Saturday 25 February 2017

Contoh Proposal Pengembangan Ekowisata

PENGEMBANGAN EKOWISATA

A.           Pengertian Ekowisata
Ekowisata dalam tulisan di buku ini merupakan alih kata dari ecotourism  (ecological toursm) yaitu kegiatan wisata yang berbasis atau menggunakan sistem hubungan antara mahluk hidup atau organisme (SD Alam Hayati termasuk  SD Manusia)  dengan lingkungannya.
World Conservation Union (WCU) memberi batasan bahwa ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilaayah-wilayah  yang memiliki lingkungan alam yang masih alami dengan menghargai  warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya konservasi,  tidak menghasilkan dampak negatif dan memberi keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi penduduk lokal.
Ekowisata dapat didefinisikan sebagai konsep dasar dari wisata berkelanjuatan yang mempertimbangkan tiga (3) pilar, meliputi ekologi, ekonomi dan sosial budaya, yaitu bertanggungjawab terhadap kelestarian areal,  memberi manfaat secara ekonomi, dan mempertahankan keutuhan budaya dari masyarakat setempat.
Pernyataan lain menyebutkan bahwa tujuan dari ekowisata adalah : i) untuk memberi manfaat kepada masyarakat lokal tanpa menlenyapkan  sistem ekonomi mereka, ii) untuk melindungi  sumberdaya lingkungan, alam dan budaya dengan berbasis pada wisata, iii) untuk mengharuskan perilaku sopan-santun pelaku rekreasi dan wisatawan, sama baiknya dengan dukungan pelaksana  rekreasi   dan    wisata komersil.
F ungsi Ekowisata dari  Kawasan Esensial Ekositem Rawa Gelam, secara teknis merupakan kegiatan manupulasi atau rekayasa lahan  dan SD Alam dari zona pemanfaatan    secara optimal guna menghasilkan produk kegiatan ekowisata yang ekologis, ramah lingkungan, bermartabat dan mensejahterakan masyarakat lokal khususnya lima (5) desa sekitar. Ruang lingkup pengembangan ekowisata meliputi : identifikasi potensi  sumberdaya, pemilihan  obyek wisata dan sarana/prasarana yang perlu dibangun penyusunan program dan paket ekowisata yang disediakan, penetapan segmen pasar sasaran, distribusi dan  promosi, Pengelolaan Kawasan dan Obyek Wisata serta pengorganisasian dan pengadaan SD manusia pengelola.
B.        Obyek  Ekowisata
Obyek ekowisata berdasarkan pengertian ekowisata sebagaimana dikemukakan diatas,     adalah segenap sumberdaya (SD)  yang terdapat di lokasi atau daeral tujuan wisata  yang berguna atau yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata , meliputi SD alam serta SD budaya dan apiritual.
Sumber daya  dari Kawasan  Esensial Rawa Gelam sekitar kanal PT AGM yang potensial untuk dikembangkan seebagai obyek ekowisata adalah  Ekosistem rawa gelam  di sekitar kanal PT AGM  dan satwa Bekantan (N. Larvatus) yang menempatinya, serta potensi sosial budaya   desa sekitar.
1.        Obyek ekowisata Bekantan (N. larvatus)
Bekantan berpotensi tinggi sebagi obyek ekowisata karena tergolong sebaia satwa endemik Indonesia, populasinya  langka serta bentuknya unik dan  khas, atau lebih khusus lagi  Bebantan adalah satwa endemik Pulau Kalimantan dan merupakan salah satu sawa yang dilindungi. Dalam daftar klasifikasi  satwa yang dilindungi menurut  IUCN, tercatat sebagai satwa appendik 1, yaitu endanger species karena keadaan pupulasinya tergolong langka sebagai akibat faktor gangguan manusia (perburuan untuk dikonsumsi atau sebagai pakam ikan), konversi lahan.   Populasi bekantan  dalam jumlah yang cukup besar diketemukan    terkonsentrasi di daerah hutan rawa  gelam  yang ada di Kabupaten Patin, khususnya di sekitar kanal PT AGM. Berdasarkan hasil penelitian terakhi tahun 2013, populasi bekantan di sekitar kanal tersebut  berjumlah 112 individu yang tersebar dalam 11  kelompok. Jumlah  bekantan terbanyak ditemukan di lokasi KA 1 bagian tepi kanan sungai,  yaitu pada  kilometer 13,9 -15,3 sebanyak 51 individu. Sedang di bagian tepi kiri kanal di KL 6  atau kilometer 9,5 – 8,7  sebanyak 48 indiidu dan di KL 8 atau kilometer 2,6 – 2, 1 sebanya 47 individu.
Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan   telah memilih dan menetapkan Bekantan  sebagai maskot daerah. Namun pada kenyataan di lapangan kondisinya jauh dari dugaan,  populasinya     cenderung makin menurun dan  daerah penyebarannya makin menyempit, acapkali   beberapa ekor dalam kelompok kecil   ditemukan pada vegetasi alam di tepi sungai atau kebun karet. Sikap masyarkat pada umumnya  belum menunjukan rasa peduli dan  rasa mencintai.
Tingkat pengetahuan   masyarakat desa sekitar kawasan (dari beberapa orang yang   diwawancara)  terbatas pada  mendengar namanya. Demkian halnya dengan   penduduk yang tinggal di kota, sebahagian saja dari mereka yang telah   mengenal bekantan dari totonan di televisi .
Keberhasilan program penyelamatan keberadaan bekantan pada habitat  rawa gelam   di Kalimantan Selatan dipastikan akan membangun citra daerah dan rasa memiliki masyarkat yang akan diwariskan bagi generasi yang  akan datang.  Pemgembangan ekowisata dengan obyek bekantan merupakan upaya strategis dalam mengglang dukungan mesyarakat sekaligus menambah penghasilan masyarakat dan pendapatan daerah Propinsi Kalsel. Untuk tercapainya keberhasilan usaha tersebut memerlukan dukungan segenap lapisan masyaraka, selain dilakukan kegiatan pengelolaan bekantan dan habitatnya.
Secara audiovisual, sosok satwa bekantan dan kehidupannya mempunyai daya tarik tersendiri.  Kegiatan wisata yang dapaat ditawarkan kepada wisatawan adalah fotogrfi secara audio visual, mengati populasi  dan habitat, mengamati prilaku dan mengamati  morphologinya.

