PENDAHULUAN
Tanah
ditemukan dimana-mana disekitar kita dan mempunyai arti yang sangat penting
bagi kehidupan umat manusia. Seluruh
umat manusia secara langsung atau tidak langsung bergantung pada pengelolaan
tanah. Peradaban besar hampir selalu
memiliki tanah yang baik sebagai sumber daya alam. Kebesaran peradaban akan terus berlangsung
selama mereka memelihara tanahnya dengan baik.
Tidak seorangpun yang dapat memandang ringan peranan tanah sebagai media
pertumbuhan tanaman karena dari tanah dihasilkan bahan makanan, pakaian dan papan bagi umat
manusia (Dr.Ir. Anna K. Pairunan Yulius, dkk, 1985).
Pengertian
atau definisi tanah yang dewasa ini dikemukakan adalah suatu benda alami yang
terdapat dipermukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai
hasil pelapukkan batuan, bahan organik, sisa tumbuhan dan hewan yang merupakan
medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor
iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu
pembentukkan (E. Saifuddin Sarief, 1985).
Tanah adalah
benda alam dipermukaan bumi yang berbentuk tiga dimensi yang terdiri dari
mineral, bahan organik, udara dan air.
Dari proses pembentukkannya tanah mempunyai ciri dan sifat yang
bervariasi, sehingga untuk berbagai kepentingan (khususnya pengelolaan lahan
pertanian) sangat diperlukan sekali data-data tentang ciri dan sifat tanah (Tim
asisten, 1999).
Penelitian
untuk melihat ciri dan sifat tanah harus disertai pengamatan tanah di lapangan
agar lebih melengkapi informasi yang dapat diberikan untuk berbagai
kepentingan. Kegiatan utama yang
dilakukan untuk penelitian tanah dilapangan meliputi kegiatan boring dan
pengamatan profil tanah (Tim asisten, 1999).
Penetapan
macam-macam horizon dan berapa jumlahnya dalam suatu profil merupakan masalah
penting dalam pendeskripsian profil.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan tersebut adalah penetrasi bahan organik, perubahan warna,
tekstur, struktur yang kelihatan berbeda dari atas ke bawah. Horizon-horizon tersebut berkembang melalui
penambahan dan pencucian unsur-unsur serta persen liat oleh pelapukkan (Tim
asissten, 1999).
Penetapan ini
memerlukan pengetahuan mengenai bahan induk, sehingga dapat membedakan mana
yang tanah dan mana yang bahan induk.
Secara sederhana bahan induk merupakan bahan yang consulidated (Tim asissten,
1999).
Kebanyakkan
jenis tanah yang baik merupakan bahan-bahan yang baru dipindahkan. Tanah-tanah tersebut tidak memiliki horizon, memiliki sedikit horizon atau perkembangan
horizon-horizonnya lemah dan batasnya kabur (Tim asissten, 1999).
Lebih lanjut
telah dipahami pendiskripsian horizon pada suatu profil akan di bagi atas : (1)
Horizon organik (O) dan (2) Horizon Mineral (A, B, C, dan R) dengan sub-sub
horizonnya (Tim asissten, 1999).
Tanah dibawah
kaki kita adalah bahan dasar bagi semua kehidupan dibumi. Tanah ditemukan di mana-mana disekitar kita
dan mempunyai arti sangat penting bagi kehidupan umat manusia. Seluruh manusia secara langsung atau tidak
langsung bergantung pada yang namanya tanah.
Tidak seorangpun yang dapat memandang ringan peranan tanah sebagai media
pertumbuhan tanaman, karena dari tanah
bahan sandang pangan, papan diperoleh bagi manusia, dan kegiatan
mikrobiologi pun bekerja disitu (Rokman permadi, 2002).
Dewasa ini
tekhnologi pembudidayaan tanaman semakin maju, misalnya dengan sistem
hidroponik (dengan larutan hara tanpa tanah) atau aeroponik sehingga tanaman tetap
dapat berproduksi. Akan tetapi, dalam skala pertanaman yang luas tanah sebagai
media tumbuhnya sukar untuk ditinggalkan.
Merupakan suatu bencana besar bagi makhluk hidup jika tanah sebagai
media tumbuh tanaman “rusak” dalam arti tidak mampu lagi mendukung pertumbuhan
tanaman. Apabila tanah rusak itu karena
ketidakmampuan atau kelalaian manusia dalam memanfaatkan tanah secara tepat.
Kelalaian itu dapat terjadi karena ketidakmampuan atau terbatasnya ilmu
pengetahuan yang dikuasai, atau memang sengaja karena kurangnya kesadaran dan
tanggung jawab. Agar tanah tidak mudah
rusak dan dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan khususnya untuk
memproduksi tanaman, maka tanah itu perlu dikelola dengan cara mempelajari
tanah itu secara ilmiah. Kemampuan
tentang tanah merupakan suatu keharusan untuk menjamin peradaban masa depan,
dengan terdapatnya bukti-bukti kerusakkan tanah di masa lalu (A. G. Kartasapoetra, 1989).
Adanya
kerusakkan dan menurunnya produktifitas tanah banyak berkaitan dengan
berlangsungnya erosi disamping kurangnya perhatian para petani untuk
menggunakan cara-cara yang baik yang
seharusnya dilakukan mereka dalam pengolahan dan pendayagunaan tanahnya,
terutama di daerah-daerah yang kering,
yang memiliki kemiringan
lereng (slope) sekitar 15 % atau lebih.
Pengelolaan tanah dan air yang keliru dan pola pertanian yang berpindah-pindah
(shifting cultivation) kalau dapat dicegah akan sangat membantu mencegah
terjadinya kerusakkan-kerusakkan dan penurunan produktifitas tanah tersebut (A.
G. Kartasapoetra, 1989).
Di Indonesia
terdapat musim kering dan musim basah.
