Setelah
kita mengenali beberapa aspek penyuluhan pertanian seperti falsafah, masalah,
metode. Komunikasi dan lain sebagainya, maka dalam bagian ini akan dijabarkan
secara singkat tentang strategi penyuluhan pertanian yang sebaiknya diterapkan
oleh seorang PPL, PPS, PPNI di dalam melaksanakan tugas seluruhnya.
Dalam bab ini ada dua hal yang tampil menjadi topik sentral
pembahasan sebagai berikut :
Ø Pertama : adalah menyangkut perubahan strategi bahwa
penyuluhan pertanian bukan hanya menyangkut soal peningkatan produksi semata,
tetapi juga mesti melihat masalah-masalah setelah produksi itu dihasilkan.
Ø Kedua : adalah pembahasan tentang perlunya perubahan
pendekatan kelembagaan yang selama ini dilakukan.
Strategi penyuluhan pertanian haruslah mampu menjawab
tantangan-tantangan pembangunan pertanian yang sifatnya universal. Sebagai
pendidikan non formal yang berusaha untuk meningkatkan produksi hingga
tercapainya kehidupan petani yang lebih baik, tentu akan beralasan sekiranya arah
dan tujuan dari strategi penyuluhan pertanian tersebut selalu di kelingkan pada
pemenuhan maksud diatas.
Dalam rangka meraih hasrat semacam itulah, maka dalam
uraian ini disiapkan beberapa gagasan dan sumbangan saran yang sebaiknya di
perhatikan. Baik oleh pemerintah ataupun kelompok masyarakat lainnya.
A.
Merancang Strategi Informasi
Pasar Hasil Pertanian
Selama kurang lebih 15 tahun Indonesia
melaksanakan pembangunan yang berencana (PELITA), ternyata banyak kemajuan yang
telah dicapai. Dari sekian banyak sektor yang berhasil.
-
Pembangunan
pertanian khususnya tanaman pangan, untuk komoditi padi benar-benar menunjukkan
hasil yang memuaskan.
-
Peningkatan
produksi padi Indonesia betul-betul sangat spektakuler, hingga sangat beralasan
kalau pada akhirnya Affandi selaku Menteri muda urusan produksi pangan
menegaskan bahwa sejak tahun 1983 ini Indonesia berhak untuk swasembada beras.
Suatu prestasi pembangunan yang wajib dijadikan contoh/teladan.
Namun begitu juga perlu disadari bahwa
pembangunan pertanian, tidaklah hanya terbatas pada aspek peningkatan produksi
semata, atribut swasembada beras, juga bukan jaminan yang argumentatif untuk
menyatakan keberhasilan pembangunan pertanian.
Yang jelas, keadaan setelah produksi
berhasil di tingkatkan, masalah-masalah yang timbul adalah:
1. Pasca penen dan pemasaran umumnya akan
tampil menjadi persoalan pembangunan pertanian.
2. Alat transportasi yang kurang didapati di
pedesaan yang jauh dari perkotaan juga menjadi persoalan berikutnya.
Itulah barang kali salah satu sebab mengapa
para pakar pertanian sering menyatakan bahwa pasca panen, pemasaran, dan alat
transportasi adalah persoalan yang tidak boleh dilibatkan urgensinya, keduanya
pantas disebut “The secondary problems”.
Ø Pada intinya perkembangan pertanian di
Indonesia dan khusus di sentra-sentra produksi akan terhambat oleh sistem
pemasaran hasil pertanian yang tidak efisien.
Ø Faktor yang lain juga yang menjadi
penghambat yang menonjol dalam sistem pemasaran hasil pertanian adalah
kurangnya informasi pasar.
Kelangkaan informasi pasar cenderung akan menyebabkan timbulnya
keadaan yang tidak berimbang yang tercermin dalam fluktasi harga dan perbedaan
harga yang cukup besar antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya.
Konsekuensi dari suasana yang demikian
adalah (1) besarnya risiko usaha dan turunnya gairah berproduksi dari para
petani produsen itu sendiri (2) langkanya informasi pasar juga akan menyebabkan
turunnya kekuatan tawar-menawar di tingkat petani produsen.
