Wednesday 22 February 2017

ALAT BANTU DAN PERAGA DALAM PENYULUHAN PERTANIAN


ALAT BANTU DAN ALAT PERAGA
DALAM
PENYULUHAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN
Sebagai suatu sistem pendidikan non-formal,yaitu suatu sistem pendidikan terprogram di luar sekolah, kegiatan penyuluhan mutlak memerlukan perencanaan yang jelas mengenai program pendidikan yang akan dilaksanakan.  Tentang hal ini, dalam setiap melaksanakan kegiatan penyuluhan, seoranmg penyuluh tidak hanya cukup menetapkan topic materi penyuluhan dan merancang metode yang akan diterapkan. Akan tetapi seorang penyuluh juga harus mempersiapkan perlengkapan penyuluhan.
            Di dalam kegiatan penyuluhan, perlengkapan penyuluhan sangat penting untuk  membantu kelancaran pelaksanaan penyuluhan maupun untuk memperjelas materi yang disampaikan agar mudah diingat dan dipahami oleh masyarakat sasaran.
            Sehubungan dengan pemberian penyuluhan, penyuluh sangat memerlukan sekali alat-alat bantu dan peraga, agar petani yang umumnya sangat memerlukan contoh-contoh kerja dapat meniru dan mengikuti dengan penuh perhatian. Jadi dalam penyuluhan pertanian yang merupakan sistem pembelajaran peranan penyuluh dan alat-alat bantu dan peraga sangatlah penting.
            Baik penyuluh ataupun para petani yang mengikuti penyuluhan akan sangat terbantu dengan adanya alat pembantu tersebut, pemberian penyuluhan dan penerimaannya akan berlangsung dengan l;ancar dan baik.
            Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau perlengkapan penyuluhan yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan itu dilaksanakan. Alat ini digunakan untuk mempermudah penyuluh selama melaksanakan kegiatan penyuluhan, baik dalam menentukan atau memilih materi penyuluhan atau menerangkan inovasi yang disuluhkan.
            Alat peraga adalah sesuatu (alat, benda) yang dapat dilihat untuk menjelaskan apa yang dimaksud.