2.        Obyek wisata ekosistem rawa gelam (Melaleuca cajuputi) dengan  keasekaragaman hayati flara dan faunanya.

Luas keseluruha areal ekosistem hutan rawa gelam di sekitar saluran kanal PT AGM yang potensial untuk ditetapkan sebagai Kawasan Lindung Esensial diperkirakan mencapai sekitar 1900  ha. Bagian ekositem rawa gelam yang dimiliki PT AGM  ada  sepanjang 28,5 km di sisi kiri dan kanan dari kanal sungai Mati dan S. Puting dengan luas sekitar  ± 120 ha. Sedangkan rawa gelam yang dimiki atau digarap menduduk desa luasnya 90,5 ha.
Saat ini hutan rawa gelam yang tersisa tersebut dalam kenyataannya tidak utuh lagi karena tetap  menjadi sasaran masyarakat untuk diambil kayunya atau dijadikan lahan garapan namun demikian ekosistem ini tetap mempunyai nilai keunggulan penting dan mempunyai daya tarik tersendiri untuk obyek ekowisata karena potensi  sd Hayatinya dan beberapa kharakternya yaitu: sebagai suatu tipe ekosistem hutan tropika basah yang khas dan langka, secara geofisik berfungsi sebagai reservoar air dan sebagai habitat satwa bekantan yang  endemik dan juga langka.  Potensi  SDA hayati yang berpotensi sebagi obyek wisata adalah :
1)      Flora, berdasar hasil inventarisasi ada sebanyak 26 jenis  (Srimulyaningsih, S dan  Hadi S. Alikodra, 2013)   (Lampiran  ..........), meliputi ± 12 jenis pepohonan dari tingkat semai sampai tingkat pohon, tumbuhan bawah, liana, rerumputan, dan anggrek. Kelompok  pepohonan tingkat pancang, tiang dan tingkat pohon ada  10 jenis, dan yang banya ditemukan antara lain : Pulantan (Alstonia angustiloba), Mangobi (Decaspermum fruticosum), Gelam (Melaleuca cajuputi) dan Hapoak (Elaeocarpus glaber).  Di bagian tepi kiri kanal, tingkat pohon  yang mendominasi adalah yang pertama Pulantan ((INP 2248,87 %) ,  kemudian kedua Tumih (INP  14,65 %) dan ketiga Tarantang (INP 9,73 %), sedangkan di tepi kanan adalah Pulantan (INP 253,48 %) dan Hapoak (INP 18,61 %).  Pohon  Gelam tidak banyak ditemukan, kemungkinan karena banyak digunakan masyarkat atau faktor lain.
Manfaat ekowisat dari jenis flora yang dapat diperleeh adal pengetahuan bilogi dan atao ekolo, pengetahuan kegunaannya dan pengetahuan budidayanya atau cara konservasinya.
2)      Fauna, yang berhasil diinventarisasi  ada  32  jenis, terdiri dari :
a.      Mamalia, jenis yang mudah  ditemukan  selain bekantan ada      jenis   yaitu :  rusa, babi (Sus sp.), lutung (Presbitis cristata), warek (Macaca fascuculris), bajing, musang, tikus hutan,
b.      Reftilia, yaitu  : biawak (Varanus salvator), kura-kura ambon (Caura amboinensis), kadal, dan beberapa jenis ular,
c.        Aves (burung),  ada  34 jenis (Lampiran     ). Burung  yang mudah dijumpai di lapangan karana ukurannya yang besar dan kurang peka terhadap manusia ada 13 jenis, antara lain: elang hitam, elang bondol/ elang laut dada putih, elang kelelawar, elang tikus, raja udang / kakak sungai,  bangau tongtong, kuntul, kareo padi, kerak jambul, perkutut, tekukur, punai dan  wiwik kelabu).
Kegiatan wisata yang dapat diselenggarakan dengan memanfatkan potensi SDA yang dimiliki antara lain wisata pendidikan, wisata penelitian, minat khusus fotografi dan  penjelajahan. Perlu dilakukan pengelolaan ekosistem hutan rawa gelam untuk menjamin keberadaan dan kulitas obyek ekowisatanya.  