Dengan demikian usaha-usaha pemerintah
untuk menyelenggarakan informasi pasar hasil pertanian yang cepat dan cermat
untuk meningkatkan pengetahuan petani pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya terhadap perkembangan harga, dan sangat penting dalam mencapai tujuan
mening-katkan efisiensi pemasaran hasil pertanian di Indonesia.
Akibatnya, kalau saja pemerintah berkenan
untuk menyelenggarakan suatu kegiatan yang diarahkan untuk meluruskan cita-cita
diatas, maka sudah sepantasnya jika kegiatan yang akan ditempuh tersebut, tetap
diarahkan guna memperbaiki pelayanan informasi pasar, sebagai langkah awal
dalam rangka pengintegrasian menuju suatu sistim pasar nasional.
Pada sudut lain, juga terbukti bahwa
disamping adanya hasrat seperti diatas tadi, maksud dari pengembangan informasi
pasar adalah :
-
Agar
petani dan pedagang mampu pula mengarahkan produksi bahan makanannya serta
pemasaran yang sesuai dengan harga pasaran.
-
Mengurangi
fluktasi harg dan resiko pemasaran serta meningkatkan kekuatan tawar-menawar
para petani produsen sendiri.
Informasi pasar yang dirancang dengan
bijaksana, juga memberikan data harga yang dapat diandalkan dan berguna untuk
menetapkan kebijak-sanaan atau untuk bahan pengkajian dan penelitian di
Universitas/PT.
Berikut ini penulis mencoba akan membahas
secara sederhana tentang salah satu aspek dari informasi pasar yang paling
urgen dan mendesak untuk dilaksanakan dan kegiatan ini adalah :
-
Pentingnya
pelayanan informasi, harga sebagai penunjang terciptanya informasi pasar yang
rasional, realistik dan sesuai pula dengan kebutuhan serta minat petani di
pedesaan.
Hal ini perlu untuk disampaikan,
mengingat beberapa pertimbangan:
-
Salah
satunya adalah adanya fakta yang menyatakan bahwa hingga detik ini pemerintah
telah merintis satu kerjasama teknis antar pihak Indonesia dengan negara Jerman
Barat, kegiatan ini populer dengan sebutan pelayanan informasi harga ATA 85/86.
Sejak sekarang, jika kita kaji dengan
seksama tentang konsep dasar dari rintisan pemerintah, jelas terlihat bahwa
sistim pelayanan informasi harga yang telah diujicobakan di beberapa sentra
produksi, umumnya akan dicirikan oleh dua kegiatan yang paling penting :
a. Pertama adalah yang menyangkut pengumpulan data, pengolahan
data dan pengiriman data.
b. Kedua adalah mengenai penyampaian dan penyebaran
informasi kepada kelompok ssaran lewat media massa.
·
Pengiriman Data
Dari keterangan yang dikeluarkan
pemerintah, hingga saat ini, komoditi yang dikumpulkan data harganya adalah
sayur mayur dan palawija. Penentu daerah yang dijadikan sentra produksi untuk
pencatatan biasanya akan ditentukan oleh besar kecilnya produksi dari sentra
produksi tersebut.
Tingkat harga yang dicatat adalah harga
yang diinginkan oleh kelompok sasaran yang sebelumnya telah diidentifikasi
melalui suatu survei persiapan pembentukan sistim pelayanan informasi harga.
Pengumpulan data harga tersebut akan
dilakukan setiap hari, kecuali hari minggu, hari libur nasional serta khusus
untuk daerah-daerah produksi tertentu, sedangkan mengenai sistim pengolahan data yang
dilakukan, yaitu dengan menggunakan “metode
rata-rata tanpa ekstim” artinya? Dengan menghilangkan harga maksimum dan
minimum, dan dari sisanya baru diambil harga rata-ratanya.