Musim kering nyatanya mendorong tanah podsolik merah kuning yang
mendominasi areal terluas di Indonesia
akan mudah tererosi. Selain tanah-tanah
tersebut, terdapat pula tanah-tanah
latosol yang mempunyai kemiringan lereng (dari yang agak curam sampai curam)
yang banyak tidak tertutup tanaman, sehingga tanah-tanah tersebut sangat mudah
kena erosi atau mengalami pengikisan
Tanah podsolik
yang dimaksud di atas terbentuk dari bahan batuan yang mempunyai sifat-sifat :
(1) masam, (2) berfisik jelek sampai agak jelek, (3) miskin akan unsur-unsur
hara tanaman. Tanah yang demikian dalam
keadaan tanpa vegetasi di atasnya sangat rentan bagi berlangsungnya
kerusakkan-kerusakkan dan erosi. Sedangkan tanah latosol yang terbentuk dari
bahan batuan yang mempunyai sifat-sifat : (1) netral, (2) miskin akan unsur
hara (sifat kimianya jelek walaupun sifat fisiknya baik, akan rentan pula
terhadap pengikisan/erosi sekitarnya tanpa tertutup oleh vegetasi (A. G. Kartasapoetra, 1989).
Dengan keadaan
seperti di atas dan pengolahan tanah yang kurang memperhatikan cara-cara yang
baik maka tatkala butir-butir air hujan menimpa partikel-partikel tanah akan
mudah sekali terangkat dan selanjutnya
terangkut oleh aliran air permukaan, karena kestabilan agregatnya sangat
rendah. Menurut Binnet dalam “Elements Of Soil Conservation” , dan
Muljadi dalam “Structural Problems of
Indonesian Soil” pada tanah-tanah seperti diatas yang tidak tertutup oleh
vegetasi erosi parit akan mengakibatkan terangkutnya partikel-partikel tanah,
dan tanahpun keadaannya semakin jelek yang dapat melumpuhkan berbagai usaha
penanaman tanaman pangan dan tanaman industri.
Kemungkinan lapisan tanah atasnya (top soil) sebagian besar telah hilang
terangkut oleh aliran air permukaan (run off), sehingga keberhasilan usaha
pertanian di atas tanah seperti tersebut di atas pada umumnya tidak dapat
diharapkan lagi. Usaha-usaha perbaikkan
pada tanah-tanah tersebut, baik dengan jalan pembuatan sengkedan-sengkedan
(terrasering), penghijauan, pengolahan
dan pemupukkan tanah selain biayanya terlalu mahal juga memakan waktu yang
lama. Ada
kalanya pula tidak berhasil dan keadaan demikian inilah yang sering menyebabkan
para petani putus asa. Dan pula
tanah-tanah ini terlantar dan menderita karena pengerosian yang berlangsubg
terus (A. G. Kartasapoetra, 1989).
Tanah yang
produktif dan tersedianya air yang cukup teratur adalah sangat penting bagi
kehidupan manusia beserta makhluk-makhluk hidup lainnya. Sebagai telah dikemukakan bahwa bagian yang
paling vital dari tanah yaitu tanah lapisan permukaan (top soil) yang merupakan
zona tersedianya bahan pangan bagi berjenis-jenis tanaman yang diperlukan
manusia dan ternak. Tanah merupakan
basis fisik bagi pertanian, akan tetapi sangat disayangkan bahwa dibawah kondisi-kondisi
tertentu tanah merupakan suatu sumber alam yang paling tidak stabil. Air atau angin dalam gerakkannya diatas
permukaan tanah, mengangkat dan
memindahkan
partikel-partikelnya sehingga banyak menimbilkan kerusakkan, kerugian dan
membahayakan lingkungan (A. G.
Kartasapoetra, 1989).
Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik pengelolaan tanah berdasarkan
karakterisitik tanah di Desa Kait-kait, Cempaka dan melatih kemampuan melakukan
pengamatan boring dan profil tanah.
TINJAUAN PUSTAKA
Boring adalah
suatu pekerjaan di lapangan dengan menggunakan bor tanah untuk mengetahui
penyebaran tanah ataupun pengambilan sampel kesuburan tanah terusik untuk
kepentingan analisa di Laboratorium (Tim asisten, 1999).
Boring dengan
maksud untuk melihat penyebaran tanah biasanya dilanjutkan kegiatan pembuatan
profil tanah untuk mewakili ciri dan sifat tanah yang sama pada areal pemboran
dengan maksud untuk mendapatkan data-data yang lebih lengkap dan akurat (Tim
asisten, 1999).
Warna tanah
merupakan petunjuk yang nyata untuk beberapa sifat tanah, karena warna
tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang terdapat didalamnya. Warna tanah
ditentukan dengan menggunakan warna-warna standar yang terdapat dalam buku Munshel
Soil Colour Chart. Dalam buku tersebut
warna standar disusun oleh tiga variabel, yaitu : Hue , value dan chroma. Hue
adalah spektrum warna yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Hue dibedakan menjadi 5R, 7.,5 R, 10 R, 2,5
YR, 5 YR, 7,5 YR, 10 YR, 2,5 Y dan 5 Y yaitu dari spektrum dominan paling
merah (5R) hingga kuning (5Y). disamping itu juga ditambahkan hue untuk
warna-warna reduksi (gley) yaitu 5 G,
5GY, 5 BG dan N yitu netral. Value
menunjukkan gelap terangnya warna sesuai dengan banyaknya sinar yang
dipantulkan. Value dibedakan dari 0 – 8, dimana semakin tinggi nilainya
maka makin banyak sinar yang dipantulkan semakin terang warnanya. Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan
dari warna spektrum. Chroma dibagi juga dari 0 – 8, dimana semakin
tinggi nilainya menunjukkan kemurnian spektrum atau kekuatan warna spektrum
semakin kuat. Warna tanah dicatat dengan
menggunakan notasi dalam buku Munshell tersebut, misalnya 7,5 YR 5/4
(coklat) ini berarti warna
tanah mempunyai hue = 7,5 YR, Value = 5
dan chroma = 5 secara keseluruhan berwarna coklat. Cara menentukan warna tanah adalah dengan
mendekatkan contoh tanah atau memasukkan contoh kedalam lubang yang tersedia
dekat masing-masing kertas warna pembanding dalam Munshell Colour Chart, warna dicatat sesuai dengan notasi
Munshell (Tim assisten, 1999).
Warna tanah
sangat membantu para petani dan ahli-ahli peneliti tanah dalam
mengklasifikasikan tanah dan mencirikan perbedaan horizon dalam tanah. Warna tanah merupakan petunjuk mengetahui
seberapa besar kandungan bahan organik (Bever, L.D, 1961).
Warna merupakan
sifat tanah yang nyata dan mudah dikenali.