3.        Obyek ekowisata  Perairan    
            Perairan kanal PT AGM yang berfungsi sebagai sarana angkutan batubara,  semula merupakan dua sungai  yaitu Sungai Mati dan Sungai Putin dengan panjang 28,5 km, bagian hulu terletak di Stockpile Lok Buntar dan bagian hilir berlokasi Stockpile Puting. Kanal tersebut sengaja dibuat untuk lalulintas tongkang pengangkut batubara. 
Sungai Mati dan Sungai Puting tersebut walaupun fungsinya berubah sebagai sarana jalan untuk pengangkutan batu bara, tetapi bagian sepanjang tepi sungai yang bervegetasi hutan gelam masih  merupakan tempat hidupnya  bekantan dan berbagai jenis satwa lainnya seperti    ikan gabus dan papuyu, burung air pemakan ikan, biawak dan ular.  Salah sumberdaya yang sering terlupakansatutetapi sebenarnya berpotensi menjadi obyek ekowisata adalah komunitas vegetasi rumputyang tumbuh dibagian tertentu pada tepi sungai. Menariknya ekosistem rerumputan itu  karena merupakan   tempat bersarang binatang/hewan kecil dan juga tempat berbiak gabus
 Kegiatan wisata yang dapat diadakan di areal perairan kanal, selain    rekreasi pemancingan, dan berperahu juga fotografi dengan obyek aktivitas tongkang pengangku  batubara, kehidupan satwa bekantan dan aktivitas penduduk penangkap ikan.Upaya yang perlu dilakukan untuk mempertahankan obyek wisata perairan kanal adalah dengan pengendalian kegiatan pengerukan sungai sehingga penimbunannya dari tanah hasil pengerukan   tidak lagi  merusak pertumbuhan vegetasi yang ada.

4.        Obyek ekowisata budaya     
Ada 5 desa dari kecakatan Tapin Tengah Dan tapin selatan yang berbatasan dengan lokasi pengembangan ekowisata yaitu Lawahan, Sukarame, Sungai Bahalang, Penata Karangan dan pandahan
Sumber daya budaya dan spiritual dari ke-5 desa sekitar tersebut yang potensial sebagai obyek ekowisata  adalah : budaya pertanian :  budidaya padi sawah, pembuatan  tepung sagu rumbia, palawija di lahan kering tadak hujan, peternakan bebek, kerajinan anyaman, budaya kesenian (musik rebana, permainan pencak silat, permainan anak-anak), dan budaya spiritual (peringatan bulan maulud, berjiarah). Pemanfaatan  SD budaya dan spiritual dari desa tersebut dapat diintegrasikan dengan  program  ekowisata dari Kawasan Lindung Eseslal Hutan Rawa Gelam..