·
Penyampaian Data kepada Sasaran
Seperti diketahui, media massa yang
digunakan umumnya dapat dibagi ke dalam tiga bagian, dan ketiga media massa
tersebut adalah :
-
Radio,
TV
-
Papan
Harga, dan
-
Surat
Kabar
Pemilihan radio/TV sebagai salah satu
media massa yang diharapkan, memang cukup beralasan. Sebab kalau dibandingkan
dengan surat kabar, memang radio lebih memasyarakat di kalangan para petani
Indonesia. Artinya kalau anda sempat jalan-jalan ke pedasaan, maka disana akan
banyak ditemukan radio dari masyarakat setempat ketimbang koran.
Sedangkan mengenai papan harga yang
dipasang di pusat pasar ataupun surat kabar daerah, pada intinya dimaksudkan
sebagai pelengkap dari penggunaan radio. Yang jelasnya lagi kalau dibandingkan
dengan efektivitasnya, maka radio akan lebih besar dibandingkan dengan kedua
media massa yang lainnya.
Adapun untuk waktu penyampai data harga
memang perlu disesuaikan dengan luang petani.
-
Berdasarkan
data yang diperoleh, maka waktu yang paling efektif adalah dikala malam hari,
tatkala petani sedang beristirahat atau pada pagi hari, dikala petani akan
berangkat ke ladang.
-
Bahasa
yang dipergunakan akan lebih baik sekiranya dilaksanakan dengan daerah untuk
propinsi dan bahasa Indonesia kalau dari RRI Jakarta.
Demikian secara singkat telah diutarakan
satu rancangan dasar dari pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi harga yang
dewasa ini sedang dikembangkan oleh pemerintah/dinas terkait.
Memang, merancang suatu strategi
pelayanan pasar hasil pertanian memang bukan usaha yang cukup mudah untuk
mewujudkannya, peran serta kerja keras memang harus kita kerjakan
B.
Menuju Penyuluhan Pemasaran
Hasil-Hasil Pertanian
Perlunya dicermati lagi bahwa antara
pemasaran dengan pembangunan sangat berkaitan sekali, khususnya bagi
komoditi-komoditi pertanian. Pada tingkat ekonomi yang belum berkembang,
pemasaran hasil pertanian hanyalah merupakan kegiatan yang sangat sederhana
sifatnya, serta tidak membutuhkan organisasi yang komplek dan juga fasilitas
yang relatif mudah juga.
Hal ini disebabkan oleh keadaan dimana
sebagian terbesar penduduk menghasilkan sendiri bahan makanan dan kebutuhan
sehari-harinya.
Menurut Ir. Abu Haerah (1980) pembangunan
adalah peningkatan spesialisasi dan intensifikasi produksi dan jasa sehingga
makin banyak orang yang harus dipindahkan dari kelompok penduduk yang satu, ke
kelompok penduduk yang lain. Salah satu gejala yang paling menonjol dalam
pembangunan adalah meningkatnya proporsi penduduk yang hidup di kota yang
bekerja di luar bidang pertanian dan menggantungkan kebutuhan bahan makanannya
dan sistim pemasaran yang berlaku.
Dalam proses pembangunan ekspor hasil
pertanian merupakan juga satu hal yang esensial, karena diperlukan devisa untuk
membeli mesin-mesin dan lain-lain keperluan pembangunan yang tidak dapat
diproduksi dalam negeri. Dan oleh sebab itu organisasi dan kegiatan pemasaran harus
pula dikembangkan kearah yang lebih maju dan dapat menghasilkan yang berlipat
ganda.
Untuk itu, kehadiran penyuluhan pemasaran
sebagai bagian integral dari pembangunan pertanian sangatlah diperlukan
urgensinya. Hal ini tentu beralasan, karena sistim penyuluhan yang dikembangkan
di Indonesia haruslah sejalan dengan rencana induk dari pembangunan pertanian.
Penyuluhan pemasaran hasil-hasil
pertanian adalah sistim pendidikan non formal yang diberikan kepada para petani
produsen dan pedagang di pedesaan agar mereka mampu memiliki perilaku yang
sesuai dengan arah dan derap langkah pembangunan pertanian.