Warna tanah yang nyata, bagaimanapun terutama digunakan sebagai suatu
ukuran langsung dibandingkan sifat tanah yang penting lainnya yang sukar
diamati dan diukur dengan teliti misalnya seperti drainase. Jadi warna tanah bila digunakan dengan
ciri-ciri lainnya berguna dalam pembentukkan sebagian besar kesimpulan yang
penting dengan memperhatikan pembentukkan tanah dan penggunaan lahan Henry D.
Foth, 1998).
Warna tanah
dipengaruhi kandungan bahan organik, mineral, drainase, kandungan air, dan
aerasi. Tanah yang mengandung banyak
mineral kwarsa akan berwarna terang kelabu muda. Warna merah ditimbulkan oleh warna mineral
oksida besi. Warna gelap tanah dapat
disebabkan oleh warna bahan organik melapuk (Dr.Ir. Anna K.
Pairunan Yulius, dkk, 1985).
Tanah dengan
drainase terhambat biasanya banyakl mengandung organik di lapisan permukaan
sehingga memberi warna sangat gelap.
Tanah lapisan bawah yang sedikit mengandung bahan organik berwarna
kelabu muda. Bila drainase agak baik,
warna kelabu tanah lapisan bawah berbercak-bercak kuning. Pada tanah yang berdrainase baik, aerasi
baik, air dan suhu menguntungkan untuk suatu peristiwa kimia, besi dalam tanah
teroksidasi dan terhindrasi sehingga menjadi senyawa berwarna merah dan kuning
(Dr.Ir. Anna K. Pairunan Yulius, dkk, 1985).
Warna
merupakan ciri tanah yang paling nyata dan paling mudah ditentukan. Meskipun pengaruhnya yang langsung terhadap
fungsi tanah hanya sedikit, tetapi
seseorang dapat memperoleh keterangan banyak dari warna tanah, apalagi jika
disertai dan dihubungkan dengan ciri-ciri lain.
Jadi warna tanah hampir merupakan ukuran yang tak langsung mengenai
sifat dan mutu tanah, serta
bersifat menggantikan
ciri-ciri penting lain yang sukar diamati teliti (Darmawijaya, 1992).
Warna tanah
merupakan pernyataan : (a) jenis dan kadar bahan organik, (b) keadaan drainase
dan aerasi tanah dalam hubungan dengan
hidratasi, oxidasi dan proses pelindian, (c) tingkat perkembangan tanah, (d)
kadar air tanah termasuk pula dalamnya permukaan air tanah, dan atau (e) adanya
bahan-bahan tertentu (Darmawijaya, 1992).
Kesukaran yang
timbul dalam cara menentukan warna tanah ini adalah antara lain : (1) dalam
memilih kartu hue yang cocok dengan warna hue contoh tanah, (2) setelah itu
membedakan chroma dan value yang tepat, (3) kemungkinan pengaruh luar berupa
kandungan air tanah , sinar matahari dan lain-lain, dan (4) bersifat subjektif
tergantung dari daya kekuatan masing-masing pengamat dalam menentukan warna
itu.
Untuk mendekati
kebenaran dan mengurangi subjektif maka para ahli pemetaan tanah telah sepakat
untuk menentukan warna tanah dalam : (1) keadaan tanah yang mengandung air dalam kadar kapasitas
lapangan, dan (2) keadaan tidak terkena sinar matahari langsung supaya tidak
silau, karena ada kilap warna.
Tekstur tanah ialah
perbandingan relatif (dalam persen) Fraksi-fraksi pasir, debu, dan liat
(A.G. Kartasapoetra).
Tekstur
merupakan kehalusan dan kekasaran bahan tanah pada perabaan, berkenaan
dengan perbandingan berat antar fraksi
tanah. Jadi tekstur adalah proporsi dari
nisbi fraksi tanah (Rokman P, 2002).
Tekstur tanah
menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah.
Teristimewa tekstur merupakan
perbandingan relatif pasir, debu dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran
lebih kecil dari kerikil (diameternya kurang dari 2 milimeter). Pada beberapa tanah, kerikil, batu dan batuan
induk dari lapisan-lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi tekstur dan
mempengaruhi penggunaan tanah Dr.Ir.
Anna K. Pairunan Yulius,
dkk, 1985).
Untuk
menentukan kelas tekstur suatu tanah secara teliti sekali harus dilakukan
analisa tekstur di laboratorium yang disebut analisa mekanik tanah. Umpamanya dari analisa ini diperoleh hasil 30
% pasir, 30 % liat, dan 40 % debu, maka dengan menggunakan segitiga tekstur
dapat dicari kelas tekstur ini dan bisa diketahui banyak sifat-sifat fisik
lainnya seperti porositasnya, daya tahan terhadap air, ketersediaan air, mudah
tidaknya diolah, laju kecepatan infiltrasi, konsistensi juga kandungan unsur
hara yang tersedia, menentukan jumlah kebutuhan akan air. Dari sekian banyak sistem klassifikasi
tekstur ini, yang paling banyak dipakai adalah sistem USDA (E.
Saifuddin Sarief, 1985).
Tekstur tanah
itu terdiri dari bahan padat, bahan cair, gas, dan jasad hidup. Bahan padat terdiri atas organik dan
anorganik, yang anorganik terdapat dalam bermacam-macam bentuk dan ukuran,
berdasarkan besar ukurannya dibagi dalam beberapa fraksi atau golongan. Fraksi batu lebih dari 10 milimeter, kerikil
2 – 10 milimeter, pasir 0,05 – 2 milimeter, debu 0,02-0,05 milimeter, liat
kurang dari 0,02 milimeter. Pasir debu
dan liat merupakan fraksi utama (Kartasapoetra, 2000).
Pasir dan
debu, disebut juga fraksi non aktif yang biasanya dengan bahan-bahan lain
membentuk kerangka tanah, liat, fraksi aktif dan merupakan fraksi terpenting di
dalam tanah, karena mempunyai ukuran yang lebih kecil maka liat menunjukkan
permukaan efektif yang lebih besar dibandingkan dengan pasir dan debu, untuk
sejumlah bahan yang sama liat mempunyai permukaan luar yang lebih besar
dibandingkan dengan pasir dan debu (Kartasapoetra, 2000).