C.        PROGRAM DAN PAKET EKOWISATA
Dengan memperhatikan kondisi   geofisik , SDA, fasilitas maupan manajemen yang belum optimal, maka program ekowisata  pilihan di zona pemanfaatan diarahkan pada program wisata dengan minat khusus. Guna menambah daya tarik, maka program potensial yang prioritas sebagai pruduk yang akan ditawarkan, dikemas dengan kegiatan rekreasi alam yang banyak diminati atau menyenangkan. Untuk jangka pendek dan sebagai tahap awal   pengembangan ekowisata,  terdiri dari   dua (2) program yaitu :
1.1.            Program  wisata harian,  merupakan program wisata yang disedian untuk periode waktu kunjungan wisata selama satu (1) hari. Dengan demikian dapat diharapkan  akan tersedia waktu luang untuk aktvitas dilapangan minimal selama 5 - 6 jam.  Program ini  difokuskan pada kegiatan wisata pendidikan untuk memberi pengetahuan kepada pengunjung, yaitu tentang :
-          kehidupan bekantan, meliputi populasi, habitat dan prilaku bekantan serta  faktor  lingkungan yang mepengaruhinya.
-          ekosistem hutan rawa gelam.
Kegiatan wisata lainnya di zona pemanfaatan zona penyangga  yang dapat diintegrasikaan adalah rekreasi alam seperti berperahu, memancing, jalan kaki menelusuri jalan titian, menikmati panorama alam, piknik dan fotografi, mengenal budaya  kehidupan masyarakat desa seperti bertani sawah, berternak bebek, agroforestry ( gelam mina padi ), atau menyaksikan pementasan seni raban dan pencak silat dari karang taruna binaan.

1.2.            Program wisata bemalam . Program ini termasuk bagian dari kegiatan wisata minat khusus  dengan fojus  pada kegiatan wisata untuk memahami kehidupan di daerah rawa gelam sejak sore hari sampai pagi hari. Selama waktu tersebut otomatis wisatawan dapat mengamati bekantan pada waktu sere dan pagi harinya. Kegiatan rekresi alam yang dapat  dinikmati selam bermalam adalah memancing  dan merekam  alunan suara hewan  nokturnal seperti burung hantu, katak dan jengkrik. Pada saat  senggang  di  tempat bermalam  (tenda), dapat diisi dengan acara paparan pengelahuan alam dan diskusi tentang pengetahuam alam yang berkao=itan dengan obyek minat khusus. Cerita rakyat, legendaris desa atau keteladanan pejuang desa dapat diisikan dalam acara senggang  di malam hari.

D.            RANCANGAN PAKET WISATA

Sesuai dengan keadaan  lapangan dan  obyek wisata, sebagai tahap awal pengembangan  dalam jangka pendek maka  pelaksanan program   ekowisataakan    diselenggarakan   dengan dua paket wisata pendidikan, yaitu: 1) peket wisata  kehidupan satwa bekantan (Paket WKSB) dan 2). Paket wisata hutan rawa gelam (Paket WHRB). Paket WKSB yang pertama dapat disediakan untuk kedua program wisata, baik untuk program wisata harian maupun untuk program wisata bermalam. Sedangkan Paket WHRB hanya teersedia untuk program wisata harian.
1.      Paket WKSB
Rancangan penyelenggaraan Paket WKSB untuk mengisi program wisata harian atau pun program wisata bermalam disediakan untuk wisatawan dengan minat khusus dengan dengan misi pendidikan  cinta bekantan dan lingkungan  sehingga dapat terbangun  adanya masyarakat pencinta alam dan penyelamat   bekantan yang yuga menghargai kebudayaan. Untuk mewujudkan maksud yang mendasar tersebut maka dalam susunan acara pokoh mengenal bekantan tercakup   acara budaya. Segmen wisatawan sasaran  diprioritaskan pada kelompok pelajar SLTA , mahasiswa,  kelompok kepemudaan  dan keluarga menengah keatas, LSM  atau kelupok lainnya dengan syarat sudah terorganisir agar memudahkan dalam  pengelolaannya atau pemanduannya di lapangan. Kegiatan ekowisata harian   diprogramkan untuk durasi selama 5-6 jam, mulai jam 09.00 dan berakhir pada jam 15.00.  Sedang untuk program wisata bermalam durasinya sama selama 5 – 6 jam tetapi terpotong waktu istirahat yang panjang  pada malam hari selama 7 jam. Kegiatan wisata yang pertama  dimulai jam 15.00 sampai jam 21.00, dan kegiatan ke 2 dimulai jam 05.00 pagi sampai jam 9.00. Berikut rancangan acara penyelenggaraan Paket WKSB :
Lokasi  :  Zona Pemanfaatan
Durasi  :  6 Jam  
Jadwal dan Susunan Acara : Seperti tertuang dalam Tabel 1 susunan acara meliputi  7 topik (komponen).