Disamping itu, dengan penyuluhan
pemasaran yang dilaksanakan secara manusiawi, maka keterlibatan para tengkulak
atau pedagang perantara yang umumnya sangat doyan mempermainkan tingkat harga
di petani, paling tidak akan dieliminasi. Dengan demikian, sangatlah beralasan
jika penyuluhan pertaniannya pun hanyalah berorientasi pada peningkatan
produksi.
Persoalannya sekarang ini adalah para
petani kesulitan dalam pemasaran-pemasaran hasil-hasil produksi yang kian
banyak dan tidak ada tempat penampungannya, karena stok yang lama masih ada.
Alasannya.
Dalam mekanismenya penyuluhan pemasaran
hasil-hasil pertanian yang selayaknya dikembangkan di pedesaan kita adalah yang
langsung di bawah bimbingan para tenaga penyuluhan didaerah.
Dikarenakan para PPL adalah ujung tombak
dari pembangunan pertanian, maka kegiatan penyuluhan pemasaran pun sudah
sewajarnya dibebankan kepada mereka. Dan persoalannya kini, bagaimana dan siapa
yang bertanggung jawab untuk menyusun materi yang akan disuluhkan.
-
Salah
satunya adalah peran serta Koperasi, Bulog, dan aparat pemeritah lainnya
seperti Departemen Pertanian dan BPLPP. Mereka inilah sebenarnya yang paling
berwenang untuk menyiapkan materi-materi yang akan ditempatkan sebagai bahan
penyuluhan.
-
Materi
yang dibuat kemudian atau selanjutnya perlu dijabarkan lebih detail lagi oleh
para PPL yang langsung bertatap muka dengan para petani produsen dan pedagang.
Salah satu kerjasama yang dilakukan oleh
proyek informasi pemasaran dengan proyek penyuluhan pertanian (NAEF),
sebenarnya merupakan salah satu langkah awal kearah terciptanya penyuluhan
pemasaran. Dimana lewat perpaduan proyek ini telah dijelaskan dan disuluhkan
tentang perlunya pengetahuan petani terhadap parameter-parameter pasar yang
sebaiknya diketahui oleh kaum tani di pelosok-pelosok pedesaan.
Jelasnya, dengan adanya penyuluhan
pemasaran mengenai komoditi hasil-hasil pertanian yang selama ini terlihat
momok, mungkin saja akan dapat diselesaikan. Dan justru yang paling penting
untuk diresapkan adalah:
-
Bagaimana
cara kita dalam menata materi dan operasi yang lebih baik lagi pengembangan
penyuluhan pemasaran di negarai yang kita cintai ini.
-
Marilah
kita menuju penyuluhan pemasaran hasil-hasil pertanian.
C.
Menuju Penyuluhan Pertanian
Terpadu
Menurut sejarahnya, tahun 1908 adalah
titik awal penyuluhan penyuluhan pertanian di kembangkan di Indonesia, yaitu
setelah diangkatnya 5 orang penasehat pertanian (Land bouwadviseur) dan beberapa
pembantu penasehat pertanian lainnya.
-
Sejak
saat itu, secara berturut-turut sistem penyuluhan pertanian di negara kita
mengalami perkembangan.
-
Rencana
kemakmuran telah diperkenalkan sistem penyuluhan pertanian melalui Balai
Pendidikan Masyarakat Desa
-
Rencana
tiga tahun swasembada beras, lewat penyelenggaraan intensifikasi BIMAS yang
lahir, merupakan hasil seminar penyuluhan pertanian tahun 1963
-
“Pilot
Proyek” pasca usaha lengkap di Kerawang yang merupakan “Action Research” oleh
fakultas pertanian IPB.
Dan semuanya ini memberikan dorongan kuat
untuk lahirnya sistim penyuluhan pertanian yang baru.
Sistem kerja latihan dan kunjungan (LAKU)
yang ditetapkan secara intensif sejak tahun anggaran 1976/1977 melalui “Lor
Agrimeent” antara pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia adalah sistem
penyuluhan pertanian yang sampai detik ini kita kembangkan di Republik kita
tercinta ini (secara lebih lengkap dapat dilihat : Eddy Marwoto dalam
Penelaahan Pembinaan Kelompok Tani Pertanian Lapangan Sistem Latihan dan Kunjungan).