Fraksi-fraksi
tanah itu biasanya dinyatakan dalam jumlah % untuk menentukan golongan tekstur
tanah berdasarkan kandungan pasir , debu dan liat. Berdasarkan pasir, debu dan liat dibagi dalam
tiga golongan atau kelas dasar, yaitu ;
a. Tanah berpasir (sandy soil)
yaitu tanah dimana kandungan pasirnya lebih dari 70 % yang dalam keadaan lembab
tanah berpasir terasa kasar dan tidak lekat, termasuk dalam kategori ini tanah
berpasir dan tanah lempung berpasir (sandy and loamy sand soils). Tipe tanah ini tidak baik untuk usaha
pertanian terutama untuk padi sawah dengan pengairan dikarenakan daya
meloloskan air besar sekali, baru bagi dry farming atau usaha tani tanah kering
dapat dikatakan mempunyai kecocokkan (Kartasapoetra, 2000).
b. Tanah berlempung (loamy
soil) yaitu tanah dimana kandungan debu liat relatif sama, tanah demikian tidak
terlalu lepas dan juga tidak terlalu lekat.
Sepanjang tidak ada gejala penggaraman tanah demikian sangat baik untuk
pelaksanaan usaha tani. Pengaruh
keasaman dapat dinyatakan akan sangat mempengaruhinya (Kartasapoetra, 2000).
c. Tanah liat yaitu tanah
dimana kandungan liatnya kurang dari 35 % memang biasanya tidak kurang dari 40
%. Tanah liat sangat lekat dan apabila
kering menjadi sangat keras. Clayed soil
atau tanah liat ini bagi usaha tanai padi pesawahan dapat dikatakan sangat
cocok, tetapi apabila hendak dijadikan sebagai tempat dry-farming (usaha tani
kering) hendaknya dipertahankan agar kelembaban tanahnya selalu berada dalam
kelembaban yang optimal, dengan demikian dapat terjamin pertumbuhan tanamannya
yang baik (Kartasapoetra, 2000).
Pembentukkan
kelas tekstur ini penting dilihat dari segi fisik kesuburan dan pengolahan
tanah. Dari segi kesuburan tanah penting
sekali artinya dalam hubungan dengan pertukaran ion-ion hara tanaman dalam
tanah. Dapat diharapkan bahwa makin tinggi kandungan liat makin
tinggi kesuburan tanahnya. Dari segi
praktis pengolahan tanah, tanah liat pada umumnya berat dikerjakan karena
mempunyai sifat sangat lekat dan keras, tanah pasir ringan untuk dikerjakan
sifatnya yang lepas sedang tanah berlempung sifatnya berada di tengah-tengah
diantara keduanya. Terhadap segi fisik
tanah, tekstur ini berperanan terhadap struktur tanah, tata air, tata udara,
dan temperatur (suhu) tanah (Kartasapoetra, 2000).
Tekstur tanah
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konsistensi dan struktur tanah,
sehingga tanah pasir selalu lepas-lepas dan berbutir tunggal sedang tanah
lempung selalu sangat teguh dan selalu dan hampir selalu mampet. Tekstur tanah merupakan satu-satunya sifat
fisik tanah yang tetap dan tidak mudah dibuat oleh tangan manusia jika tidak
ditambah dari tempat lain. Erosi dapat
menyebabkan berubahnya tekstur karena terkikisnya tanah lapisan permukaan atau
diendapkannya tanah yang terkikis dari tempat lain yang lebih tinggi
(Darmawijaya, 1992).
Cara
menentukan tekstur tanah :
a. Ambil segenggam tanah dan beri
air lalu remas-remas untuk melepaskan semua agregatnya, sehingga akhirnya
menjadi pasta. Jika kurang basah,
dibasahi sedikit demi sedikit sambil diremas-remas.
b. Buatlah tanah tersebut menjadi
bola dengan cara mengepal-ngepalnya.
Bila tidak dapat di buat bola berarti tanah itu adalah pasir, tetapi bila
dapat maka teruskan pada langkah selanjutnya.
c. Buat tanah tersebut menjadi
pita dengan cara menekan bola tersebut dengan ditekan dan didorong dengan
hati-hati dengan ibu jari dan alas jari telunjuk sampai ujung pita tanah
melampaui ujung jari telunjuk, bila tidak dapat dibuat pita berarti merupakan
pasir berlempung, tetapi bila dapat tetapi mengalami patah-patah, amati patahan
tersebut karena dari patahan tersebut dapat diketahui
kelompok-kelompoknya. Patahan < 2,5
menunjukkan kelompok lempung, patahan 2,5-5 cm menunjukkan kelompok liat
berlempung dan patahan >5 cm menunjukkan liat.
d. Buatlah tanah tersebut menjadi
seperti bubur lalu digosok-gosokkan dengan jari pada lepak tangan untuk
mengetahui campuran tanah yang lebih dominan melalui rasa tanah yang digosokkan (Tim asisten,
1999).
Struktur tanah
adalah susunan butir-butir primer dan agregat-agregat primer tanah yang secara
alami menjadi bentuk tertentu yang
dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut agregat (E. Saifuddin Sarief, 1985).
Struktur tanah
merupakan suatu sifat fisik yang penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanamn serta tidak langsung berupa perbaikkan peredaran air, udara dan panas,
aktivitas jasad hidup tanah, tersedianya unsur hara bagi tanaman, perombakkan
bahan organik, dan mudah tidaknya akar dapat menembus tanah lebih dalam. Tanah yang berstruktur baik akan membantu
berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan tanaman secara optimal, sedangkan tanah
yang berstruktur jelek akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman (E. Saifuddin Sarief, 1985).
Struktur tanah
dapat dikatakan baik apabila di dalamnya terdapat penyebaran ruang pori-pori
yang baik, yaitu terdapat ruang pori
di dalam dan di antara agregat yang dapat diisi air dan udara, dan sekaligus
mantap keadaannya. Agregat tanah
sebaiknya mantap agar tidak mudah hancur oleh adanya gaya dari luar, seperti pukulan butir air
hujan. Dengan demikian tidak mudah atau
tahan erosi sehingga pori-pori tanah tidak gampang tertutup oleh
partikel-partikel tanah halus, sehingga infiltrasi tertahan dan run-off menjadi besar. Struktur tanah yang jelek tentunya sebaliknya
dengan keadaan tersebut diatas (E.