No.
Waktu
Acara
Lokasi
Penanggungjawab
1.
15’
Pembukaan dan Penjelaan  program
Arena plaza
Panitia
2.
15’
Persiapan perlengkapan dan  kelompok per 10 orang
Arena plaza
Panitia
3.
60’
Mengamati dan interpretasi alam   ttg Bekantan dan lingkungan
Jalur board wolk A
sepanjang 1 km  
Pemandu
4.
8 jam
Isoma dan diskusi
Shalter Ke -1
Pemandu
5.
60’
Pengamatan dan interpretasi lanjutan
Jalur  board wolk A sepanjang  1 km
Pemandu
6.
60’
Rekreasi alam dan budaya sambil kembali ke kamp
Jalur board wolk A
Pemandu
7.
60’
Isoma dan diskusi
       Arena Plaza
Panitia
8.
30’
Persiapan pulang
Plaza
Panitia


2.     Paket WHRB

Rancangan penyelenggaraan Paket WHRB  yang hanya   untuk mengisi program wisata harian  juga  disediakan bagi wisatawan  dengan misi yang sama yaitu misi pendidikan  cinta alam  dan lingkungan.   Demikian juga halnya dalam mewujudkan misinya tersebut maka   diantara acara pokoknya  untuk mengenal ekosistem ekosistem hutan rawa gelam diselipkan komponen acara     budaya lokal. Segmen wisatawan yang menjadi sasaran  juga sama kecuali segmen keluarga yang tidak termasukan, yaitu kelompok pelajar SLTA , mahasiswa, dan  kelompok kepemudaandan  LSM  atau kelumpok lainnya yang terorganisir. Kegiatan ekowisata di lapangan diprogramkan mulai jam 09.00 dan berakhir pada jam 15.00. Berikut rancangan acara penyelenggaraan Paket WKSB :   
Lokasi Penyelenggaraan  :  Zona Pemanfaatan
Durasi  :  6 Jam (jam 09.00 – 15.00)
Jadwal dan Susunan Acara : Seperti tertuang dalam Tabel 2  susunan acara terdiri dari   7 topik (komponen)
No.
Waktu
Acara
Lokasi
Penanggungjawab
1.
15’
Pembukaan dan Penjelaan  program
Arena plaza
Panitia
2.
15’
Persiapan perlengkapan dan  kelompok per 10 orang
Arena plaza
Panitia
3.
60’
Mengamati dan interpretasi alam   ttg Hutan Rawa Gelam dan lingkungan
Jalur board wolk B
sepanjang 1 km 
Pemandu
4.
30’
Isoma dan diskusi
Shalter Ke -1
Pemandu
5.
60’
Pengamatan dan interpretasi lanjutan
Jalur  board wolk B sepanjang  1 km
Pemandu
6.
60’
Rekreasi alam dan budaya sambil kembali ke kamp
Jalur board wolk
Pemandu
7.
60’
Isoma dan diskusi
Arena Plaza
Panitia
8.
30’
Persiapan pulang
Plaza
Panitia





