu inovasi baru di ciptakan selalu berhubungan dengan ide yang terdahulu. 
             Kemudian ditentukan lah kelompok inovasi seperti;
  1. Kompleksitas (kerumitan inovasi).
Adalah tingkat dimana suatu inovasi dianggap relative sulit untuk dimengrti dan digunakan .
  1. Triabilitas (dapat dicobanya suatu inovasi)
Adalah suatu tingkat dimana suatu inovasi dapat dicoba dengan skala kecil.
  1. Observabilitas (dapat diamatinya )
Adalah tingkat dimana hasil-hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain.

KECEPATAN ADOPSI

            Kecepatan adopsi adalah tingkat kecepatan penerimaan inovasi oleh angota system sosial. Hal-hal yang dapat menjadi fariabel penjelas kecepatan adopsi adalah:
  1. Tipe keputusan inovasi
  2. Sifat saluran komunikasi yang dipergunakan untuk menyebarkan inovasi Dallam proseskeputusan inovasi.
  3. Ciri-ciri sistim sosial
  4. Gencarnya usaha agen pembaru dalam mempromusikan inovasi.

Empat tipe diatas saling berkaitan satu sama lainnya.

EFEK DIFUSI

            Efek difusi adalah pertumbuhan kumulatif tingkat pengaruh system sosial terhadap seseorang untuk menerima atau menolak inovasi , yang bersumber dari bertambahnya kecepatan penyebaran inovasi dalam system sosial, maksudnya jika hanya 5% anggota system sosial yang mengetahui dan mengenal ide baru,  tingkat pengaruhnya terhadap seseorang untuk menerima atau menolak inovasi itu akan sangat berbeda  jika telah 95 % anggota system sosial yang menerima inovasi.

OVERADOPSI


            Overadopsi ialah pengadopsian suatu inovasi oleh seseorang padahal menurut para ahli itu seharusnya ia menolak. Fanktor yang mempengaruhinya antara lain: kurang nya pengetahuan yang cukup mengenai inovasi itu, tidak mempunyai adaptor memperkirakan akibat-akibatnya. Biasanya masyakat yang seperti ini adalah orang-orang yang ingin selalu mencoba hal-hal yang baru, walau pun hal itu tidak baik.

PERAN MAKROFAUNA TANAH SEBAGAI PEROMBAK BAHAN ORGANIK (Makalah Biologi Tanah)



