Sunday, 19 February 2017

laporan dasar ilmu tanah

PENDAHULUAN


Tanah ditemukan dimana-mana disekitar kita dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia.  Seluruh umat manusia secara langsung atau tidak langsung bergantung pada pengelolaan tanah.  Peradaban besar hampir selalu memiliki tanah yang baik sebagai sumber daya alam.  Kebesaran peradaban akan terus berlangsung selama mereka memelihara tanahnya dengan baik.  Tidak seorangpun yang dapat memandang ringan peranan tanah sebagai media pertumbuhan tanaman karena dari tanah dihasilkan  bahan makanan, pakaian dan papan bagi umat manusia (Dr.Ir.  Anna K.  Pairunan Yulius, dkk,  1985).
Pengertian atau definisi tanah yang dewasa ini dikemukakan adalah suatu benda alami yang terdapat dipermukaan kulit bumi, yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukkan batuan, bahan organik, sisa tumbuhan dan hewan yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang  terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pembentukkan  (E. Saifuddin Sarief,  1985).
Tanah adalah benda alam dipermukaan bumi yang berbentuk tiga dimensi yang terdiri dari mineral, bahan organik, udara dan air.  Dari proses pembentukkannya tanah mempunyai ciri dan sifat yang bervariasi, sehingga untuk berbagai kepentingan (khususnya pengelolaan lahan pertanian) sangat diperlukan sekali data-data tentang ciri dan sifat tanah (Tim asisten,  1999).
Penelitian untuk melihat ciri dan sifat tanah harus disertai pengamatan tanah di lapangan agar lebih melengkapi informasi yang dapat diberikan untuk berbagai kepentingan.  Kegiatan utama yang dilakukan untuk penelitian tanah dilapangan meliputi kegiatan boring dan pengamatan profil tanah (Tim asisten, 1999).
Penetapan macam-macam horizon dan berapa jumlahnya dalam suatu profil merupakan masalah penting dalam pendeskripsian profil.  Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan tersebut adalah  penetrasi bahan organik, perubahan warna, tekstur, struktur yang kelihatan berbeda dari atas ke bawah.  Horizon-horizon tersebut berkembang melalui penambahan dan pencucian unsur-unsur serta persen liat oleh pelapukkan (Tim asissten,  1999).
Penetapan ini memerlukan pengetahuan mengenai bahan induk, sehingga dapat membedakan mana yang tanah dan mana yang bahan induk.  Secara sederhana bahan induk merupakan bahan yang consulidated (Tim asissten,  1999).
Kebanyakkan jenis tanah yang baik merupakan bahan-bahan yang baru dipindahkan.  Tanah-tanah tersebut tidak memiliki  horizon, memiliki sedikit horizon atau perkembangan horizon-horizonnya lemah dan batasnya kabur (Tim asissten,  1999).
Lebih lanjut telah dipahami pendiskripsian horizon pada suatu profil akan di bagi atas : (1) Horizon organik (O) dan (2) Horizon Mineral (A, B, C, dan R) dengan sub-sub horizonnya (Tim asissten,  1999).
Tanah dibawah kaki kita adalah bahan dasar bagi semua kehidupan dibumi.  Tanah ditemukan di mana-mana disekitar kita dan mempunyai arti sangat penting bagi kehidupan umat manusia.  Seluruh manusia secara langsung atau tidak langsung bergantung pada yang namanya tanah.  Tidak seorangpun yang dapat memandang ringan peranan tanah sebagai media pertumbuhan tanaman, karena  dari tanah bahan sandang pangan,  papan  diperoleh bagi manusia, dan kegiatan mikrobiologi pun bekerja disitu (Rokman permadi,  2002).
Dewasa ini tekhnologi pembudidayaan tanaman semakin maju, misalnya dengan sistem hidroponik (dengan larutan hara tanpa tanah) atau aeroponik sehingga tanaman tetap dapat berproduksi. Akan tetapi, dalam skala pertanaman yang luas tanah sebagai media tumbuhnya sukar untuk ditinggalkan.  Merupakan suatu bencana besar bagi makhluk hidup jika tanah sebagai media tumbuh tanaman “rusak” dalam arti tidak mampu lagi mendukung pertumbuhan tanaman.  Apabila tanah rusak itu karena ketidakmampuan atau kelalaian manusia dalam memanfaatkan tanah secara tepat. Kelalaian itu dapat terjadi karena ketidakmampuan atau terbatasnya ilmu pengetahuan yang dikuasai, atau memang sengaja karena kurangnya kesadaran dan tanggung jawab.  Agar tanah tidak mudah rusak dan dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan khususnya untuk memproduksi tanaman, maka tanah itu perlu dikelola dengan cara mempelajari tanah itu secara ilmiah.  Kemampuan tentang tanah merupakan suatu keharusan untuk menjamin peradaban masa depan, dengan terdapatnya bukti-bukti kerusakkan tanah di masa lalu (A. G.  Kartasapoetra, 1989).
Adanya kerusakkan dan menurunnya produktifitas tanah banyak berkaitan dengan berlangsungnya erosi disamping kurangnya perhatian para petani untuk menggunakan cara-cara  yang baik yang seharusnya dilakukan mereka dalam pengolahan dan pendayagunaan tanahnya, terutama di daerah-daerah yang kering,
yang memiliki kemiringan lereng (slope) sekitar 15 % atau lebih.  Pengelolaan tanah dan air yang keliru dan pola pertanian yang berpindah-pindah (shifting cultivation) kalau dapat dicegah akan sangat membantu mencegah terjadinya kerusakkan-kerusakkan dan penurunan produktifitas tanah tersebut (A. G.  Kartasapoetra, 1989).
Di Indonesia terdapat musim kering dan musim basah.  Musim kering nyatanya mendorong tanah podsolik merah kuning yang mendominasi areal terluas di Indonesia akan mudah tererosi.  Selain tanah-tanah tersebut,  terdapat pula tanah-tanah latosol yang mempunyai kemiringan lereng (dari yang agak curam sampai curam) yang banyak tidak tertutup tanaman, sehingga tanah-tanah tersebut sangat mudah kena erosi atau mengalami pengikisan
Tanah podsolik yang dimaksud di atas terbentuk dari bahan batuan yang mempunyai sifat-sifat : (1) masam, (2) berfisik jelek sampai agak jelek, (3) miskin akan unsur-unsur hara tanaman.  Tanah yang demikian dalam keadaan tanpa vegetasi di atasnya sangat rentan bagi berlangsungnya kerusakkan-kerusakkan dan erosi. Sedangkan tanah latosol yang terbentuk dari bahan batuan yang mempunyai sifat-sifat : (1) netral, (2) miskin akan unsur hara (sifat kimianya jelek walaupun sifat fisiknya baik, akan rentan pula terhadap pengikisan/erosi sekitarnya tanpa tertutup oleh vegetasi (A. G.  Kartasapoetra, 1989).
Dengan keadaan seperti di atas dan pengolahan tanah yang kurang memperhatikan cara-cara yang baik maka tatkala butir-butir air hujan menimpa partikel-partikel tanah akan mudah sekali terangkat dan selanjutnya  terangkut oleh aliran air permukaan, karena kestabilan agregatnya sangat rendah.  Menurut Binnet dalam “Elements Of Soil Conservation” , dan Muljadi dalam “Structural Problems of Indonesian Soil” pada tanah-tanah seperti diatas yang tidak tertutup oleh vegetasi erosi parit akan mengakibatkan terangkutnya partikel-partikel tanah, dan tanahpun keadaannya semakin jelek yang dapat melumpuhkan berbagai usaha penanaman tanaman pangan dan tanaman industri.  Kemungkinan lapisan tanah atasnya (top soil) sebagian besar telah hilang terangkut oleh aliran air permukaan (run off), sehingga keberhasilan usaha pertanian di atas tanah seperti tersebut di atas pada umumnya tidak dapat diharapkan lagi.  Usaha-usaha perbaikkan pada tanah-tanah tersebut, baik dengan jalan pembuatan sengkedan-sengkedan (terrasering),  penghijauan, pengolahan dan pemupukkan tanah selain biayanya terlalu mahal juga memakan waktu yang lama. Ada kalanya pula tidak berhasil dan keadaan demikian inilah yang sering menyebabkan para petani putus asa.  Dan pula tanah-tanah ini terlantar dan menderita karena pengerosian yang berlangsubg terus (A. G.  Kartasapoetra, 1989).
Tanah yang produktif dan tersedianya air yang cukup teratur adalah sangat penting bagi kehidupan manusia beserta makhluk-makhluk hidup lainnya.  Sebagai telah dikemukakan bahwa bagian yang paling vital dari tanah yaitu tanah lapisan permukaan (top soil) yang merupakan zona tersedianya bahan pangan bagi berjenis-jenis tanaman yang diperlukan manusia dan ternak.  Tanah merupakan basis fisik bagi pertanian, akan tetapi sangat disayangkan bahwa dibawah kondisi-kondisi tertentu tanah merupakan suatu sumber alam yang paling tidak stabil.  Air atau angin dalam gerakkannya diatas permukaan tanah, mengangkat dan
memindahkan partikel-partikelnya sehingga banyak menimbilkan kerusakkan, kerugian dan membahayakan lingkungan (A. G.  Kartasapoetra, 1989).
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik pengelolaan tanah berdasarkan karakterisitik tanah di Desa Kait-kait, Cempaka dan melatih kemampuan melakukan pengamatan boring dan profil tanah.
TINJAUAN PUSTAKA