E.             Pengembangan pasar sasaran   

Pasar sasaran adalah masyarakat penduduk  Propinsi Kalimantan Selatan, khususnya  sebagian penduduk yang tinggal di perkotaan perkotaan yang berkemampuan menggunakan waktu luang dengan melakukan perjalanan  (wisatawan) kunjujngan ke daerah alami untuk tujuan untuk  membangun kemapuan baik yang bersifat fisik maupun mental intelektual dan  spiritual. Penduduk yang berkesempatan melaksanakan wisata alam adalah wisatawan peminat khusu alam  yang secara nyata (actual/aktual) dapat ditemui di tempat wisata alam.
Khususnya Kabupaten Patin meiliki 11 tempat wisata alam yang terletak di 5 Kecamatan dari 11 kecamatan yang ada. Jumlah  kunjungan wisata alam   pada tahun pada tahu 2009  sekitar 32.750 kunjungan orang, hampir sama dengan kunjungan wisata budaya sebesar 35.366 kunjungan orang, tetapi   lebih besar dari kunjungan wisata kota dan agro yang jumlahnya 26.000.  Pengunjung diluar wisata lam yng jumlahnya hampir dua kali lebih besar merupakan menggambarkan besaran kondisi permintaan  pasar potensial untuk dialih-fungsikan menjadi permintaan pasar wisata alam aktual.
Pengembangan pasar sasaran ekowisata alam  bekantan  perlu dilakukan melalui kegiatan  pengembangan sitem distribusi  dan promosi. Tujuan pengembangan pasar ekowisata alam bekantan yang mendasar adalah  untuk membangun dan meningkatkan minat atau permintaan masyarakat KALSEL terhadap ekowisata bekantan. Hal ini sangat penting  untuk mewujudkan masyarakat Propinsi Kalimatan Selatan menjadi suatu komunitas konservasionis yang mencintai bekatan serta peduli terhadap keberadaan budaya daerah. Oleh karna itu segmen pasar sasaran  yang dipilih harus dapat menempati posisi yang membawa pengaruh besar terhadap peningkatan  pasar sasaran dari ekowisata bekantan.
Segmen pasar diatas diperkirakan sesuai untuk diprioritaskan yang  terutama adalah anak sekolah dan mahasiswa. Kegiatan yang perlu dilakukan adalah mengadakan promosi melalui kujungan ke sekolah atau kampus yang perguruan tinggi  , atau promosi melalui organisasi persatuan pelajar, organisai mahasiswa. Pemasaran dengan pendekatan sistem distribusi dan promosi kepada    pengambil kebijakan atau pimpinan lembaga diharapkan menjadi  penyalur  efektrif  dan efisien untuk penyaluran informasi mengena produk jasa  ekowisata. Pemasan dapat dilakukan juag melalui media majalah, televisi dan radio.
Sarana  yang harus dipersiapkan adalah bahan promosi berupa leaflet, atau booklet dan sejenisnya, dilengkapi bahan ceramah (power point). Selanjutnya diadakan lomba tulis dengan pendekatan sistem perhagan untuk meningkatkan motivasi.

F.              PENGELOLAAN  EKOWISATA  
Pengelolaan ekowisata  dalam tingkat mikro (organisai pelaksana ) yang utama dibutuhkan meliputi pengelolaan kawasan, pengelolaan obyek wisata, dan  pengelolaan pasar sasaran ,
1.      Pengelolaan Kawasan
Kawasan yang dikelola adalah seluruh   wilayah yang diperutukan sebagai Kawasan Lindung Esensial  Hutan Rawa Gelam   235,5   ha, terdiri  dari areal / Zona inti (core area)   seluas 120 ha, areal pemanfaatan (ekstensif dan intensif} di bagian tepi kiridan kanan Kanal PT AGM sepanjang 28,5  km  seluas ±22 ha dan area penyangga ( garapan  masyarkat) seluas 90,5 ha (Lampiran .... : Peta Zonasi).  Penglolaan kawasan  yang diperlukan terdiri dari pengukuhan status hukum kawasan,  penataan kawasan menurut fungsi kawasan atau zonasi, penataan batas kawasan, dan pengamanan  kawasan dari pengaruh lingkungan, penghutanan kembali .
Penghutanan kembali ( Reboisasi)
Dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu :
1)      sistem permudaan alam dengan sedikit campur atau tanpa tangan manusia. Campur tangan manusia yaitu dalam kegiata persiapan lahan dan pada kegiatan pemeliharaannya. Kegiatan pemeliharaan  terbatas pada pengendalian invasi jenis eksotik atau pohon pengganggu lainnya.
2)      Sistem permudaan buatan. Manusia membuat persemaaian dengan benih yang dipungut dari hutan , terutama untuk jenis yang dominan, Selanjutnya setelah bibit cukup kuat, kira-kira berumur 6 -12 bulam ditanam  dilapangan yang dipersiapkan. Dengan jarak tanam  cukup rapat sekitar 2x2 m.