BAB I
PENDAHULUAN
Tanah merupakan bagian dari tubuh alam yang menutupi bumi dengan lapisan tipis, di sintesis dalam bentuk profil dari pelapukan batu dan mineral, dan mendekomposisi bahan organik yang kemudian menyediakan air dan unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman. Yang membuat tanah itu subur diantaranya pelapukan lanjut, bahan mineralogi, kapasitas pertukaran kation (KPK) yang tinggi, kelembaban air, pH netral dan kelebihan garam.
Tanah bersifat sangat penting bagi kehidupan, sehingga perlindungan kualitas dan kesehatan tanah sebagaimana perlindungan terhadap kualitas udara dan air harus sangat dijaga. Namun banyak faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kesehatan tanah tersebut, misalnya kadar hara yang terkandung dalam tanah, vegetasi, iklim, sifat fisik dan kimia tanah.
Kesehatan tanah itu sendiri dapat didefinisikan secara umum sebagai kemampuan berkelanjutan dari suatu tanah untuk berfungsi sebagai suatu sistem kehidupan yang penting di dalam batas-batas ekosistem dan tata guna lahannya, untuk menyokong produktivitas hayati, meningkatkan kualitas udara dan lingkungan perairan, serta memelihara kesehatan tanaman, hewan dan manusia.
Kualitas tanah dapat didefinisikan secara umum sebagai kemampuan tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang bergizi dan aman secara berkelanjutan, serta meningkatkan kesehatan manusia dan ternak, tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya dan lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi kualitas tanah pada bagian fisiknya adalah tekstur tanah, bahan organik, agregasi, kapasitas lapang air, drainase, topografi, dan iklim. Sedangkan yang mempengaruhi pada bagian pengolahannya adalah intensitas pengolahan tanah, penambahan organik tanah, pengetesan pH tanah, aktivitas mikrobia dan garam.
Bahan organik berperan terhadap kesuburan tanah dan berpengaruh juga terhadap ketahanan agregat tanah. Bahan organik mempunyai pengaruh terhadap warna tanah yang menjadikan warna tanah coklat kehitaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Tumbuhan menjadi sumber utama bagi bahan organik, pada keadaan alami tumbuhan menyediakan bahan organik yang sangat besar, akibat pencernaan oleh mikroorganisme, bahan organik tercampur dalam tanah melalui proses infiltrasi. Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah yaitu, kedalaman tanah yang menentukan kadar bahan-bahan organik yang terdapat pada kedalaman 20 cm dan makin ke bawah makin berkurang.
Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Makrofauna tanah berperan penting dalam pengangkutan tanah. Makrofauna tanah merupakan hewan tanah yang dapat dilihat secara langsung dengan mata tanpa bantuan mikroskop (> 11 mm), misalnya tikus, cacing tanah, Arthropoda, Chilopoda (kelabang), Diplopoda (kaki seribu), Arachnida (lebah, kutu, dan kalajengking), Insekta (belalang, jangkrik, semut, dan rayap), dan Moluska.
Makrofauna sebagai pencampur dan pengaduk tanah, akan memacu perubahan struktur tanah yang semula bersifat kompak dan masif menjadi tanah yang bertekstur remah. Pengadukan tanah bagian bawahan dengan bagian atasan (bioturbasi) menyebabkan adanya translokasi fraksi tanah berukuran halus dari bagian bawah ke permukaan tanah. Di samping itu, bekas tempat yang dilewatinya akan membentuk liang-liang (lubang saluran), yang bermanfaat sebagai lalu lintas pertukaran udara dan pergerakan air infiltrasi. Kesanggupan mikrobia sebagai pembenah sifat-sifat tanah, mengisyaratkan bahwa kehadiran makrofauna dalam tanah sangat diperlukan untuk menjamin terciptanya lingkungan hidup yang nyaman bagi tanaman dan mikrobia yang sedang tumbuh.
Keberadaan makrofauna di dalam tanah mempercepat dekomposisi masukan bahan organik. Bahan organik segar merupakan pakan bagi makrofauna. Melalui pencernaannya terjadi penguraian bahan organik, dan sebagian hasil pengurainya dibebaskan kembali ke tanah dalam bentuk kotoran yang dihasilkannya. Oleh karena itu, kotoran makrofauna umumnya berkandungan C organik dan unsur tersedia yang lebih tinggi dibandingkan tanah disekitarnya. Namun demikian, komposisi kimia kotoran makrofauna sangat beragam, bergantung pada jenis makrofaunanya, jenis dan jumlah pakannya serta jenis tanahnya.