Boring adalah suatu pekerjaan di lapangan dengan menggunakan bor tanah untuk mengetahui penyebaran tanah ataupun pengambilan sampel kesuburan tanah terusik untuk kepentingan analisa di Laboratorium (Tim asisten,  1999).
Boring dengan maksud untuk melihat penyebaran tanah biasanya dilanjutkan kegiatan pembuatan profil tanah untuk mewakili ciri dan sifat tanah yang sama pada areal pemboran dengan maksud untuk mendapatkan data-data yang lebih lengkap dan akurat (Tim asisten,  1999).
Warna tanah merupakan petunjuk yang nyata untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah  dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat didalamnya.  Warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna-warna standar yang terdapat dalam buku Munshel Soil Colour Chart.  Dalam buku tersebut warna standar disusun oleh tiga variabel, yaitu : Hue, value dan chroma.  Hue adalah spektrum warna yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya.  Hue dibedakan menjadi 5R, 7.,5 R, 10 R, 2,5 YR, 5 YR, 7,5 YR, 10 YR, 2,5 Y dan 5 Y yaitu dari spektrum dominan paling merah  (5R) hingga kuning (5Y).  disamping itu juga ditambahkan hue untuk warna-warna reduksi  (gley) yaitu 5 G, 5GY, 5 BG dan N yitu netral.  Value menunjukkan gelap terangnya warna sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan.  Value dibedakan  dari 0 – 8, dimana semakin tinggi nilainya maka makin banyak sinar yang dipantulkan semakin terang warnanya.  Chroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna  spektrum.  Chroma dibagi juga dari 0 – 8, dimana semakin tinggi nilainya menunjukkan kemurnian spektrum atau kekuatan warna spektrum semakin kuat.  Warna tanah dicatat dengan menggunakan notasi dalam buku Munshell tersebut, misalnya 7,5 YR 5/4
(coklat) ini berarti warna tanah mempunyai hue = 7,5 YR,  Value = 5 dan chroma = 5 secara keseluruhan berwarna coklat.  Cara menentukan warna tanah adalah dengan mendekatkan contoh tanah atau memasukkan contoh kedalam lubang yang tersedia dekat masing-masing kertas warna pembanding dalam Munshell Colour Chart,  warna dicatat sesuai dengan notasi Munshell  (Tim assisten, 1999).
Warna tanah sangat membantu para petani dan ahli-ahli peneliti tanah dalam mengklasifikasikan tanah dan mencirikan perbedaan horizon dalam tanah.  Warna tanah merupakan petunjuk mengetahui seberapa besar kandungan bahan organik (Bever, L.D,  1961).
Warna merupakan sifat tanah yang nyata dan mudah dikenali.  Warna tanah yang nyata, bagaimanapun terutama digunakan sebagai suatu ukuran langsung dibandingkan sifat tanah yang penting lainnya yang sukar diamati dan diukur dengan teliti misalnya seperti drainase.  Jadi warna tanah bila digunakan dengan ciri-ciri lainnya berguna dalam pembentukkan sebagian besar kesimpulan yang penting dengan memperhatikan pembentukkan tanah dan penggunaan lahan Henry D. Foth,  1998).
Warna tanah dipengaruhi kandungan bahan organik, mineral, drainase, kandungan air, dan aerasi.  Tanah yang mengandung banyak mineral kwarsa akan berwarna terang kelabu muda.  Warna merah ditimbulkan oleh warna mineral oksida besi.  Warna gelap tanah dapat disebabkan oleh warna bahan organik melapuk (Dr.Ir.  Anna K.  Pairunan Yulius, dkk,  1985).
Tanah dengan drainase terhambat biasanya banyakl mengandung organik di lapisan permukaan sehingga memberi warna sangat gelap.  Tanah lapisan bawah yang sedikit mengandung bahan organik berwarna kelabu muda.  Bila drainase agak baik, warna kelabu tanah lapisan bawah berbercak-bercak kuning.  Pada tanah yang berdrainase baik, aerasi baik, air dan suhu menguntungkan untuk suatu peristiwa kimia, besi dalam tanah teroksidasi dan terhindrasi sehingga menjadi senyawa berwarna merah dan kuning (Dr.Ir.  Anna K.  Pairunan Yulius, dkk,  1985).
Warna merupakan ciri tanah yang paling nyata dan paling mudah ditentukan.  Meskipun pengaruhnya yang langsung terhadap fungsi  tanah hanya sedikit, tetapi seseorang dapat memperoleh keterangan banyak dari warna tanah, apalagi jika disertai dan dihubungkan dengan ciri-ciri lain.  Jadi warna tanah hampir merupakan ukuran yang tak langsung mengenai sifat dan mutu tanah, serta
bersifat menggantikan ciri-ciri penting lain yang sukar diamati teliti (Darmawijaya, 1992).
Warna tanah merupakan pernyataan : (a) jenis dan kadar bahan organik, (b) keadaan drainase dan aerasi tanah dalam hubungan  dengan hidratasi, oxidasi dan proses pelindian, (c) tingkat perkembangan tanah, (d) kadar air tanah termasuk pula dalamnya permukaan air tanah, dan atau (e) adanya bahan-bahan tertentu (Darmawijaya, 1992).
Kesukaran yang timbul dalam cara menentukan warna tanah ini adalah antara lain : (1) dalam memilih kartu hue yang cocok dengan warna hue contoh tanah, (2) setelah itu membedakan chroma dan value yang tepat, (3) kemungkinan pengaruh luar berupa kandungan air tanah , sinar matahari dan lain-lain, dan (4) bersifat subjektif tergantung dari daya kekuatan masing-masing pengamat dalam menentukan warna itu.