II.    
MANFAAT ALAT BANTU DAN ALAT PERAGA

DALAM PENYULUHAN   PERTANIAN
Alat-alat Bantu dan peraga dalam penyuluhan pertanian dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.   Membantu penyuluh menjadikan pelajaran lebih menarik sehingga para petani peserta akan lebih berminat.
2.   Membantu penyuluh dalam menjelaskan pelajaran yang diberikan sehingga para petani peserta lebih mudah dan cepat mengerti.
3.   Membantu penyuluh dalam menyajikan materi pelajarannya, sehingga lebih teratur dan mengesankan.
4.   Membantu penyuluh  dalam mengatasi kemacetan pemberian pelajaran karena daya tangkap para petani peserta berbeda-beda dan masih rendah.
III. PENGGOLONGAN ALAT PEMBANTU
 DALAM PENYULUHAN    PERTANIAN
            Alat pembantu penyuluhan pertanian dapat digolongkan dalam dua golongan besar, yaitu; golongan pertama berhubungan dengan tempat dimana penyuluhan dilakukan, dan yang kedua berhubungan dengan penyajian pelajaran.
A.                 Alat pembantu yang berhubungan dengan tempat, dimana penyuluhan dilangsungkan.
Dalam penyuluhan pertanian materi dapat disampaikan pada berbagai tempat. Di rumah petani, lading, sawah,kolam atau kandang ternak. Juga di kantor atau rumah penyuluh, pusat penyuluhan pertanian, kebun bibit, balai benih, laboraturium, bengkel dan sekolah pertanian. Dapat pula tempat-tempat yang dikunjungi secara khusus, seperti  pameran pertanaman demontrasi.
Pertemuan-pertemuan yang dilakukan dalam ruangan biasanya atas inisiatif penyuluh, yang tentunya dalam menentukan tempat biasanya atas bantuan kontak tani,kelompok tani dan himpunan tani.
Tempat yang di datangi petani harus mudah di temukan, supaya dipilih yang dekat dengan jalan dan ada tanda-tanda penunjuk jalan yang jelas. Bila kunjungan itu diselenggarakan oleh penyuluh pertanian dengan kelompok, maka supaya di usahakan  alat pengangkutan yang layak dan cukup besarnya. Penyuluh pertanian yang melakukan kegiatan-kegiatan penyuluhan yang jauh dari tempat tinggalnya, seharusnya juga mendapatkan fasilitas, untuk alat transportasi yang cocok dan layak. Sehingga dapat melakukan kegiatan tepat waktu dan penyuluhan pun berjalan dengan lancar.
 Dalam kenyataannya tempat pemberian penyuluhan  seringkali diluar kekuasaan penyuluh sehingga harus diterima seadanya saja.
Alat bantu disini tentunya alat duduk (kursi atau tikar) dan alat penerangan. Pengaturannya harus dilakukan sedemikian rupa,tidak akan menimbulkan perasaan yang berbeda di antara para peserta,dengan demikian dapat ditunjukkan ke demokratisan dalam pelaksanaan pertemuan yang akan diselenggarakan.
B.                 Alat pembantu yang berkaitan dengan penyajian pembelajaran
Alat-alat pembantu yang berkaitan dengan penyajian pembelajaran ini memiliki sifat-sifat yang khas, yaitu:
1.                   Membantu para petani peserta agar dapat lebih mudah mengerti, mancontoh dan menerapkan pengetahuan dan peragaannya dan apa yang dilihat dapat menerap lebih lama dari apa yang didengarnya. Dapat memperbaiki keadaan yang kurang memenuhi persyaratan. Umpamanya lampu untuk tempat yang kurang penerangannya. Sedangkan ruangan yang terlalu luas dapat diperbaiki dengan memasang public address system atau sound system sehingga pembicaraan terdengar dengan jelas.
2.                  dapat digunakan untuk menarik perhatian sasaran. Hal ini juga dapat memusatkan dan menahan perhatian untuk beberapa lama.
3.                  Dapat mengingatkan kembali akan sesuatu hal yang tidak menarik perhatian lagi. Dalam hal ini poster sering digunakan untuk maksud tersebut, tanpa banyak perkataan namun dengan slogan yang tepat. Gambar yang menarik dan warna yang menarik dapat merangsang emosi.
4.                  Dapat menambah jumlah sasaran yang yang dijangkau dalam suatu kegiatan penyuluhan.
5.                  Dapat di ulang kembali menurut keperluannya.
6.                  Dapat memberikan pedoman untuk kerja sendiri.
            Alat pembantu ini meliputi:
1.Visual aid atau yang dapa dilihat
2.            Audio aid atau yang dapat di dengar
3.            Audio visual aid atau yang dapat dilihat dan di dengar
Audio visual aid merupakan jenis ala pembantu yang paling baik dan yang paling berhasil tentunya kerana merupakan kombinasi antara visual aid dengan audio aid. Selain penjelasannya dapa di dengar juga dapat di lihat sehingga lama membekas dalam ingatan,sebab ada pengaruh darin gambar-gambar yang ditampilkan
3.  1 Keuntungan menggunakan alat bantu audio visual
            Walaupun ada kekurangannya, yang jelas alat bantu audio visual dapat menambah keefektifan penyuluhan. Sebagai contoh, hadirin akan mengingat lebih banyak isi pesan suatu ceramah yang menggunakan ilustrasi dari alat bantu audio visual  daripada pembicara tanpa menggunakan alat apapun. Ada beberapa penyebabnya:
a.             Alat Bantu dapat menarik perhatian hadirin
b.            Melalui alat, bisa disarikan butir-butir penting dari pembicaraan dengan jelas
c.             Pesan lebih mudah ditangkap melalui beberapa panca indra dibandingkan yang hanya melalui satu panca indra saja.
d.            Kemungkinan untuk mengurangi terjadinya penafsiran yang keliru.
e.             Beberapa alat bantu dapat mambantu menyusun pesan secara sistematis.
3. 2   Penggunaan media audio visual yang efektif.
Susunan pesan harus dipikirkan dengan baik,jika alat Bantu audio visual akan digunakan secara efektif untuk alih informasi. Dengan demikian penting sekali untuk mengkoordinasikan alat bantu audio visual atau peraturan suaranya dengan saluran visual, agar sinkron satu sama lainnya. Jika tidak maka akan membingungkan penerima. Kata-kata dan gambar seharusnya manyatu sehingga jika mamberikan film, yang pertama-tama dibuat adalah garis besarnya kemudian selenggarakan diskusi kelompok.