Saifuddin Sarief, 1985).
Suatu profil
tanah tertentu bisa terdiri dari suatu pola struktur tunggal, sering sejumlah
bentuk agregasi dipergunakan untuk menilai horizon demi horizon. Ternyata bahwa proses dan karakteristik tanah, seperti gerak panas, perpindahan lengas, tata udara,
berat volume tanah, porositas dan infiltrasi banyak dipengaruhi oleh keadaan
struktur tanah. Dengan demikian segala
kegiatan yang berupa pengolahan tanah,
pembajakkan, pemupukkan termasuk pengapuran dan pupuk organik, lebih
berhubungan dengan aspek struktur daripada aspek tekstur tanah (E. Saifuddin Sarief, 1985).
Struktur tanah
terbentuk dengan jalan penggabungan
butir-butir primer tanah oleh pengikat koloid tanah, yaitu koloid liat
dan humus menjadi agregat primer.
Penggabungan agregat-agregat primer ini tersusun lagi menjadi bentukkan-bentukkan
yang masing-masing dibatasi bidang-bidang permukaan tertentu. Agregat primer biasa disebut juga struktur
mikro, sedangkan agregat sekunder yang merupakan struktur pada lapisan tanah
atas atau lapisan olah disebut struktur makro (agregat makro) (E. Saifuddin Sarief, 1985).
Agregat mikro
berukuran antara 0,25 – 0,50 mm, sedangkan agregat makro berukuran paling besar
10 mm. yang dimaksud dengan bongkah
adalah agregat yang berukuran lebih dari 10 mm.
Terdapat
beberapa bentuk struktur tanah yang dapat dilihat dilapangan yaitu sebagai
berikut :
1.
Struktur sederhana
Pada struktur
ini bidang bilahan alami tidak ada atau tidak nampak jelas. Struktur yang sederhana terdiri dari :
a). Struktur butir tunggal
Sebenarnya bukan merupakan
struktur, melainkan campuran butir-butir primer yang kasar tanpa adanya atau sedikit
sekali bahan pengikat agregat. Struktur
demikian terjadi pada tanah-tanah pasir, pasir berlempung, dan pasir
berdebu. Keadaan porositas tanah cukup
tinggi dengan pori-pori makro yang dominan sehingga mudah melakukan air untuk
infiltrasi dan penguapan.
b). Struktur
pejal (masif)
Seperti halnya struktur butir tunggal, tetapi disini
kohesinya besar sekali sehingga pejal, dengan ruang pori yang bersambung. Biasanya terdapat pada horizon yang lebih
bawah. Contohnya gumpalan tanah pejal
hasil pembajakkan (E. Saifuddin
Sarief, 1985).
2.
Struktur gabungan/pautan (compound structure)
Struktur ini mempunyai permukaan bidang bilah alami
yang dapat dilihat dengan jelas. Bentuk
daripada kumpulan partikel tanah dengan struktur gabungan ini dapat digambarkan
menurut panjang relatif sumbu-sumbu horizontal dan vertikalnya dan oleh bentuk
sisi-sisinya. Struktur gabungan ini
terdiri dari:
a). Struktur kubus
Sumbu vertikal dan horizontalnya
hampir sama panjang. Struktur ini
termasuk struktur tipe gumpal bersudut, ialah yang rusuk-rusuknya bersegi
tajam, juga struktur tipe gumpal membulat yang berusuk bersegi tidak
tajam. Keduanya berkelas sama, ukurannya
sebagai berikut ; sangat halus = kurang dari 55 mm, halus = 5 – 10 mm, sedang =
10 – 0 mm, kasar = 20 – 50 mm, sangat kasar = lebih 50 mm.
Struktur gumpal biasanya terdapat pada tanah-tanah liat. Gumpal biasanya mempunyai ukuran yang lebih besar dari remah. Pada susunan ini terdapat lebih banyak
pori-pori mikro yang terisi air.
Pori-pori makro kurang jumlahnya
sehingga tata udara kurang baik.
Bila gumpal-gumpal berukuran lebih besar lagi disebut bongkah. Struktur gumpal umumnya mempunyai tata udara
kurang baik dan mudah terurai apabila kena air hujan (E. Saifuddin Sarief, 1985).
b). Struktur tipe tiang prismatik
Struktur ini mempunyai sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu horizontal, permukaan bidang bilah
vertikal sangat dominan. Struktur ini yang ujung maupun rusuknya persegi, tipe tiang kolumnar
rusuknya bersegi, tetapi ujungnya membulat, dengan kelas-kelas yang sama bagi
keduanya. Sangat halus = kurang dari 10
mm, halus = 10 – 20 mm, sedang = 20 – 50 mm, kasar = 50 – 100 mm, sangat kasar
lebih dari 100 mm.
c). Struktur tipe lempeng
Struktur ini mempunyai sumbu
horizontal lebih panjang daripada sumbu vertikal, permukaan bidang bilah
horizontal lebih dominan. Struktur ini
dapat dibagi dalam beberapa kelas ; sangat tipis = tebal kurang dari 1 mm,
tipis = 1 – 2 mm, sedang = 2 – 5 mm, tebal atau kasar = 5 – 10 mm, sangat tebal
= lebih dari 10 mm.
d). Struktur
remah
Struktur remah ini merupakan susunan agregat yang paling dikehendaki
dalam usaha pertanian. Pada keadaan ini
terdapat ruang pori
makro nonkapiler yang tidak dapat menampung air, oleh karena itu biasanya diisi
oleh udara tanah. Sedangkan ruang pori mikro diantara
agregat primer bersifat kapiler, yang dapat menampung air hujan dan tidak
merembes ke bawah, kemudian berguna bagi tanaman (E. Saifuddin Sarief, 1985).
Konsistensi
tanah adalah sifat yang melukiskan
kekuatan rekat butiran tanah satu
dengan lain. Konsistensi terlihat pada kelakuan tanah terhadap manipulasi
mekanik. Konsistensi timbul oleh
gaya-gaya kohesi dan adhesi dalam tanah pada berbagai kandungan air (Anna K. Pairunan Yulius, dk,. 1985).
Konsistensi tanah adalah daya tahan atau ketahanan tanah terhadap
pengaruh-pengaruh luar yang akan mengubah keadaannya (E.
Saifuddin Sarief, 1985).