Untuk mendekati kebenaran dan mengurangi subjektif maka para ahli pemetaan tanah telah sepakat untuk menentukan warna tanah dalam : (1) keadaan tanah     yang mengandung air dalam kadar kapasitas lapangan, dan (2) keadaan tidak terkena sinar matahari langsung supaya tidak silau, karena ada kilap warna.
Tekstur tanah ialah perbandingan relatif (dalam persen) Fraksi-fraksi pasir, debu, dan liat (A.G.  Kartasapoetra).
Tekstur merupakan kehalusan dan kekasaran bahan tanah pada perabaan, berkenaan dengan  perbandingan berat antar fraksi tanah.  Jadi tekstur adalah proporsi dari nisbi  fraksi tanah (Rokman P,  2002).
Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah.  Teristimewa tekstur  merupakan perbandingan relatif pasir, debu dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil (diameternya kurang dari 2 milimeter).  Pada beberapa tanah, kerikil, batu dan batuan induk dari lapisan-lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi tekstur dan mempengaruhi penggunaan tanah Dr.Ir.  Anna K.  Pairunan Yulius, dkk,  1985).
Untuk menentukan kelas tekstur suatu tanah secara teliti sekali harus dilakukan analisa tekstur di laboratorium yang disebut analisa mekanik tanah.  Umpamanya dari analisa ini diperoleh hasil 30 % pasir, 30 % liat, dan 40 % debu, maka dengan menggunakan segitiga tekstur dapat dicari kelas tekstur ini dan bisa diketahui banyak sifat-sifat fisik lainnya seperti porositasnya, daya tahan terhadap air, ketersediaan air, mudah tidaknya diolah, laju kecepatan infiltrasi, konsistensi juga kandungan unsur hara yang tersedia, menentukan jumlah kebutuhan akan air.  Dari sekian banyak sistem klassifikasi tekstur ini, yang paling banyak dipakai adalah sistem USDA  (E.  Saifuddin Sarief,  1985).
Tekstur tanah itu terdiri dari bahan padat, bahan cair, gas, dan jasad hidup.  Bahan padat terdiri atas organik dan anorganik, yang anorganik terdapat dalam bermacam-macam bentuk dan ukuran, berdasarkan besar ukurannya dibagi dalam beberapa fraksi atau golongan.  Fraksi batu lebih dari 10 milimeter, kerikil 2 – 10 milimeter, pasir 0,05 – 2 milimeter, debu 0,02-0,05 milimeter, liat kurang dari 0,02 milimeter.  Pasir debu dan liat merupakan fraksi utama (Kartasapoetra, 2000).
Pasir dan debu, disebut juga fraksi non aktif yang biasanya dengan bahan-bahan lain membentuk kerangka tanah, liat, fraksi aktif dan merupakan fraksi terpenting di dalam tanah, karena mempunyai ukuran yang lebih kecil maka liat menunjukkan permukaan efektif yang lebih besar dibandingkan dengan pasir dan debu, untuk sejumlah bahan yang sama liat mempunyai permukaan luar yang lebih besar dibandingkan dengan pasir dan debu (Kartasapoetra, 2000).
Fraksi-fraksi tanah itu biasanya dinyatakan dalam jumlah % untuk menentukan golongan tekstur tanah berdasarkan kandungan pasir , debu dan liat.  Berdasarkan pasir, debu dan liat dibagi dalam tiga golongan atau kelas dasar, yaitu ;
a.       Tanah berpasir (sandy soil) yaitu tanah dimana kandungan pasirnya lebih dari 70 % yang dalam keadaan lembab tanah berpasir terasa kasar dan tidak lekat, termasuk dalam kategori ini tanah berpasir dan tanah lempung berpasir (sandy and loamy sand soils).  Tipe tanah ini tidak baik untuk usaha pertanian terutama untuk padi sawah dengan pengairan dikarenakan daya meloloskan air besar sekali, baru bagi dry farming atau usaha tani tanah kering dapat dikatakan mempunyai kecocokkan (Kartasapoetra, 2000).
b.       Tanah berlempung (loamy soil) yaitu tanah dimana kandungan debu liat relatif sama, tanah demikian tidak terlalu lepas dan juga tidak terlalu lekat.  Sepanjang tidak ada gejala penggaraman tanah demikian sangat baik untuk pelaksanaan usaha tani.  Pengaruh keasaman dapat dinyatakan akan sangat mempengaruhinya (Kartasapoetra, 2000).
c.       Tanah liat yaitu tanah dimana kandungan liatnya kurang dari 35 % memang biasanya tidak kurang dari 40 %.  Tanah liat sangat lekat dan apabila kering menjadi sangat keras.  Clayed soil atau tanah liat ini bagi usaha tanai padi pesawahan dapat dikatakan sangat cocok, tetapi apabila hendak dijadikan sebagai tempat dry-farming (usaha tani kering) hendaknya dipertahankan agar kelembaban tanahnya selalu berada dalam kelembaban yang optimal, dengan demikian dapat terjamin pertumbuhan tanamannya yang baik (Kartasapoetra, 2000).
Pembentukkan kelas tekstur ini penting dilihat dari segi fisik kesuburan dan pengolahan tanah.  Dari segi kesuburan tanah penting sekali artinya dalam hubungan dengan pertukaran ion-ion hara tanaman dalam tanah.  Dapat diharapkan  bahwa makin tinggi kandungan liat makin tinggi kesuburan tanahnya.  Dari segi praktis pengolahan tanah, tanah liat pada umumnya berat dikerjakan karena mempunyai sifat sangat lekat dan keras, tanah pasir ringan untuk dikerjakan sifatnya yang lepas sedang tanah berlempung sifatnya berada di tengah-tengah diantara keduanya.  Terhadap segi fisik tanah, tekstur ini berperanan terhadap struktur tanah, tata air, tata udara, dan temperatur (suhu) tanah (Kartasapoetra, 2000).