Suatu tantangan saat penyampaian sejumlah besar informasi di dalam jangka pendek, bila menggunakan berbagai media. Bagi hadirin, terutama yang kurang berpendidikan, sangat sulit menguraikan dan menafsirkan pesan dengan tepat. Dengan demikian, informasi harus dibatasi agar dapat diuraikan menurut nalar hadirin.
Sangat berguna bagi hadirin untuk mendiskusikan penafsiran mereka dengan agen penyuluhan agar kekeliruan segera dapat diperbaiki.  Walaupun hal ini tidak selalu memungkinkan, tidaklah salah bila menyiapkan bahan audio visual. Tidak jarang mereka menafsirkan pesan dari audio visual tidak seperti yang diperkirakan oleh agen penyuluhan, tetapi bukan tidak logis jika dipertimbangkan menurut kerangka piker mereka. Umpan balik demikian dapat memberikan kesempatan kepada penyuluh untuk memodifikasi pesannya agar tidak terjadi salah penafsiran yang lebih jauh.  Sebagai contoh,  gambaran terhadap nyamuk malaria yang diproyeksikan di layar dari slide berukuran 35 mm mungkin menunjukkan sayap dan kaki sepanjang 1 meter. Gambaran demikian tidak mungkin bisa dipahami oleh penonton di lokasi terpencil di Afrika atau New Guinea karena penduduknya mungkin belum pernah melihat slide proyektordan belum mengenal pembesaran foto. Hal yang serupa untuk foto berwarna yang tidak selalu mudah untuk ditafsirkan dibandingkan dengan foto hitam putih. Jumlah dan nuansa warna bisa membingungkan penonton dan menyebabkan inti pesan menjadi hilang, jika mereka belum terbiasa “membaca” gambar.
Penelitian menunjukkan bahwa gambar yang paling mudah dimengerti adalah foto tanpa menunjukkan latar belakang yang tidak relevan atau ditonjolkan gambar objek yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Tidak satu gaya seni  yang terbaik sekalipun dapat dipertunjukkan kepada mereka  yang tidak tahu membaca dan menulis. Seringkali ada bentuk tradisional yang menggunakan gambar, yang juga dapat efektif walaupun mungkin buat penyuluh sama sekali tidak realistis.
Kadang-kadang ada penyajian yang begitu banyak menarik perhatian sehingga dapat menggeser pesan itu sendiri. Dengan demikian perlu untuk menerangkan terlebih dahulu agar pembicaraan tidak akan terganggu oleh obrolan sampingan atau komentar mengenai media itu sendiri.
Film,video dan sandiwara dapat mencapai tujuan ganda dengan cara memberikan informasi secara santai. Tetapi perlu dijaga agar suasana santai tidak mendominasi,kerana kemungkinan isi informasi tidak sampai. Pergelaran drama bisa mendorong penonton mengarahkan pikirannya ke masalah tertentu, tetapi mereka harus diberi motivasi yang tinggi dan bersedia untuk memproses informasi jika ingin menyerap pengetahuan baru.
3.  3.  Penggunaan Media Rakyat
Perhatian untuk menggunakan media rakyat semakin bertambah di media industri sedang berkembang. Media yang di maksud adalah sandiwara teater, nyanyian, wayang, dongeng, dan bentuk hiburan tradisional lainnya. Bertambahnya minat terhadap media rakyat tersebut kerena kurang berhasilnya media massa meningkatkan pembangunan pedesaan seperti yang diharapkan sejak 25 tahun yang lalu. Penyebab lain adalah berkurangnya tekanan pada komunikasi “ dari-atas- ke bawah” dengan penduduk pedesaan sehingga memberi kemungkinan melakukan pendekan partisipatif. Media rakyat biasanya melibatkan partisipasi nyata.
Pengetahuan mengenai efek media rakyat masih berdasarkan pada kesan dan bukan atas penelitian evaluatif yang rasional. Media ini banyak menghimbau pada emosi pendengar yang mengidentifikasi diri mereka dengan pemain. Kemudahan mengidentifikasi tersebut karena media ini sesuai dengan pola budaya setempat, sedangkan media massa membawa informasi dari kota bahkan dari negara asing.
Dengan demikian, media rakyat sering lebih efektif membangkitkan motivasi untuk melakukan perubahan daripada alih pengetahuan kepada suatu perubahan dari penduduk desa. Pendengar juga cenderung mempunyai perasaan percaya pada pesan, karena komunikasi yang dilakukan dalam bentuk yang telah dikenal, baik dalam dialek maupun dari orang-orang yang telah mereka kenal.
Masyarakat desa dapat mengambil bagian di dalam media rakyat dalam berbagai cara. Ada yang menulis naskah untuk sandiwara, yang lain menciptakan lagu dan ada puyla yang bermain atau membantu di bidang produksi. Pemain biasanya memiliki kebebasan untuk membawakan peran, baik pada kata-kata yang digunakan maupun mimik mereka.  Pendengar jarang yang hanya sekedar sebagai pendengar atau penonton yang pasif, tetapi aktif mengambil bagian sehingga mempengaruhi pemain. Biasanya mereka meyakinkan penduduk desa,misalnya tentang perlunya pelestarian tanah,disamping menjadi yakin terhadap dirinya sendiri. Organisasi penyuluhan dapat mendorong partisipasi dengan cara menyelenggarakan perlombaan sandiwara atau lagu guna memilih prtomosi inovasi yang paling baik, misalnya peningkatan produksi beras atau pembentukan koperasi.
Dinas penyuluhan juga dapat membantu kelompok yang ingin mementaskan sandiwara dengan menyediakan kostum, atau pengangkutan ke desa yang berdekatan. Walaupun metode penyuluhan demikian relatif tidak mahal, pengaturan anggaran sering tidsak memungkinkan. Masyarakat golongan elite di desa bisa saja turuit memainkan peranan yang penting di dalam proses partisipasi yang berhubungan dengan pengembangan dan penggunaan media rakyat. Sayangnya, biasanya  mereka membawakan kepentingan kelompoknya sendiri yang mungkin terjadi tabrakan     kepentingan.
Masyarakat desa tidak selalu menerima pesan yang disampaikan melalui media tradisional. Teknik ini bisa gagal, kecuali jika dilakukan oleh orang-orang yang mengerti mengenai  budaya setempat. Berbagai kasus telah dilaporkan antara lain penonton meninggalkan tempat dengan penuh amarah.