Terdapat dua
kekuatan utama yang bekerja atau berperan pada konsistensi tanah ini, yaitu gaya kohesi (gaya
tarik-menarik antara molekul) dan gaya
tegangan permukaan (adhesi) pada berbagai kelembaban tanah. Sebagai tambahan dari kedua gaya ini terdapat beberapa faktor lain yang
juga bekerja pada konsistensi ini, yaitu kandungan bahan organik, oksida dan
hidroksida Fe dan Al dan kalsium karbonat (E.
Saifuddin Sarief, 1985).
Pada waktu
membajak atau mencangkul tanah maka akan terasa bahwa tanah itu akan mudah atau
sukar diolah. Hal ini dapat dikatakan bahwa tanah tersebut berkonsistensi tertentu (E. Saifuddin Sarief, 1985).
Konsistensi
yang paling besar yaitu pada keadaan paling kering yang disebabkan oleh adanya
gaya kohesi, konsistensi sedang pada waktu keadaan lembab karena adanya gaya
adhesi dan konsistensi rendah/sangat rendah apabila dalam keadaan basah, sangat
basah/jenuh air (E. Saifuddin
Sarief, 1985).
Konsistensi terpilahkan
menurut tingkat kebasahan tanah :
1. Tanah kering, sifat sangat keras, keras, tguh dan rapuh.
2. Tanah lembab, sifat lunak, gembur, agak lekat atau tidak lekat.
3. Tanah basah, sifat sangat liat, liat agak liat dan sangat lekat.
4. Tanah jenuh air, sifat sangat kental (Notohadiprawiryo, 1988).
Menetapkan
konsistensi dilakukan dengan cara meremas, memijat atau memirit tanah dengan
ibu jari dan telunjuk (Tim penyusun,
1999)
Telah lama
diketahui bahwa usaha peningkatan produksi bahan makanan dunia selalu tidak
dapat mengejar kecepatan pertumbuhan penduduk dunia. Hal ini antara lain karena kondisi tanah dan
air sebagai sumber daya alam pada umumnya sudah mengalami degradasi sedemikian
rupa sehingga memerlukan usaha-usaha konservasi yang sungguh-sungguh (E. Saifuddin Sarief, 1985).
Pengawetan
tanah dan air, yang lebih tepatnya disebut konservasi tanah dan air, adalah
usaha-usaha untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah tanah serta
kuantitas dan kualitas air. Apabila
tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena erosi, maka kualitas air,
terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain, menjadi tercemar
sehingga jumlah air bersih semakin berkurang (E. Saifuddin Sarief, 1985).
Konservasi tanah meliputi kelerengan, panjang lereng bentuk
permukaan. Berdasarkan lokasi,
penelitian dan konservasi tanah dibedakan menjadi tiga kategori. Pertama lapangan, kedua laboratorium dan
ketiga gabungan. Pengendalian teknik
konservasi untuk melakukan proses perubahan.
Teknis konservasi meliputi agronomis, tindakan pengolahan tanah,
tindakan mekanis. Erosi bisa dibagi
menjadi alur, parit, beng, percikkan (Rahim, Sufli Ependi, 2000)
Konservasi air
hujan sangat penting bagi daerah-daerah aridic, ustic dan xeric, dimana selalu
terjadi defisit air yang besar.
Konservasi air di daerah ini umumnya ditekankan untuk meningkatkan
jumlah air yang memasuki tanah dan mengurangi jumlah kehilangan air. Ini berarti (1)meningkatkan laju infiltrasi dan
kapasitas penyimpangan air di daerah perakaran, dan (2) mengurangi kehilangan
air karena evaporasi dan runoff (Dr. Nurhajati Hakim, 1986).
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan
Air. Untuk membasahi massa tanah guna menentukan tekstur dan
konsistensi.
Kantong
Plastik. Untuk tempat contoh tanah yang diambil.
Kertas
koran. Sebagai tempat untuk meletakkan tanah.
Daftar
isian. Digunakan sebagai tempat untuk mencatat hasil
dari pengamatan yang dilakukan.
Alat
Meteran. Untuk mengukur tebal, dalam, dan batas
lapisan tanah.
Pisau. Untuk menarik batas lapisan, perbedaan warna
struktur.
Buku
Munshell Soil Color Chart. Sebagai buku
petunjuk untuk mengetahui warna tanah yang diamati.
Kompas. Untuk menentukan arah penampang terhadap
lereng atau suatu tanda tetap dilapangan.
Bor tanah. Alat untuk membor tanah.
Hellings
meter. Untuk menentukan derajat kemiringan tanah.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Kamis, pada hari tanggal 25 Mei 2006 pukul 08.00 – 14.00
Wita. Bertempat di
Desa Martadah Kecamatan Kait-Kait Kabupaten Tanah Laut kalimantan Selatan.
Prosedur Kerja
Prosedur
Kerja Pada Pengamatan Konservasi Tanah Dan Air
Pertama–tama
kita mengamati kedaaan iklim dan cuaca, kemudian mengukur elevasi dengan alat hellings
meter, menentukan erosi, drainase, vegetasi alami, penggunaan lahan, pengolahan
lahan dan frekuensi banjir kemudian semua itu dicatat yang kemudian dilaporkan
pada laporan ini.
Prosedur Kerja Pada praktikum boring tanah
Pertama-tama
lakukan pengeboran pada daerah yang sudah ditentukan dengan cara memutar bor
tanah tersebut sampai mencapai kedalaman tertentu yang sudah ditentukan,
kemudian susun tanah hasil pengeboran diatas koran berdasarkan tingkat
kedalamannya dengan hati-hati agar tidak tercampur. Kemudian amati dengan baik
perbedaan-perbedaan tanah pada masing-masing tingkat kedalamannya.
Cocokkan warna
tanah dengan buku Munshell Soil Color untuk mengetahui warnanya dengan cara memberi sedikit air terlebih
dahulu pada tanah yang akan dicocokkan
warnanya. Kemudian tentukan tekstur
tanah dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan diatas dan tentukan struktur
tanah dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan diatas.
Prosedur Kerja pada praktikum profil tanah
Profil tanah
ini sudah dibuat oleh tim asisten sehingga kita hanya mengamatinya saja tanpa
harus membuatnya terlebih dahulu.