Tekstur tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konsistensi dan struktur tanah, sehingga tanah pasir selalu lepas-lepas dan berbutir tunggal sedang tanah lempung selalu sangat teguh dan selalu dan hampir selalu mampet.  Tekstur tanah merupakan satu-satunya sifat fisik tanah yang tetap dan tidak mudah dibuat oleh tangan manusia jika tidak ditambah dari tempat lain.  Erosi dapat menyebabkan berubahnya tekstur karena terkikisnya tanah lapisan permukaan atau diendapkannya tanah yang terkikis dari tempat lain yang lebih tinggi (Darmawijaya,  1992).
Cara menentukan tekstur tanah :
a.    Ambil segenggam tanah dan beri air lalu remas-remas untuk melepaskan semua agregatnya, sehingga akhirnya menjadi pasta.  Jika kurang basah, dibasahi sedikit demi sedikit sambil diremas-remas.
b.    Buatlah tanah tersebut menjadi bola dengan cara mengepal-ngepalnya.  Bila tidak dapat di buat bola berarti tanah itu adalah pasir, tetapi bila dapat maka teruskan pada langkah selanjutnya.
c.    Buat tanah tersebut menjadi pita dengan cara menekan bola tersebut dengan ditekan dan didorong dengan hati-hati dengan ibu jari dan alas jari telunjuk sampai ujung pita tanah melampaui ujung jari telunjuk, bila tidak dapat dibuat pita berarti merupakan pasir berlempung, tetapi bila dapat tetapi mengalami patah-patah, amati patahan tersebut karena dari patahan tersebut dapat diketahui kelompok-kelompoknya.  Patahan < 2,5 menunjukkan kelompok lempung, patahan 2,5-5 cm menunjukkan kelompok liat berlempung dan patahan >5 cm menunjukkan liat.
d.    Buatlah tanah tersebut menjadi seperti bubur lalu digosok-gosokkan dengan jari pada lepak tangan untuk mengetahui campuran tanah yang lebih dominan melalui rasa tanah yang digosokkan  (Tim asisten,  1999).
Struktur tanah adalah susunan butir-butir primer dan agregat-agregat primer tanah yang secara alami  menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut agregat (E.  Saifuddin Sarief,  1985).
Struktur tanah merupakan suatu sifat fisik yang penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanamn serta tidak langsung berupa perbaikkan peredaran air, udara dan panas, aktivitas jasad hidup tanah, tersedianya unsur hara bagi tanaman, perombakkan bahan organik, dan mudah tidaknya akar dapat menembus tanah lebih dalam.  Tanah yang berstruktur baik akan membantu berfungsinya faktor-faktor pertumbuhan tanaman secara optimal, sedangkan tanah yang berstruktur jelek akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman (E.  Saifuddin Sarief,  1985).
Struktur tanah dapat dikatakan baik apabila di dalamnya terdapat penyebaran ruang pori-pori yang baik, yaitu terdapat ruang pori di dalam dan di antara agregat yang dapat diisi air dan udara, dan sekaligus mantap keadaannya.  Agregat tanah sebaiknya mantap agar tidak mudah hancur oleh adanya gaya dari luar, seperti pukulan butir air hujan.  Dengan demikian tidak mudah atau tahan erosi sehingga pori-pori tanah tidak gampang tertutup oleh partikel-partikel tanah halus, sehingga infiltrasi tertahan  dan run-off menjadi besar.  Struktur tanah yang jelek tentunya sebaliknya dengan keadaan tersebut diatas (E.  Saifuddin Sarief,  1985).
Suatu profil tanah tertentu bisa terdiri dari suatu pola struktur tunggal, sering sejumlah bentuk agregasi dipergunakan untuk menilai horizon demi horizon.  Ternyata bahwa  proses dan karakteristik tanah, seperti  gerak panas, perpindahan lengas, tata udara, berat volume tanah, porositas dan infiltrasi banyak dipengaruhi oleh keadaan struktur tanah.  Dengan demikian segala kegiatan  yang berupa pengolahan tanah, pembajakkan, pemupukkan termasuk pengapuran dan pupuk organik, lebih berhubungan dengan aspek struktur daripada aspek tekstur tanah (E.  Saifuddin Sarief,  1985).
Struktur tanah terbentuk dengan jalan penggabungan  butir-butir primer tanah oleh pengikat koloid tanah, yaitu koloid liat dan humus menjadi agregat primer.  Penggabungan agregat-agregat primer ini tersusun lagi menjadi bentukkan-bentukkan yang masing-masing dibatasi bidang-bidang permukaan tertentu.  Agregat primer biasa disebut juga struktur mikro, sedangkan agregat sekunder yang merupakan struktur pada lapisan tanah atas atau lapisan olah disebut struktur makro (agregat makro) (E.  Saifuddin Sarief,  1985).
Agregat mikro berukuran antara 0,25 – 0,50 mm, sedangkan agregat makro berukuran paling besar 10 mm.  yang dimaksud dengan bongkah adalah agregat yang berukuran lebih dari 10 mm.
Terdapat beberapa bentuk struktur tanah yang dapat dilihat dilapangan yaitu sebagai berikut :