Media tradisional bersaing dengan media modern seperti radio, televisi, kaset atau vedio, dan di dalam beberapa hal media tradisional mengalami kekalahan. Orang tidak suka di anggap kono di dalam penggunaan media, tetapi di dalam situasi tertentu berbagai jenis media dapat di kombinasikan atau saling berdampingan. Penyuluhan di negeri Belanda bisa mencapai lima kali lebih banyak untuk menghadiri sandiwara yang dipentaskan petemuan petani, daripada ceramah dengan topik yang sama. Petani yang inovasinya yang kurang, utamanya kaum wanita, datang untuk melihat pertunjukkan. Juga penduduk desa di negara berkembang sering datang berbondong-bondong dan melibatkan diri dalam pementasan rakyat.
Media rakyat dan media modern seharusnya jangan sampai bersaing, namun saling melengkapi. Dengan demikian, media rakyat dapat dipertunjukkan di televisi, dan lagu-lagu rakyat sebagai penyuluhan yang juga dapat disiarkan di radio.
3. 4  Gabungan berbagai media dan penggunaan alat bantu audio visual
Dari pembicaraan sebelumnya jelaslah bahwa setiap metode penyuluhan mempunyai kekurangan dan kelebihan. Dengan demikian tidaklah perlu untuk menanyakan metode yang paling bai,tetapi mengetahui bagian mana dari setiap metode dapat berperan di dalam program penyuluhan. Pada umumnya dianjurkan untuk menggabungkan berbagai metode sesuai dengan tujuan. Dengan kata lain, ada metode terbaik untuk setiap tujuan atau fungsi yang hendak dicapai, kadang-kadang berbagai medis perlu digunakan secara serentak, misalnya pada ceramah yang didukung oleh alat bantu audio visual. Alat-alat bantu tersebut digunakn secara berurutan,melengkapi media tertulis untuk suatu diskusi kelompok.
Universitas terbuka United Kingdom telah menggunakan multimedia dengan sangat sistematis. Pendekatan multimedia bukan hanya penting untuk pelaksanaan fungsi proses komunikasi, tetapi jug untuk penampilannya melalui media yang paling cocok, disamping dapat mencapai peserta yang lebih besar.
Penelitian iklan menunjukkan bahwa orang yang menerima pesan yang sama melalui berbagai media akan lebih tanggap, kerana isi pesan telah dikenal hanya konteks yang berlainan.