Pertama-tama amati dengan baik perbedaan-perbedaan tanah pada
masing-masing horizon tanah, kemudian
ukur berapa kedalaman setiap lapisan-lapisan dengan meteran. Ambil tanah pada masing-masing horizon dengan
cara mengikisnya dengan pisau cutter, tanah tersebut diletakkan di koran dengan
hati-hati dan secara bertahap agar tanah pada tiap lapisan tidak tercampur.
Cocokkan warna
tanah dengan buku Munshell Soil Color untuk mengetahui warnanya dengan cara
memberi sedikit air terlebih dahulu pada tanah yang akan dicocokkan
warnanya. Untuk menentukan tekstur tanah
sama dengan langkah-langkah yang telah
dijelaskan diatas dan tentukan struktur tanah dengan langkah-langkah yang telah
dijelaskan diatas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
2. Iklim dan Cuaca
|
Kemarau
|
3. Elevasi
|
4 %
|
4. Erosi
|
Rendah
|
5. Drainase
|
Sedang
|
6. Vegetasi alami
|
Rumput
|
7. Penggunaan Lahan
|
Tidak ada
|
8. Pengolahan Lahan
|
Pernah
|
9 Frekuensi Banjir
|
Kecil
(lereng kecil)
|
10. Permukaan Air Tanah
|
-
|
11. Bahan Induk
|
-
|
Tabel 2.
Deskripsi Tanah untuk Profil tanah
Lapisan
|
Dalam (cm)
|
Warna
|
Tekstur
|
Struktur
|
Konsistensi
|
Karat/Plintit
|
I
|
0 – 20
|
10 YR 4/3
|
Lempung
|
Kubus/menyudut
|
Lembab/gembur
|
-
|
II
|
20 – 28
|
5Y 6/8
|
Lempung berliat
|
Kubus/membulat
|
Lembab
|
-
|
III
|
28 – 41
|
10 YR 5/8
|
Liat
|
Kubus/membulat
|
Sangat teguh
|
|
IV
|
41 - 119
|
10 YR 7-2
|
Liat
|
Pejal/massive
|
Lekat/basah
|
|
26
Tabel 3.
Deskripsi Tanah untuk Boring
Lapisan
|
Dalam (cm)
|
Warna
|
Tekstur
|
Struktur
|
Konsistensi
|
Karat/ Plintit
|
I
|
0-20
|
5 YR 4/2
|
Lempung berpasir
|
Remah
|
Sedang
|
-
|
II
|
20-33
|
5YR 5/3
|
Liat berlempung
|
Remah
|
Sedang
|
-
|
III
|
3-50
|
5 YR 6/3
|
liat
|
Remah
|
Sedang
|
|
Pembahasan
Berdasarkan hasil
praktikum yang talah dilakukan maka diketahui bahwa konservasi tanah dan air
dilaksanakan pada awal musim kemarau untuk iklim dan cuacanya, kemudian mengukur
elevasi dengan alat didapat 4 %, kemiringan atau tanah miring dapat menimbulkan
erosi tapi dengan elevasi yang kecil ini maka erosi ditempat tersebut rendah.
Erosi dibagi
dalam beberapa bentuk yaitu erosi percikan, erosi parit, beng, longsor dan
erosi alur. Erosi percikkan diakibatkan
oleh pukulan tetesan air hujan yang memercikkan tanah dan memindahkan tanah
meskipun tidak jauh dari tempat semula, tetapi ini tetap merupakan erosi karena
bila hujan terjadi didaerah yang miring maka percikkannya akan jatuh kebawah
lereng. Erosi parit disebabkan adanya
konsentrasi aliran permukaan yang semakin besar. Beng merupakan erosi yang kedalamannya dalam
bentuk besar yang terjadi secara bersamaan seperti bentuk sungai. Erosi alur, erosi yang dalamnya hanya
beberapa cm yang mana proses terjadinya hampir sama dengan erosi parit tetapi
ukurannya lebih kecil. Longsor pada
pembahasan tidak dibahas, karena tidak terdapat pada tempat praktikum. Erosi besar biasanya ditimbulkan oleh erosi
yang kecil,atau awalnya kecil menjadi besar, seperti pada hujan dan angin yang
menyebabkan terjadinya erosi kecil.
Selain itu tanahnya sendiripun berpengaruh terbentuknya erosi, tanah
yang mempunyai sifat fisik, kimia dan biologis yang berbeda juga dapat
menyebabkan laju erosi berbeda.
Kemiringan dan panjang lereng juga merupakan faktor yang menyebabkan
lajunya erosi, dengan semakin besarnya kemiringan tanah maka semakin besar pula
laju tumbukan yang diberikan kepada tanah, maka tanah akan cepat pula
terkikis. Pengelolaan tanaman juga
berpengaruh terhadap erosi, karena pengelolaan yang berbeda akan menyebabkan
perbedaan dalam kemampuannya untuk mengurangi erosi.
Untuk drainase
ditempat praktikum sedang karena erosi yang rendah. Drainase adalah pembuangan kelebihan air dan
mempunyai dua maksud yaitu untuk memperbaiki tata udara tanah dan pencucian
garam-garam dari tanah dan menurunkan permukaan air tanah bebas. Untuk frekuensi banjirnya kecil karena lereng
kecil.
Pada tanah
yang diamati vegetasi alaminya banyak ditumbuhi oleh rumput. Vegetasi rerumputan yang mendiami tanah itu
tidak semuanya merata sama jumlahnya pada setiap tempat. Penggunaan lahan pada waktu praktikum tidak
ada tapi pernah ada pengolahan lahan.
Pada praktikum
profil tanah didapat gambaran yang jelas dan untuk meneliti sifat-sifat tanah
dengan baik dilapangan, maka perlu dilakukan irisan tegak lurus dari permukaan
tanah kebawah. Dari irisan tegak lurus
ini akan terlihat hubungan tanah yang berada di permukaan bumi dengan
benda-benda bagian bawahnya sebagai pembentuk tanah. Irisan tegak lurus seperti umumnya sampai
kedalaman + 150 cm, disebut profil tanah didalam profil terdiri dari
lapisan horizon. Horizon yang terdapat
pada tanah adalah A,B,C,O, dan R.
Perlakuan
yang dilakukan pada saat pengamatan
profil adalah membuat penampang tanah dengan kedalaman 100 cm. dan pada kedalaman itu ada 4 macam warna
tanah dengan lapisan yang berbeda-beda.