1.        Struktur sederhana
Pada struktur ini bidang bilahan alami tidak ada atau tidak nampak jelas.  Struktur yang sederhana terdiri dari :
a).   Struktur butir tunggal
Sebenarnya   bukan merupakan struktur, melainkan campuran butir-butir primer yang kasar tanpa adanya atau sedikit sekali bahan pengikat agregat.  Struktur demikian terjadi pada tanah-tanah pasir, pasir berlempung, dan pasir berdebu.  Keadaan porositas tanah cukup tinggi dengan pori-pori makro yang dominan sehingga mudah melakukan air untuk infiltrasi dan penguapan.
b).  Struktur pejal (masif)
Seperti halnya struktur butir tunggal, tetapi disini kohesinya besar sekali sehingga pejal, dengan ruang pori yang bersambung.  Biasanya terdapat pada horizon yang lebih bawah.  Contohnya gumpalan tanah pejal hasil pembajakkan (E.  Saifuddin Sarief,  1985).

2.        Struktur  gabungan/pautan  (compound structure)
Struktur  ini mempunyai permukaan bidang bilah alami yang dapat dilihat dengan jelas.  Bentuk daripada kumpulan partikel tanah dengan struktur gabungan ini dapat digambarkan menurut panjang relatif sumbu-sumbu horizontal dan vertikalnya dan oleh bentuk sisi-sisinya.  Struktur gabungan ini terdiri dari:
a).   Struktur kubus
Sumbu  vertikal dan horizontalnya hampir sama panjang.  Struktur ini termasuk struktur tipe gumpal bersudut, ialah yang rusuk-rusuknya bersegi tajam, juga struktur tipe gumpal membulat yang berusuk bersegi tidak tajam.  Keduanya berkelas sama, ukurannya sebagai berikut ; sangat halus = kurang dari 55 mm, halus = 5 – 10 mm, sedang = 10 – 0 mm, kasar = 20 – 50 mm, sangat kasar = lebih 50 mm.
Struktur gumpal biasanya terdapat  pada tanah-tanah liat.  Gumpal biasanya mempunyai  ukuran yang lebih besar dari remah.  Pada susunan ini terdapat lebih banyak pori-pori mikro yang terisi air.  Pori-pori makro kurang jumlahnya  sehingga tata udara kurang baik.  Bila gumpal-gumpal berukuran lebih besar lagi disebut bongkah.  Struktur gumpal umumnya mempunyai tata udara kurang baik dan mudah terurai apabila kena air hujan (E.  Saifuddin Sarief,  1985).
b).   Struktur tipe tiang prismatik
Struktur ini mempunyai sumbu vertikal lebih panjang dari pada  sumbu horizontal, permukaan bidang bilah vertikal  sangat dominan.  Struktur ini yang ujung  maupun rusuknya persegi, tipe tiang kolumnar rusuknya bersegi, tetapi ujungnya membulat, dengan kelas-kelas yang sama bagi keduanya.  Sangat halus = kurang dari 10 mm, halus = 10 – 20 mm, sedang = 20 – 50 mm, kasar = 50 – 100 mm, sangat kasar lebih dari 100 mm.
c).   Struktur tipe lempeng
Struktur  ini mempunyai sumbu horizontal lebih panjang daripada sumbu vertikal, permukaan bidang bilah horizontal lebih dominan.  Struktur ini dapat dibagi dalam beberapa kelas ; sangat tipis = tebal kurang dari 1 mm, tipis = 1 – 2 mm, sedang = 2 – 5 mm, tebal atau kasar = 5 – 10 mm, sangat tebal = lebih dari 10 mm.
d).   Struktur remah
Struktur remah ini merupakan susunan agregat yang paling dikehendaki dalam usaha pertanian.  Pada keadaan ini terdapat ruang pori makro nonkapiler yang tidak dapat menampung air, oleh karena itu biasanya diisi oleh udara tanah.  Sedangkan ruang pori mikro diantara agregat primer bersifat kapiler, yang dapat menampung air hujan dan tidak merembes ke bawah, kemudian berguna bagi tanaman (E.  Saifuddin Sarief,  1985).
Konsistensi tanah adalah sifat yang melukiskan  kekuatan rekat butiran  tanah satu dengan lain.  Konsistensi terlihat  pada kelakuan tanah terhadap manipulasi mekanik.  Konsistensi timbul oleh gaya-gaya kohesi dan adhesi dalam tanah pada berbagai kandungan air (Anna K. Pairunan Yulius, dk,.  1985).
Konsistensi tanah adalah daya tahan atau ketahanan tanah terhadap pengaruh-pengaruh luar yang akan mengubah keadaannya (E.  Saifuddin Sarief,  1985).
Terdapat dua kekuatan utama yang bekerja atau berperan pada konsistensi tanah ini, yaitu gaya kohesi (gaya tarik-menarik antara molekul) dan gaya tegangan permukaan (adhesi) pada berbagai kelembaban tanah.  Sebagai tambahan dari kedua gaya ini terdapat beberapa faktor lain yang juga bekerja pada konsistensi ini, yaitu kandungan bahan organik, oksida dan hidroksida Fe dan Al dan kalsium karbonat (E.  Saifuddin Sarief,  1985).
Pada waktu membajak atau mencangkul tanah maka akan terasa bahwa tanah itu akan mudah atau sukar diolah.  Hal ini  dapat dikatakan bahwa tanah tersebut  berkonsistensi tertentu (E.  Saifuddin Sarief,  1985).
Konsistensi yang paling besar yaitu pada keadaan paling kering yang disebabkan oleh adanya gaya kohesi, konsistensi sedang pada waktu keadaan lembab karena adanya gaya adhesi dan konsistensi rendah/sangat rendah apabila dalam keadaan basah, sangat basah/jenuh air (E.  Saifuddin Sarief,  1985).
Konsistensi terpilahkan menurut tingkat kebasahan tanah :
1.    Tanah kering, sifat sangat keras, keras, tguh dan rapuh.
2.    Tanah lembab, sifat lunak, gembur, agak lekat atau tidak lekat.
3.    Tanah basah, sifat sangat liat, liat agak liat dan sangat lekat.
4.    Tanah jenuh air, sifat sangat kental (Notohadiprawiryo,  1988).
Menetapkan konsistensi dilakukan dengan cara meremas, memijat atau memirit tanah dengan ibu jari dan telunjuk (Tim penyusun,  1999)
Telah lama diketahui bahwa usaha peningkatan produksi bahan makanan dunia selalu tidak dapat mengejar kecepatan pertumbuhan penduduk dunia.  Hal ini antara lain karena kondisi tanah dan air sebagai sumber daya alam pada umumnya sudah mengalami degradasi sedemikian rupa sehingga memerlukan usaha-usaha konservasi yang sungguh-sungguh (E.  Saifuddin Sarief,  1985).
Pengawetan tanah dan air, yang lebih tepatnya disebut konservasi tanah dan air, adalah usaha-usaha untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah tanah serta kuantitas dan kualitas air.  Apabila tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena erosi, maka kualitas air, terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain, menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin berkurang (E.  Saifuddin Sarief,  1985).
Konservasi tanah meliputi kelerengan, panjang lereng bentuk permukaan.  Berdasarkan lokasi, penelitian dan konservasi tanah dibedakan menjadi tiga kategori.  Pertama lapangan, kedua laboratorium dan ketiga gabungan.  Pengendalian teknik konservasi untuk melakukan proses perubahan.  Teknis konservasi meliputi agronomis, tindakan pengolahan tanah, tindakan mekanis.  Erosi bisa dibagi menjadi alur, parit, beng, percikkan (Rahim, Sufli Ependi,  2000)
Konservasi air hujan sangat penting bagi daerah-daerah aridic, ustic dan xeric, dimana selalu terjadi defisit air yang besar.  Konservasi air di daerah ini umumnya ditekankan untuk meningkatkan jumlah air yang memasuki tanah dan mengurangi jumlah kehilangan air.  Ini berarti (1)meningkatkan laju infiltrasi dan kapasitas penyimpangan air di daerah perakaran, dan (2) mengurangi kehilangan air karena evaporasi dan runoff (Dr. Nurhajati Hakim, 1986).















BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan
Air.  Untuk membasahi massa tanah guna menentukan tekstur dan konsistensi.
Kantong Plastik.  Untuk tempat contoh tanah yang diambil.
Kertas koran.  Sebagai tempat untuk meletakkan tanah.
Daftar isian.  Digunakan sebagai tempat untuk mencatat hasil dari pengamatan yang dilakukan.
Alat
Meteran.  Untuk mengukur tebal, dalam, dan batas lapisan tanah.
Pisau.  Untuk menarik batas lapisan, perbedaan warna struktur.
Buku Munshell Soil Color Chart.    Sebagai buku petunjuk untuk mengetahui warna tanah yang diamati.
Kompas.  Untuk menentukan arah penampang terhadap lereng atau suatu tanda tetap dilapangan.
Bor tanah.  Alat untuk membor tanah.
Hellings meter.  Untuk menentukan derajat kemiringan tanah.

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, pada hari tanggal 25 Mei 2006 pukul 08.00 – 14.00 Wita.  Bertempat di Desa Martadah Kecamatan Kait-Kait Kabupaten Tanah Laut kalimantan Selatan.
Prosedur Kerja

Prosedur Kerja Pada Pengamatan Konservasi Tanah Dan Air
Pertama–tama kita mengamati kedaaan iklim dan cuaca, kemudian mengukur elevasi dengan alat hellings meter, menentukan erosi, drainase, vegetasi alami, penggunaan lahan, pengolahan lahan dan frekuensi banjir kemudian semua itu dicatat yang kemudian dilaporkan pada laporan ini.
Prosedur Kerja Pada praktikum boring tanah
Pertama-tama lakukan pengeboran pada daerah yang sudah ditentukan dengan cara memutar bor tanah tersebut sampai mencapai kedalaman tertentu yang sudah ditentukan, kemudian susun tanah hasil pengeboran diatas koran berdasarkan tingkat kedalamannya dengan hati-hati agar tidak tercampur.  Kemudian amati dengan baik perbedaan-perbedaan tanah pada masing-masing tingkat kedalamannya. 
Cocokkan warna tanah dengan buku Munshell Soil Color untuk mengetahui warnanya  dengan cara memberi sedikit air terlebih dahulu  pada tanah yang akan dicocokkan warnanya.  Kemudian tentukan tekstur tanah dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan diatas dan tentukan struktur tanah dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan diatas.
Prosedur Kerja pada praktikum profil tanah
Profil tanah ini sudah dibuat oleh tim asisten sehingga kita hanya mengamatinya saja tanpa harus membuatnya terlebih dahulu.  Pertama-tama amati dengan baik perbedaan-perbedaan tanah pada masing-masing horizon tanah,  kemudian ukur berapa kedalaman setiap lapisan-lapisan dengan meteran.  Ambil tanah pada masing-masing horizon dengan cara mengikisnya dengan pisau cutter, tanah tersebut diletakkan di koran dengan hati-hati dan secara bertahap agar tanah pada tiap lapisan tidak tercampur.
Cocokkan warna tanah dengan buku Munshell Soil Color untuk mengetahui warnanya dengan cara memberi sedikit air terlebih dahulu pada tanah yang akan dicocokkan warnanya.  Untuk menentukan tekstur tanah sama dengan langkah-langkah  yang telah dijelaskan diatas dan tentukan struktur tanah dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan diatas.