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah dengan fungsi sebagai habitat beragam jasad hidup, banyak diantara jasad hidup tersebut belum teridentifikasi. Berbagai spesies biota tanah tersebut bersifat peka terhadap perubahan lingkungan, praktek pengolahan tanah serta pola tanam sehingga keanekaragaman biota tanah (mikrofauna, mesofauna, makrofauna) dapat digunakan sebagai petunjuk terjadinya proses degradasi atau rehabilitasi tanah (Papendick et al., 1992).
Salah satu organisme penghuni tanah yang berperan sangat besar dalam perbaikan kesuburan tanah adalah fauna tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan organik tanah dalam penyediaan unsur hara. Makrofauna akan meremah-remah substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran.
Keberadaan makrofauna tanah sangat berperan dalam proses yang terjadi dalam tanah diantaranya proses dekomposisi, aliran karbon, bioturbasi, siklus unsur hara dan agregasi tanah. Diversitas makrofauna dapat digunakan sebagai bioindikator ketersediaan unsur hara dalam tanah. Hal ini dikarenakan makrofauna mempunyai peran penting dalam memperbaiki proses-proses dalam tanah. Sementara itu, setiap organisme mempunyai niche ekologis yang spesifik, serta nilai baik ekologis, ekonomis, atau estetika.
Diversitas makrofauna yang aktif dipermukaan tanah tidak menunjukkan adanya hubungan yang nyata dengan parameter ketersediaan unsur hara. Sebaliknya terdapat hubungan yang nyata antara diversitas makrofauna dalam tanah dengan beberapa sifat tanah (N total, porositas, dan air tersedia). Tidak adanya hubungan antara diversitas makrofauna yang aktif di permukaan tanah dengan parameter ketersediaan unsur hara tanah diduga karena makrofauna yang aktif bukan merupakan fauna asli (natrics) tetapi makrofauna yang keberadaannya sesaat untuk mencari sumber makanan (fauna exotics) (Maftu’ah dkk, 2001).
Makrofauna yang dapat mempengaruhi sifat fisika tanah diantaranya adalah semut, rayap, coleoptera (kumbang) dan cacing tanah. Semut merupakan hewan tanah yang berperan penting dalam perombakan bahan organik. Semut memakan sisa-sisa organisme yang mati dan membusuk. Pada umumnya perombakan bahan-bahan organik dalam saluran pencernaan dibantu oleh berbagai enzim pencernaan yang dihasilkan oleh mesenteron dan organisme yang secara tetap bersimbiosis dengan pencernaannya.
Semut merupakan makrofauna yang mempunyai peran sebagai pendekomposer bahan organik, predator, dan hama tanaman. Semut juga dapat berperan sebagai ecosystem engineers yang berperan dalam memperbaiki struktur tanah dan aerasi tanah. Kelimpahan semut yang tertinggi biasanya terdapat pada lapisan serasah lebih tinggi. Hal ini dikarenakan semut lebih menyukai tanah dengan bahan organik yang tinggi dibandingkan dengan bahan organik yang rendah.
Petal (1998) menyatakan bahwa koloni semut dapat menurunkan berat isi tanah sampai 21-30 % dan kelembaban tanah 2-17 %, serta meningkatkan mikroflora dan aktivitas enzim tanah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pada sarang semut mempunyai kandungan bahan organik dengan kandungan N total lebih tinggi dibandingkan tanah disekitarnya. Akumulasi bahan organik dari sisa makanan dan metabolisme akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme dan enzim tanah sehingga pergerakannya akan mempengaruhi struktur dan aerasi tanah.
Kelimpahan rayap juga dapat dipengaruhi oleh kandungan N total tanah dan kelembaban tanah. Rayap merupakan serangga yang hidupnya berkelompok dengan perkembangan kasta yang telah diketahui dengan baik kasta reproduktif (ratu) mempunyai tugas menghasilkan telur dan makannya dilayani oleh rayap pekerja. Rayap merupakan makrofauna tanah yang penting peranannya pada pembentukan struktur tanah dan pendekomposisian bahan organik serta ketersediaan unsur hara.
Kelimpahan cacing tanah dipengaruhi oleh bahan organik, dengan meningkatnya bahan organik maka meningkat pula populasi cacing tanah (Minnich, 1977). Di sekitar liang cacing tanah kaya akan N total dan C organik. Cacing tanah jenis pontoscolex corethrurus mempunyai kemampuan untuk mencerna bahan organik kasar dan mineral tanah halus (Barois dan Ptron, 1994 dalam Lavelle et all., 1998). Cacing tanah memakan kotoran-kotoran dari mesofauna di permukaan tanah yang hasil akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk feses atau kotoran juga yang berperan paling penting dalam meningkatkan kadar biomassa dan kesuburan tanah lapisan atas. Cacing tanah merupakan makrofauna yang berperan dalam pendekomposer bahan organik, penghasil bahan organik dari kotorannya, memperbaiki struktur dan aerasi tanah.
Kotoran (feses) cacing tanah mengandung banyak bahan organik yang tinggi, berupa N total dan nitrat, Ca dan Mg yang bertukar, pH, dan % kejenuhan basa dan kemampuan penukaran basa. Disini membuktikan bahwa cacing tanah berpengaruh baik terhadap produktivitas tanah. Karena cacing tanah dalam sifat kimia tanahnya berperan menghasilkan bahan organik, kemampuan dalam pertukaran kation, unsur P dan K yang tersedia akan meningkat.
Aktivitas dari makrofauna dapat mempengaruhi struktur tanah sehingga dapat memperbaiki porositas tanah. Makrofauna seperti rayap, semut, coleoptera dan cacing tanah dapat berperan sebagai ecosystem engineers. Makrofauna tersebut dapat menerima makanan dari tanaman dan akan kembali mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat fisik (Lavelle, 1994; Brusaard, 1994).


















BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN
Cacing Tanah
Cacing tanah atau Earthworm merupakan makroorganisme tanah yang hidup dalam tanah dengan sumber makanan dari bahan organik yang ada dalam tanah. Cacing tanah membantu dalam perombakan bahan organik yang ada dalam tanah menjadi berbagai senyawa dan ion yang sebagian besar berupa hara yang lebih mudah tersedia bagi tanaman. Selain itu, senyawa dan ion tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai organisme tanah lainnya, baik bermanfaat bagi makroorganisme tanah lainnya, maupun mesoorganisme tanah dan mikroorganisme tanah, sehingga merangsang pertumbuhan dan perkembangan aktivitas biologis dalam sistem tanah tersebut.
Cacing tanah menghasilkan kotoran cacing yang disebut sebagai “Casting. Casting (kotoran cacing) mengandung ion fosfat dengan kadar yang tinggi. Ion Fosfat merupakan salah satu ion esensial baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, maupun untuk pembelahan sel dan pembesaran serta perkembangan sel dari berbagai organisme tanah.
Berdasarkan habitatnya, cacing tanah dibedakan menjadi tiga yaitu :
1.      Cacing Epigeik adalah cacing yang hidup di atas tanah yang memiliki ciri cacing tersebut memakan bahan organik di atas tanah, tidak membentuk liang dan warnanya gelap.
2.      Cacing Endogeik adalah cacing yang hidup di bawah tanah atau dasar tanah yang mana memiliki ciri memakan mineral tanah, membuat liang dan tinggal di dalamnya, warnanya merah muda serta castingnya dibentuk di dalam tanah.
3.      Cacing Anesik adalah cacing yang hidupnya di atas dan bawah tanah, cacing ini sangat menyuburkan tanah karena dapat membolak-balikkan tanah sehingga banyak casting yang ditinggalkan di dalam liang. Cacing ini memiliki ciri berwarna gelap pada atas tubuhnya dan berwarna merah muda pada bagian bawah tubuhnya.
Cacing tanah memiliki peran penting bagi kesuburan tanah, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya tanah menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah sangat bermanfaat antara lain meningkatkan infiltrasi, memantapkan agregasi tanah, mengangkut bahan organik ke bagian tanah yang lebih dalam meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman.
Beberapa perbaikan sifat biologi tanah dari peranan cacing tanah antara lain :
a.       Cacing tanah bermanfaat dalam meningkatkan aktivitas organisme tanah.
b.      Cacing tanah bermanfaat dalam meningkatkan keragaman organisme tanah.
c.       Cacing tanah bermanfaat dalam meningkatkan populasi organisme tanah.
Cacing tanah dapat memperbaiki sifat kimia tanah baik secara langsung (direct effect) maupun tidak langsung (indirect effect).

Pengaruh Langsung
Cacing tanah dapat membantu dalam sirkulasi unsur hara dalam tanah. Mobilitas cacing tanah dalam sistem tanah berlangsung baik secara horizontal maupun vertikal. Mobilitas secara vertikal menyebabkan terjadi sirkulasi unsur hara dari sistem tanah bagian lebih dalam ke sistem tanah bagian atas dan terjadi juga sebaliknya. Sirkulasi unsur hara tersebut sangat menguntungkan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman. Tanah dengan populasi cacing tanah yang lebih banyak mempengaruhi terhadap peningkatan ketersediaan P bagi tanaman. Selain itu juga terjadi peningkatan pH tanah.
Cacing tanah dapat membantu dalam proses dekomposisi bahan organik yang ada dalam tanah. Proses dekomposisi tersebut akan dibebaskan berbagai unsur hara yang menjadi lebih tersedia bagi tanaman.
 Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh tidak langsung dari cacing tanah terhadap perbaikan sifat kimia tanah, dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu :
a.       Pengaruh tidak langsung intern sistem tanah.
b.      Pengaruh tidak langsung melalui proses tambahan di luar sistem tanah.
Pengaruh tidak langsung intern sistem tanah merupakan perbaikan kimia tanah karena integrasi dari berbagai perbaikan fisik-kimia tanah, kimia-biologi tanah, dan fisik-kimia-biologi tanah. Pengaruh integrasi dalam intern sistem tanah dapat mempercepat proses perbaikan sifat tanah.
Pengaruh tidak langsung melalui proses tambahan di luar sistem tanah merupakan pengaruh dari penggunaan dari proses pemanfaatan cacing tanah dalam merombak bahan organik menjadi pupuk organik yang dapat memperbaiki sifat kimia tanah. Proses ini dikenal sebagaiVermikomposting.
Vermikomposting merupakan proses pembuatan pupuk kompos plus dengan memanfaatkan aktivitas cacing tanah. Pupuk kompos yang dihasilkan dari proses ini disebut pupuk Vermikompos.
Pada tahun 1941 hasil penelitian T.C. Puh menyatakan, bahwa karena aktivitas cacing tanah, maka N, P, K tersedia dan bahan organik dalam tanah dapat meningkat. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi tanaman.  
Tahun 1949 Stockli dalam penelitiannya menjelaskan, bahwa humus dan mikroflora kotoran cacing tanah lebih tinggi dari tanah aslinya. Demikian juga percobaan pada tanah-tanah gundul bekas tambang di Ohio (Amerika Serikat) menunjukan, bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kadar K tersedia 19 % dan P tersedia 16,5 %.  
Tahun 1979, Wollny juga menyatakan bahwa cacing tanah mempengaruhi ke­suburan dan produktivitas tanah. Dengan adanya cacing tanah, kesuburan dan produkvitas tanah akan meningkat. Selain itu cacing tanah juga dapat meningkatkan daya serap air permukaan. Liang cacing tanah yang ditinggal dalam tanah berfungsi memperbaiki aerasi dan drainase. Keduanya sangat penting dalam pembentukan tanah. Cacing tanah juga membantu pengangkutan sejumlah lapisan tanah dari bahan organik. Cacing tanah juga dapat memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubang-lubang cacing dan humus secara langsung menjadikan tanah gembur.
Lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya akan lebih subur karena tanah yang bercampur dengan kotoran cacing tanah sudah siap untuk diserap oleh akar tanaman. Ca­cing tanah yang ada di dalam tanah akan mencampurkan bahan organik pa­sir ataupun bahan antara lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini juga menye­babkan bahan organik akan tercampur lebih merata.
Cacing tanah juga dapat memper­baiki dan mempertahankan struktur tanah. Lubang-lubang cacing dan humus secara langsung menjadikan tanah gem­bur. Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah. Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.