2.      Pengelolaan Obyek Wisata

Pengelolaan obyek wisata dimaksudkan untuk membangn dan meningkatkan nilai obyek wisata sehingga memiliki daya tari k yang besar dan agar juga tersedia untuk pemenfaatannya. Pengelolaan yang diperlukan menurut obyek wista , adalah :
1.      Obyek wisata Bekantan
Kegiatan pengelolaan yang diperlukan :
·         Monitoring populasi, habitat dan prilaku pergerakan
·         Pencegahan gangguan langsung oleh manusia
·         Pengendalian pencemaran habitat
·         Pengendalian pemangsaan oleh ular atau satwa lain
·         Perbaikan kualitas habitat
2.      Obyek wisata Ekosistem Hutan rawa Gelam
Pengelolaan obyek wisata hutan rawa gelam yang haarus dilakukan adalah:
·         Pencegahan kerusakan tegakan hutan oleh penebangan dari gangguan penebangan pohon dan penyerobotan  lahan.
·         Pengendalian pencemaran air
·         Pengendalian kebakaan hutan
·         Penghutanan kembali pada lahan lahan yang memungkinkan.
·         Penyuluhan dan pembinaan masyarakat
3.      Obyek Wisata Budaya
Kegiatan pengelolaan yang diperlukan  :
·      Membangun komunikasi dan kerjasama dengan pemerintahan desa, lembaga masyarakat dan dengan penduduk, khusunya yang berinteraksi dengan kawasan ,
·       Membantu bimbingan dan pelatihan peningkatan kebudayaan
·       Penyuluhan konservasi alam dan kebersihan lingkungan
·       Bimbingan pengembangan budidaya agroforestry dan mian padi.
·       Pencegahan dampak negatif program ekowisata tehadap sosial budaya
·      Segi dampak negatif dari  pengembangan ekowisata dapat berupa perubahan-perubahan  atau penurunan nilai sosial, misal nilai kelembagaan PKK, kelompok tani dan lain-lain.

G.            PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA

Pembanguan dan pengadaan sarana wisata di lapangan mempertimbangkan faktor status lahan dan  fungsi  lahan,  fungsi sarana, kebutuhan pengunjung, dan faktor pengruh  lingkungan (air, angiin, sinar matahari, kemanan) keindahan dan budaya.
Jenis dan jumlah sarana utama yang harus disiapkan untuk memungkinkan terselengaranya kegiatan wisata di lapangan adalah sebagai berikut :
Tabel     : Jenis, jumlah dan lokasi penempatan sara wisata.
No.
Jenis SaranA
Jumlah
Fungsi
Lokasi
Keterangan

1.
Jalan board work
2 km (3 ring/ruas)
tracking
Areal pemanfaatan

2.
Dermaga
2 unit
Berlabuh
Pintu utama dan pintu kegiatan lapang

3.
Shelter
4unit  (ratio 1/500 m
Berteduhdan diskusi
Setiap jarak 500m di jalan wisata

4.
Flaza lengkap denga fasilitas MCK, arena pertemuan, pos jaga, kantin dll
I set, luas 500 m2
Lapangan berkumpul
Pintu massuk utama

5.
Menara Pengamatan
2 unit
Pemantauan, pengamatan dan rekreasi
Lapangan tempat wisata

6.
Tempat parkir
500 m2
Parkir kendaraan roda dua dan empat.
Pintu massuk utama

7.
Perahu
2 Unit
Angkutan wisatawan
Di lapangan

8.
Kolam atau lekukan / sekatan sungai/kanal
1 unit
 Tempat kumpul ikan
Di tepi kanal atau rawa gelam

9.
Plaza dgn fasilitas kantor/pos jaga dan MCK   
2 unit
Tempat upaca/pertemuan
 Pintu masuk kegitan lapang

10.
Peralatan : teropong, alat pancing, dan jas hujan dan sepatu bot
@20 buah
Fasilitas  kegiatan wisata
Lapangan

11 .
Persemaian  dan tempat penegkran
1 unit, luas 500 m2
Pengadaan bibit
Tempat strategi tdengan lapangan