Lapisan pertama dengan kedalaman 0 – 20 cm sifat fisik yang dihasilkan
adalah warna 10 YR 4/3, teksturnya lempung, struktur kubus menyudut dan
konsistensinya lembab/gembur,
plintit konkresinya tidak
ada. Lapisan kedua 20-28cm dwngan warna 5Y 6/8, tekstur lempung berliat, struktur kubus membulat, konsistensi lembab, plintit
konkresinya tidak ada, lapisan ketiga
28-41cm dengan warna 10YR 5/8, tekstur liat, tidak struktur kubus
membulat, konsistensi sangat teguh.
Lapisan keempat 41-119cm berwarna 10YR 7/2, tekstur liat, struktur pejal,
konsistensi lekat / basah, plintit konkresinya ada. Dalam menentukan warna tanah, tanah haruslah
lembab, terlindung dari sinar matahari, meletakkan diatas lubang munshell
dengan menggunakan pisau atau ujung jari, dan menghindari pengamatan pada
sebelum jam 09.00 dan sesudah jam 16.00.
dan untuk perbandingan digunakannya buku munshell soil Color Chart.
Pada praktikum
boring hasilnya tidak jauh beda dengan pengamatan profil hanya saja terdapat
tiga tingkatan horizon yang didapat untuk warna tidak jauh beda dengan profil
tapi strukturnya semuanya remah, konsistensinya sedang dan ada plintit pada
horizon ketiga.
Konsistensi
tanah dan struktur berhubungan erat satu dengan lainnya, konsistensi tanah
tergantung pada tekstur, sifat dan jumlah koloid anorganik dan organik,
struktur dan terutama kandungan air tanah.
Konsistensi tanah dinyatakan dengan istilah yang berisi pengertian
kekerasan, keteguhan, plastisitas, atau kelekatan. Dalam keadaan lembab konsistensi dilukiskan
sebagai lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, atau ekstrim
teguh. Dan di dalam keadaan basah
dinilai dari plastisitas dan kelekatan.
Berdasarkan
hasil pengamatan dan data yang diperoleh pada boring dan pengamatan
profil, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa tanah dilokasi praktikum termasuk kedalam tanah Podsolik Merah Kuning.
Jenis tanah
ini memiliki lapisan solum tanah yang agak tebal, yaitu dari 90 – 180 cm dengan
batas-batas antara horizon yang nyata.
Warna tanah ini kemerah-merahan hingga kuning atau
kekuning-kuningan. Struktur B horizonnya
adalah gumpal, sedangkan teksturnya dari lempung berpasir hingga liat sedangkan
kebanyakkannya adalah lempung berliat.
Konsistensinya adalah gembur dibagian atas (top-soil) dan teguh di lapisan
tanah bawah (sub soil). Kandungan bahan
organik pada lapisan olah (top-soil) adalah kurang dari 9 %, umumnya sekitar 5
%. Kandungan unsur hara tanaman seperti
N, P, K dan Ca umumnya rendah dan reaksi tanahnya (pH) sangat rendah, yaitu
antara 4 – 5,5. tingkat permeabilitas,
dalam hal ini infiltrasi dan perkolasinya, adalah sedang hingga lambat, pada
lapisan permukaan umumnya sedang dan makin ke bawah makin lambat. Tanah ini memiliki sifat kimia kurang baik,
sedangkan sifat fisiknya tidak mantap dengan stabilitas agregat kurang. Sebagai akibatnya tanah ini mudah terkena
bahaya erosi akibat gerakan air. Sebagai
bukti banyak terdapat erosi parit yang cukup dalam didaerah –daerah jenis tanah
ini. Sifat-sifat lain dari tanah ini
adalah pembentukkan struktur cukup baik akan tetapi tidak manta. Kandungan mineral liat kaolinitnya tinggi,
sehingga jumlah air yang tersedia bagi tanaman agak berkurang. Dengan demikian maka produktifitas tanah
adalah rendah sampai sedang. Bentuk
wilayahnya adalahy datar sampai agak melandai, oleh sebab itu
sifat kimia dan fisiknya
sangat bervariasi, banyak tergantung kepada bahan induk dan letak topografinya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan serta data yang diperoleh maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Konservasi meliputi agronomis, tindakan pengolahan tanah
dan tindakan mekanis.
2. Erosi adalah proses
pemindahan tanah dari suatu tempat ke tempat lain, erosi yang terdapat di daerah itu adalah
erosi percik, alur, parit, dan bang.
3. Setiap horizon tanah
mempunyai warna yang berbeda-beda dan semakin kedalam warnanya akan berubah
menjadi gelap.
4. Warna tanah hampir
merupakan ukuran yang tak langsung mengenai sifat dan mutu tanah, serta
bersifat menggantikan ciri-ciri penting lain yang sukar diamati teliti.
5. Tekstur tanah adalah
perbandingan relatif tiga golongan besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama
perbandingan antara fraksi-fraksi lempung (clay), debu (silt) dan pasir (sand).
6. Boring dan pengamatan
profil dapat menunjukkan sifat fisik tanah sehingga tanah dapat
diklasifikasikan.
7. Tanah
dilokasi praktikum termasuk dalam tanah Podsolik Merah Kuning.
Saran
Sebaiknya dalam mengamati warna tanah harus teliti agar
hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
A.G. Kartasapoetra. Ir, dkk. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta.
Jakarta .
Anna
K. Pairunan Yulius, dkk. 1985. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negeri Indonesia
Bagian Timur.
Bever, L. D. 1961.
Sifat Fisik Tanah. UGM. Yogyakarta .
Darmawijaya Isa. 1992. Klassifikasi tanah. Gadjah
mada University
Press. Yogyakarta .
E. Saifuddin Sarief. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung .
Henry D. Foth.
1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta .
Nurhajati
Hakim, dkk. 1986. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Penerbit Universitas
Lampung.
Rahim, Sufli Ependi.
2000. Pengendalian Erosi Tanah.
Bumi Aksara. Jakarta .
Rokhman
Permadi. 2002. Laporan
Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah. Faperta Unlam. Banjarbaru.
Tim Asisten. 1999. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian Unlam. Banjarbaru.
No comments:
Post a Comment