Bahan seminar, jurusan penyuluhan
pertanian, departemen ilmu-ilmu sosial dan ekonomi. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Menurut Tito Pranolo (1981) cara
penyampaian materi penyuluhan pertanian tersebut dilakukan sebagai berikut :
q
Kebawah
PPL menyampaikan materi penyuluhan kepada kontak tani untuk selanjutnya
diteruskan ke trans yang maju dan petani pengikut.
q
Keatas
PPL menerima inovasi atau materi penyuluhan dari PPS yang nantinya akan
disuluhkan kepada kontak tani (lihat : Tito Pranolo dalam Penyuluhan Pertanian
bagi Pembangunan Pertanian Terpadu). Bahan seminar pada Departemen Sosek,
Faperta IPB, 1981.
Disinilah sebetulnya diperlukan perubahan
strategi. Dalam mekanisme kerja penyuluhan pertanian, disamping para PPL
menerima materi atau bahan-bahan penyuluhan dari PPS. Khususnya yang menyangkut
“Felt-Need” dan “Interest” masyarakat tani tersebut. Sedangkan dalam
perencanaan penyuluhan pertaniannya terutama “Rural Extension Centre”, harus
mampu merencanakan program penyuluhan pertanian untuk berbagai macam komoditi
pertanian, dan bukan hanya komoditi tanaman pangan berlaku.
Untuk itulah selain melibatkan BIMAS dan
BPLPP, perlu juga mengikutsertakan seluruh Deroktorat Jenderal yang ada di
lingkungan Departemen Pertanian dalam merencakan program-program penyuluhan
pertanian yang akan dilakukannya. Hal ini penting dikemukakan, mengingat citra
adanya tumpang tindih program antara FKPP dengan Dinas-Dinas Pertanian dalam
rangkaian kerja penyuluhan pertanian
tentu tidak akan terdengar lagi.
Sehingga kalau saja penyuluhan pertanian di negara
kita sudah mampu menjadi terpadu dalam konsep dan realita
Maka dari itu perencanaan penyuluhan
pertanian yang seharusnya dilakukan adalah melalui pendekatan yang dari bawah.
Yaitu dari kebutuhan kebutuhan dasar petani (bottom up approach).
Akibatnya penyuluhan pertanian yang
selama ini dilakukan secara terpisah-pisah itu dapat diatasi dengan
mengikutsertakan seluruh Direktorat Jenderal yang ada di lingkungan Departemen
Pertanian. Khususnya dalam hal merencanakan program penyuluhan pertanian
terpadu.
Analoginya mudah-mudahan saja dengan
adanya perubahan strategi yang cukup prinsip ini “poliical will” pemerintah di
sektor pertanian yang sekarang ini terlihat seperti sedang menciptakan “farmor
gambling” bukan merupakan suatu pernyataan. Atau disengaja sama sekali.
D.
Media Penyuluhan Pertanian
Dalam proses komunikasi pada penyuluhan
pertanian diperlukan media penyuluhan yaitu saluran yang dapat menghubungkan
penyuluh dengan materi penyuluhannya. Pada dasarnya media penyuluhan itu dapat
berupa media hidup dan media mati, yang dimaksud
-
media
hidup yaitu orang-orang tertentu yang telah menerapkan materi penyuluhan atau
pengetahuan dibidang pertanian, misalnya kontak tani.
-
Media
mati yaitu sarana tertentu yang selalu digunakan atau dapat digunakan untuk
memperantarai hubungan tersebut, seperti radio, televisi, majalah, surat kabar,
koran masuk desa, selebaran, poster dan lain-lain.
Sebagai perantara yang dipercaya dapat
menghubungkan dengan baik antara penyuluh dengan petani media penyuluhan (baik
media hidup maupun media mati) hendaknya memiliki sifaat-sifat sebagai berikut:
(1) Dinamis dan dapat menyatukan berbagai
pihak, dan dapat menampung segala pesan.