Gambar 1. Cacing Tanah








Semut
Semut terdapat hampir di semua habitat, dimulai dari tempat yang lembab sampai panas (Wallwork, 1970). Semut merupakan serangga sosial yang hidup secara berkoloni dan membentuk sarang atau gundukan tanah sebagai tempat berlindung. Biasanya jumlah koloni dari serangga sosial ini terdiri dari ratusan, ribuan sampai jutaan individu (Wallwork, 1982).
Semut termasuk ordo Hymenoptera dan famili Formicidae. Semut sangat mudah dikenali, walaupun terdapat beberapa serangga lain yang sangat menyerupai dan meniru semut-semut. Bentuk sayap semut menyerupai tabuhan-tabuhan. Salah satu sifat-sifat struktural yang jelas dari semut adalah sungut-sungut biasanya menyiku dan ruas pertama seringkali sangat panjang. Koloni mengandung tiga kasta : ratu, jantan dan pekerja. Ratu lebih besar daripada anggota kasta lainnya, biasanya bersayap, walaupun sayap-sayap yang dijatuhkan setelah penerbangan perkawinan (Elzinga, 1987).
Peran semut di alam dapat memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap hewan dan manusia. Manfaat segi positif tidak dapat secara langsung dinikmati oleh manusia misalnya perannya sebagai bahan pengurai, simbiosis mutualisme dengan aphid, dan sebagai predator. Semut Selonopsis sp. dapat menguraikan bahan organik dari hewan dan tumbuhan, simbiosis dengan kutu daun dan predator insekta yang lemah dengan cara bergotong rotong. Semut ini dominan sekitar pekarangan rumah dan tepi jalan. Semut Dolichoderus sp. dapat berperan sebagi predator insekta atau hewan yang kecil dan lemah dan pengurai bahan organik.
Salah satu organisme tanah yang sangat berperan dalam perbaikan kesuburan tanah adalah fauna-fauna tanah termasuk anggota famili Formicidae. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan di lapangan semut Selonopsis sp. dan Dolichoderus sp. menguraikan insekta atau sisa bahan organik secara bergotong royong. Pernyataan ini didukung oleh Arief (2001) dalam Rahmawati (2004) fauna tanah akan meremah-remah atau makan substansi nabati yang mati kemudian bahan tersebut dikeluarkan dalam bentuk kotoran dan kotoran ini akan menjadi pupuk.