                        
         






HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
2.    Iklim dan Cuaca
Kemarau
3.    Elevasi
4 %
4.    Erosi
Rendah
5.    Drainase
Sedang
6.    Vegetasi alami
Rumput
7.    Penggunaan Lahan
Tidak ada
8.    Pengolahan Lahan
Pernah
9     Frekuensi Banjir
Kecil (lereng kecil)
10.  Permukaan Air Tanah
-
11.  Bahan Induk
-


Tabel 2.  Deskripsi Tanah untuk Profil tanah


Lapisan
Dalam (cm)
Warna
Tekstur
Struktur
Konsistensi
Karat/Plintit
I
0 – 20
10 YR 4/3
Lempung
Kubus/menyudut
Lembab/gembur
-
II
20 – 28
5Y 6/8
Lempung berliat
Kubus/membulat
Lembab
-
III
28 – 41
10 YR 5/8
Liat
Kubus/membulat
Sangat teguh
Ada
IV
41 - 119
10 YR 7-2
Liat
Pejal/massive
Lekat/basah
Ada



26

Tabel 3.  Deskripsi Tanah untuk  Boring



Lapisan
Dalam (cm)
Warna
Tekstur
Struktur
Konsistensi
Karat/ Plintit
I
0-20
5 YR 4/2
Lempung berpasir
Remah
Sedang
-
II
20-33
5YR 5/3
Liat berlempung
Remah
Sedang
-
III
3-50
5 YR 6/3
liat
Remah
Sedang
Ada















Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang talah dilakukan maka diketahui bahwa konservasi tanah dan air dilaksanakan pada awal musim kemarau untuk iklim dan cuacanya, kemudian mengukur elevasi dengan alat didapat 4 %, kemiringan atau tanah miring dapat menimbulkan erosi tapi dengan elevasi yang kecil ini maka erosi ditempat tersebut rendah.
Erosi dibagi dalam beberapa bentuk yaitu erosi percikan, erosi parit, beng, longsor dan erosi alur.  Erosi percikkan diakibatkan oleh pukulan tetesan air hujan yang memercikkan tanah dan memindahkan tanah meskipun tidak jauh dari tempat semula, tetapi ini tetap merupakan erosi karena bila hujan terjadi didaerah yang miring maka percikkannya akan jatuh kebawah lereng.  Erosi parit disebabkan adanya konsentrasi aliran permukaan yang semakin besar.  Beng merupakan erosi yang kedalamannya dalam bentuk besar yang terjadi secara bersamaan seperti bentuk sungai.  Erosi alur, erosi yang dalamnya hanya beberapa cm yang mana proses terjadinya hampir sama dengan erosi parit tetapi ukurannya lebih kecil.  Longsor pada pembahasan tidak dibahas, karena tidak terdapat pada tempat praktikum.  Erosi besar biasanya ditimbulkan oleh erosi yang kecil,atau awalnya kecil menjadi besar, seperti pada hujan dan angin yang menyebabkan terjadinya erosi kecil.  Selain itu tanahnya sendiripun berpengaruh terbentuknya erosi, tanah yang mempunyai sifat fisik, kimia dan biologis yang berbeda juga dapat menyebabkan laju erosi berbeda.  Kemiringan dan panjang lereng juga merupakan faktor yang menyebabkan lajunya erosi, dengan semakin besarnya kemiringan tanah maka semakin besar pula laju tumbukan yang diberikan kepada tanah, maka tanah akan cepat pula terkikis.  Pengelolaan tanaman juga berpengaruh terhadap erosi, karena pengelolaan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan dalam kemampuannya untuk mengurangi erosi.
Untuk drainase ditempat praktikum sedang karena erosi yang rendah.  Drainase adalah pembuangan kelebihan air dan mempunyai dua maksud yaitu untuk memperbaiki tata udara tanah dan pencucian garam-garam dari tanah dan menurunkan permukaan air tanah bebas.  Untuk frekuensi banjirnya kecil karena lereng kecil.
Pada tanah yang diamati vegetasi alaminya banyak ditumbuhi oleh rumput.  Vegetasi rerumputan yang mendiami tanah itu tidak semuanya merata sama jumlahnya pada setiap tempat.   Penggunaan lahan pada waktu praktikum tidak ada  tapi pernah ada pengolahan lahan.
Pada praktikum profil tanah didapat gambaran yang jelas dan untuk meneliti sifat-sifat tanah dengan baik dilapangan, maka perlu dilakukan irisan tegak lurus dari permukaan tanah kebawah.  Dari irisan tegak lurus ini akan terlihat hubungan tanah yang berada di permukaan bumi dengan benda-benda bagian bawahnya sebagai pembentuk tanah.  Irisan tegak lurus seperti umumnya sampai kedalaman + 150 cm, disebut profil tanah didalam profil terdiri dari lapisan horizon.  Horizon yang terdapat pada tanah adalah A,B,C,O, dan R.
Perlakuan yang  dilakukan pada saat pengamatan profil adalah membuat penampang tanah dengan kedalaman 100 cm.  dan pada kedalaman itu ada 4 macam warna tanah dengan lapisan yang berbeda-beda.  Lapisan pertama dengan kedalaman 0 – 20 cm sifat fisik yang dihasilkan adalah warna 10 YR 4/3, teksturnya lempung, struktur kubus menyudut dan konsistensinya lembab/gembur,
plintit konkresinya tidak ada.  Lapisan  kedua 20-28cm dwngan warna  5Y 6/8, tekstur  lempung berliat, struktur  kubus membulat, konsistensi lembab, plintit konkresinya tidak ada, lapisan ketiga  28-41cm dengan warna 10YR 5/8, tekstur liat, tidak struktur kubus membulat, konsistensi sangat teguh.  Lapisan keempat 41-119cm berwarna 10YR 7/2, tekstur liat, struktur pejal, konsistensi lekat / basah, plintit konkresinya ada.  Dalam menentukan warna tanah, tanah haruslah lembab, terlindung dari sinar matahari, meletakkan diatas lubang munshell dengan menggunakan pisau atau ujung jari, dan menghindari pengamatan pada sebelum jam 09.00 dan sesudah jam 16.00.  dan untuk perbandingan digunakannya buku munshell soil Color Chart.
Pada praktikum boring hasilnya tidak jauh beda dengan pengamatan profil hanya saja terdapat tiga tingkatan horizon yang didapat untuk warna tidak jauh beda dengan profil tapi strukturnya semuanya remah, konsistensinya sedang dan ada plintit pada horizon ketiga.
Konsistensi tanah dan struktur berhubungan erat satu dengan lainnya, konsistensi tanah tergantung pada tekstur, sifat dan jumlah koloid anorganik dan organik, struktur dan terutama kandungan air tanah.  Konsistensi tanah dinyatakan dengan istilah yang berisi pengertian kekerasan, keteguhan, plastisitas, atau kelekatan.  Dalam keadaan lembab konsistensi dilukiskan sebagai lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, atau ekstrim teguh.  Dan di dalam keadaan basah dinilai dari plastisitas dan kelekatan. 
Berdasarkan hasil pengamatan dan data yang diperoleh pada boring dan pengamatan profil,  maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tanah dilokasi praktikum termasuk kedalam tanah Podsolik Merah Kuning.
Jenis tanah ini memiliki lapisan solum tanah yang agak tebal, yaitu dari 90 – 180 cm dengan batas-batas antara horizon yang nyata.  Warna tanah ini kemerah-merahan hingga kuning atau kekuning-kuningan.  Struktur B horizonnya adalah gumpal, sedangkan teksturnya dari lempung berpasir hingga liat sedangkan kebanyakkannya adalah lempung berliat.  Konsistensinya adalah gembur dibagian atas (top-soil) dan teguh di lapisan tanah bawah (sub soil).  Kandungan bahan organik pada lapisan olah (top-soil) adalah kurang dari 9 %, umumnya sekitar 5 %.  Kandungan unsur hara tanaman seperti N, P, K dan Ca umumnya rendah dan reaksi tanahnya (pH) sangat rendah, yaitu antara 4 – 5,5.  tingkat permeabilitas, dalam hal ini infiltrasi dan perkolasinya, adalah sedang hingga lambat, pada lapisan permukaan umumnya sedang dan makin ke bawah makin lambat.  Tanah ini memiliki sifat kimia kurang baik, sedangkan sifat fisiknya tidak mantap dengan stabilitas agregat kurang.  Sebagai akibatnya tanah ini mudah terkena bahaya erosi akibat gerakan air.  Sebagai bukti banyak terdapat erosi parit yang cukup dalam didaerah –daerah jenis tanah ini.  Sifat-sifat lain dari tanah ini adalah pembentukkan struktur cukup baik akan tetapi tidak manta.  Kandungan mineral liat kaolinitnya tinggi, sehingga jumlah air yang tersedia bagi tanaman agak berkurang.  Dengan demikian maka produktifitas tanah adalah rendah sampai sedang.  Bentuk wilayahnya adalahy datar sampai agak melandai, oleh sebab itu
sifat kimia dan fisiknya sangat bervariasi, banyak tergantung kepada bahan induk dan letak topografinya.



KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan serta data yang diperoleh maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.       Konservasi  meliputi agronomis, tindakan pengolahan tanah dan tindakan mekanis.
2.       Erosi adalah proses pemindahan tanah dari suatu tempat ke tempat lain,  erosi yang terdapat di daerah itu adalah erosi percik, alur, parit, dan bang.
3.       Setiap horizon tanah mempunyai warna yang berbeda-beda dan semakin kedalam warnanya akan berubah menjadi gelap.
4.       Warna tanah hampir merupakan ukuran yang tak langsung mengenai sifat dan mutu tanah, serta bersifat menggantikan ciri-ciri penting lain yang sukar diamati teliti.
5.       Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung (clay), debu (silt) dan pasir (sand).
6.       Boring dan pengamatan profil dapat menunjukkan sifat fisik tanah sehingga tanah dapat diklasifikasikan. 
7.       Tanah dilokasi praktikum termasuk dalam tanah Podsolik Merah Kuning.
Saran
            Sebaiknya dalam mengamati warna tanah harus teliti agar hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA
A.G.  Kartasapoetra. Ir, dkk.  2000.  Teknologi Konservasi Tanah dan Air.  Rineka Cipta.  Jakarta.

Anna K. Pairunan Yulius, dkk.  1985.  Dasar-Dasar Ilmu Tanah.  Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur.

Bever, L. D.  1961.  Sifat Fisik Tanah.  UGM.  Yogyakarta.

Darmawijaya Isa.  1992.  Klassifikasi tanahGadjah mada University Press.  Yogyakarta.

E.  Saifuddin Sarief.  1985.  Ilmu Tanah Pertanian.  Pustaka Buana.    Bandung.

Henry D.  Foth.  1998.  Dasar-Dasar Ilmu TanahGadjah Mada University Press.  Yogyakarta.

 Nurhajati  Hakim, dkk.  1986.  Dasar-Dasar Ilmu Tanah.  Penerbit Universitas Lampung.
Rahim,  Sufli Ependi.  2000.  Pengendalian Erosi Tanah.  Bumi Aksara.  Jakarta.

Rokhman Permadi.  2002.  Laporan Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah. Faperta Unlam.  Banjarbaru.

Tim Asisten.  1999.  Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah.  Fakultas Pertanian Unlam.  Banjarbaru.


No comments:

Post a Comment