(2) Sederhana tetapi mapan dan tepat dalam
penampilannya sehingga penyuluh ataupun sasaran tidak segan dan enggan untuk
memanfaat-kannya.
(3) Yang mudah diikuti dan diperoleh kedua
belah pihak (penyuluh atau pun petani)
(4) Dapat memberikan kegiatan yang praktis
dan mudah diselenggarakan oleh masyarakat.
(5) Yang murah pembiayaannya baik dipandang
dari pihak penyuluh maupun dari pihak para petani.
(6) Dapat menimbulkan pengaruh yang positif.
Dengan pengertian bahwa media penyuluhan
harus dapat menimbulkan pengaruh yang positif (viele sifat No. 6) harus
diartikan pula dapat memberikan pengaruh yang membekas (residuel effect)
sehingga materi penyuluhan itu akan menerap terus, dilaksanakan terus dalam
pembaruan, yang selanjutnya akan lebih di sempurnakan dengan adanya teknologi
yang selalu dikemukakan dalam perkembangan.
E.
Alat Bantu Penyuluhan Pertanian
Dalam pelaksanaannya penyuluhan tidak
luput dari keperluan perbantuan. Perbantuan disini khususya adalah penggunaan
alat-alat pembantu pengajaran atau penyuluhan mempunyai peranan penting dalam
proses belajar.
Manfaat alat bantu antara lain :
-
Membantu
menarik perhatian para siswa untuk beberapa dan menjadikan pelajaran itu lebih
menarik.
-
Membantu
guru mengingat detail pelajaran
-
Membantu
guru menjelaskan pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa menjadi mudah dan
cepat pengertiannya.
-
Membantu
guru menyajikan pelajaran lebih teratur menurut urutan dan susunan yang mudah
diikuti oleh siswa.
-
Para
siswa akan mengingat lebih lama apa yang dilihat dari pada yang didengar.
Berhubungan dengan tempat dimana
pelajaran itu diadakan oleh para PPL, PPS, maka pelajaran itu dapat diberikan
di berbagai macam tempat: di rumah petani, di ladang, dikolam, di kandang,
dikantor, dirumah penyuluh atau di pusat BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) dan
sebagainya. Jika penyuluhan pertanian menjadi pengambil prakarsa dan tuan rumah
dari peristiwa itu, maka ia harus mempersiapkan tempat pertemuan itu jauh
sebelumnya dan dengan tetap memperhatikan lingkungan sekitar sehingga pertemuan
itu nanti dapat dinikmati serta menyenangkan bagi para tamu maupun para tuan rumah.
F.
Media dan Alat Peraga
Penyuluhan
Media yang elektronik yang umum digunakan
1. Overhead projektor/transparan
Media transparan ini adalah media visual proyeksi
yang dibuat diatas bahan transparan. Berbagai materi, pesan, gambar, grafik dan
lain-lain dapat ditampilkan dalam media transparan.
2. Radio merupakan salah satu media audio
Dimana pesan hanya dapat ditangkap melalui indra
pendengar. Namun tetap memiliki beberapa kelebihan sehingga digunakan secara
meluas khususnya dalam program siaran di pedesaan.
3. Televisi
Merupakan salah satu media audio – visual, dimana
pesan dapat ditangkap lewat indera pendengar dan penglihatan. Sangat efektif
untuk media penyuluhan pertanian, karena jangkauannya sangat luas mengingat
cukup banyaknya jumlah sasaran (petani) di pedesaan yang memiliki pesawat
televisi.