 

















Gambar 2. Semut












Rayap

Rayap merupakan golongan serangga yang penting di daerah tropika basah. Serangga yang hidup berkoloni ini memiliki keragaman jenis dan kelimpahan populasi yang tinggi. Beberapa jenis rayap dalam agroekosistem berperan sebagai hama karena memakan jaringan berkayu dari tanaman budidaya (Kalshoven, 1981), sedangkan beberapa jenis lainnya justru dapat meningkatkan produktivitas agroekosistem dan kesuburan tanah karena fungsinya yang nyata sebagai peluruh limbah organik (Collins, 1983 dalam Susilo, 1998; Swift & Bignell, 2001).
Aktivitas rayap dalam mempengaruhi pembentukan tanah terjadi melalui (1) perannya sebagai pencampur dan pengaduk tanah, (2) menciptakan liang-liang yang dalam, dan (3) mendekomposisi sisa-sisa organik. Diperkirakan tingkat perubahan tanah akibat aktivitas rayap berkisar dari 0,01 sampai 0,1 mm ha/tahun (Lal, 1987 dalam Ma’shum, 2003). Rayap mampu mengangkut fraksi tanah berukuran halus dari tanah bagian bawah ke permukaan tanah, fraksi halus tersebut digunakan sebagai bahan penyusun gundukan tanah. Oleh karena itu, material gundukan tanah memiliki tekstur yang halus jika dibandingkan dengan tanah di sekitarnya.
Gundukan tanah dibangun oleh rayap dengan cara merekatkan satu partikel dengan partikel lain, dengan bahan sementara adalah air liur dan atau senyawa ekskresi yang lain. Gundukan ini memiliki ruang pori mikro yang nisbi banyak jumlahnya, sehingga tingkat infiltrasi air pada gundukan tanah lebih kecil jika dibandingkan dengan pada tanah disekitarnya. Sebagai akibat dari hal tersebut, air hujan pada tempat itu akan tersimpan lebih lama pada bagian permukaan, sedangkan bagian tanah yang lebih bawah seringkali masih dalam kondisi kering. Infiltrasi air yang lamban berarti juga akan mengurangi tingkat pencucian unsur hara, dan karena itu gundukan tanah umumnya berkandungan unsur hara yang lebih tinggi dari tanah yang terdapat di dekatnya.
Gundukan tanah yang dibangun oleh rayap umumnya memiliki kandungan liat yang nisbi tinggi, sehingga memiliki daya simpan air yang lebih besar dari pada tanah disekitarnya. Lal, 1987 dalam Ma’shum (2003) menunjukkan bahwa pada tegangan air yang sama gundukan tanah berkandungan air lebih besar dari pada tanah yang terdapat disekitarnya. Rayap juga membuat liang-liang tanah yang secara vertikal cukup dalam dan secara horisontal cukup panjang, sehingga pada lokasi tersebut akan terjadi sirkulasi udara yang nisbi baik. Disamping itu, liang-liang tersebut juga dapat meningkatkan kecepatan infiltrasi air. Infiltrasi air pada gundukan tanah nisbi lebih lamban jika dibandingkan dengan tanah di sekitarnya.
Mengenai pengaruh aktivitas rayap terhadap sifat kimia tanah adalah sulit untuk digeneralisasikan, karena pengaruhnya berubah-ubah bergantung pada sifat-sifat tanahnya, spesies rayap, umur gundukan, macam vegetasi dan penggunaan lahan. Namun demikian umumnya rayap mengakumulasi bahan organik dalam gundukan tanah, sehingga pada tempat tersebut terkandung kation-kation basa serta hara tanaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanah di sekitarnya. Oleh karena itu, gundukan tanah yang dibangun oleh rayap ini banyak digunakan sebagai sumber kapur dan rabuk bagi tanaman.
Besarnya peranan rayap khususnya jenis rayap pemakan tanah terhadap peningkatan kesuburan tanah di daerah tropika, menurut Lavelle et al. (1997 dalam Eggleton et al., 2002) adalah karena sumbangannya yang berarti dalam proses persebaran, perlindungan, dan penstabilan bahan organik tanah; perbaikan mikroagregat, porositas, dan aerasi tanah; serta peningkatan proses humifikasi dan pelepasan N dan P yang tak-mobil di dalam tanah.
Peranan rayap sebagai penyubur tanah akan berkurang jika terjadi penurunan kekayaan jenis (species richness), komposisi jenis serta karakteristik fungsional dari rayap yang merupakan komponen makrofauna tanah tersebut (Eggleton et al., 2002). Selain hal itu, diketahui pula bahwa struktur dan kelimpahan komunitas makrofauna tanah sangat rentan terhadap tindakan pengelolaan vegetasi penutup tanah (Lavelle et al., 1992 dalam Barros et al., 2002).

Menurut Richards (1974), rayap dapat dikelompokkan berdasarkan makanannya, yaitu rayap pemakan kayu, pemakan humus atau perombak organik dan pemakan fungi. Rayap dapat hidup pada habitat yang kering.





Gambar 3. Rayap
Coleoptera (kumbang)
Coleoptera merupakan salah satu dari insekta yang tinggal di dalam atau di atas tanah dalam bentuk larva dan dewasa. Kebanyakan merupakan hewan kecil predator, tetapi dapat juga memakan bahan-bahan tumbuhan, jamur, alga, kayu, kotoran, bangkai dan sebagainya. Jumlah kumbang sangat besar dan habitatnya bervariasi. Beberapa spesies menghabiskan hidupnya di dalam sampah, sedangkan yang lainnya menggali tanah dengan kedalaman beberapa sentimenter serta membawa kotoran atau bentuk bahan organik lainnya ke dalam tanah tersebut (Adianto, 1993).

 
















Gambar 4. Coleoptera (kumbang)











BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.      Tanah merupakan bagian dari tubuh alam yang menutupi bumi dengan lapisan tipis, di sintesis dalam bentuk profil dari pelapukan batu dan mineral, dan mendekomposisi bahan organik yang kemudian menyediakan air dan unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman.
2.      Bahan organik mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
3.      Bahan organik segar merupakan pakan bagi makrofauna. Melalui pencernaannya terjadi penguraian bahan organik, dan sebagian hasil pengurainya dibebaskan kembali ke tanah dalam bentuk kotoran yang dihasilkannya.
4.      Makrofauna tanah yang dapat merombak bahan organik diantaranya adalah semut, rayap, coleoptera (kumbang) dan cacing tanah.
5.      Keberadaan makrofauna tanah sangat berperan dalam proses yang terjadi dalam tanah diantaranya proses dekomposisi, aliran karbon, bioturbasi, siklus unsur hara dan agregasi tanah.
           







DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H dan Brady, N. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Barros, E., B. Pashanasi, R. Constantino, & P. Lavelle. 2002. Effects of land-use system on the soil macrofauna in western Brazilian Amazonia. Biol. Fertil. Soils (2002) 35: 338-347.

Eggleton, P., D.E. Bignell, S. Hauser, L. Dibog, L. Norgrove, & B. Madong. 2002. Termite diversity across an anthropogenic disturbance gradient in the humid forest zone of West Africa. Agriculture, Ecosystems, and Environment 90 (2002): 189-202.

Elzinga, R.J., 1987. Fundamentals of Entomology. Third Edition. Prentice-Hall. Inc. Englewood Cliffs, New Jersey 07632. USA.

Ma’shum, M., Soedarsono, J., Susilowati, L. E. 2003. Biologi Tanah. CPIU Pasca IAEUP. Bagpro Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia. Ditjen Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Maftu’ah, E., Arisoesilaningsih, E. dan Handayanto. E,. 2001. Potensi diversitas makrofauna tanah sebagai indikator kualitas tanah pada beberapa penggunaan lahan. Makalah Seminar Nasional Biologi 2. ITS. Surabaya.

Ni Luh Kartini, Dr.,Ir.,M.Si. 2008. Peran Cacing Tanah. http://www.freweebs/ciget.html. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2012.

Parr, J.F., R.I. Papendick, S.B., S.B. Hornick, and R.E. Meyer.1992. Soil Quality: Attributes and relationship to Alternative and Sustainable Agriculture.USDA- Natural Conservation Service.

Petal, J. 1998. The Influence of ants on Carbon and Nitrogen Mineralization in Drained Fen Soil. App. Soil Ecol. 9: 271-272.

Peran cacing dalam tanah. http://google.com/wikipedia/. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2012.

Rosmarkam, A dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu kesuburan tanah. Kanisius. Yogyakarta.


Swift, M. & Bignell. 2001. Standard Methods for Assessment of Soil Biodiversity and Land Use Practice. ASB Lecture Note 6B. International Centre for Research in Agroforestry. Southeast Asian Regional Research Programme. Bogor.