Beberapa kelebihan yang dimiliki media televisi
adalah:
a) Sebagai media massa, jangkauan siarannya
sangat luas
b) Pengujiannya sangat menarik dan memikat
c) Pesan yang ditampilkan konkrit dan
realitas
KESIMPULAN
Dalam mewujudkan penyelenggaraan
penyuluhan pertanian yang produktif, efektif dan efisien ditetapkan strategi
sebagai berikut:
a) Menadayagunakan Balai Penyuluhan
Pertanian (BPP) sebagai basis kegiatan penyuluhan pertanian. Oleh karena itu
peranan BPP harus dipertahankan dan dibangun lebih lanjut dengan menyediakan
berbagai fasilitas yang diperlukan.
b) Menjadikan penyuluhan pertanian sebagai
kebutuhan pemerintah kabupaten/ kota dan gerakan masyarakat yang dinamis dan
bertujuan meningkatkan kesejahteraan di masyarakat umumnya.
c) Meningkatkan pesan penyuluh pertanian
swakarsa dari petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku-pelaku
agribisnis dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian.
d) Mengembangkan pendekatan penyuluhan
pertanian dengan perspektif sistim dan usaha agribisnis oleh ketahanan pangan
berdasarkan kepentingan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku
agribisnis
e) Mensosialisasikan pedoman umum ini secara
terencana dan terus menerus agar instansi-instansi dan pihak yang terkait
dengan penyelenggaraan penyuluhan pertanian benar-benar mengacu pada isi
pedoman umum ini dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian.
f) Mendorong adanya diferensiasi tugas dan
fungsi antara dinas pengaturan dan pelayanan dengan kelembagaan penyuluhan
pertanian.
g) Menggunakan “petani belajar dari petani”
sebagai pendekatan utama kegiatan penyuluhan pertanian
h) Menggunakan metode-metode pendidikan
orang dewasa dengan pendekatan “belajar sambil bekerja” bekerja sambil
belajar dan “belajar untuk menemukan”.
i)
Memberdayakan
wanita dan generasi muda pertanian dalam pembangunan agribisnis dan ketahanan
pangan yang responsif gender.
j)
Menumbuh
kembangkan dinamika organisasi dan kepemimpinan petani dan keluarganya beserta
masyarakat pelaku-pelaku agribisnis
k) Mengembangkan sekolah-sekolah pertanian
dan lembaga pendidikan tinggi untuk mempersiapkan pengusaha agribisnis masa
depan dan penyuluh pertanian ahli, memberikan konsultasi dan mengembangkan
penyuluhan pertanian.
l)
Mengembangkan
Balai Diklat Pertanian/Agribisnis yang berfungsi untuk memberdayakan penyuluhan
pertanian secara berkesinambungan melalui kegiatan diklat.
m) Mengembangkan inkubator agribisnis di
lembaga-lembaga pendidikan pertanian (SPP, APP, STPP, Balai Diklat
Pertanian/Agribisnis dan Lembaga Penyuluhan Pertanian.
n) Mengembangkan dan memanfaatkan
sumber-sumber informasi ilmiah dan teknologi lokal spesifik yang cakupannya di
perluas dengan sosial – ekonomi khususnya informasi pasar yang dikembangkan
oleh petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis.
o) Mendorong Pemda, LSM masyarakat pelaku
agribisnis dan lembaga penyuluhan pertanian.
DAFTAR
PUSTAKA
Kebijaksanaan Nasioanal Penyelenggaraan
Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian 2002
Ir. A.G. Kartasapoetra. Teknologi
Penyuluhan Pertanian 2002 – 2004
Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian. 1994
Prof. Dr. Ir. Soedarmanto.M.Ed. ISBN –
2003.979 – 508 – 15. 2003
Dasar-dasar Penyuluhan Modernisasi
Pertanian 1976
Ir. Mulyadi Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan
Pertanian. 2002
Saya tidak bisa cukup berterima kasih kepada layanan pendanaan lemeridian dan membuat orang tahu betapa bersyukurnya saya atas semua bantuan yang telah Anda dan staf tim Anda berikan dan saya berharap untuk merekomendasikan teman dan keluarga jika mereka membutuhkan saran atau bantuan keuangan @ 1,9% Tarif untuk Pinjaman Bisnis. Hubungi Via:. lfdsloans@lemeridianfds.com / lfdsloans@outlook.com. WhatsApp ... + 19893943740. Terus bekerja dengan baik.
ReplyDeleteTerima kasih, Busarakham.