Saat merencanakan kombinasi berbagai media, biasanya yang dipikirkan tidak hanya soal kampanye yang tersusun rapi, tetapi juga penggunaan alat audio visual untuk mendukung ceramah dan diskusi kelompok, seperti papan tulis, papan flanel,flipchrt,proyektor, foto, gambar, grafik, peta,slide, filmstrip, film, radio, televisi, rekaman suara dan video tipe, CD-ROM (compact disc read-only memory) dan terminal belajar terprogram.
Kemampuan teknis perangkat audio visual berkembang dengan pesatnya walaupun penelitian mengenai pengguanaan, efek-efek dan peranannya dalam belajar dan belajar belum bisa mengimbanginya. Kaset video dan CD-ROM yang lebih baru banyak merebut perhatian. Sebagai contoh, CD-ROM pada disk yang kira-kira lebarnya 12 cm dan tebalnya 1mm, dapat memuat gambar cetak dalam jumlah besar layaknya buku dan ensiklopedi, seperti juga ilustrasi beraneka warna. Beberapa orang beranggapan bahwa CD-ROM setengahnya menggantikan peran buku, meskipun ada informasi objektif yang mendukung atau menyanggah anggapan tersebut. Pernyataan –pernyataan itu lebih banyak di dasarkan pada pengalaman daripada penelitian ilmiah.

                          IV. RAGAM ALAT BANTU PENYULUHAN


Alat bantu penyuluhan diunakan untuk mempermudahpenyuluh dalam melakukan penyuluhan. Tentang hal ini, Totok Mardikanto (1985) telah mengemukakan ragam alat bantu penyuluhan yang diperlukan setiap penyuluh, seperti yang tersebut dalam gambar 1.1.




            a).        kurikulum      
Berbeda dengan pengertian sehari-hari yang mengartikan “kurikulum” sekedar daftar mata pelajaran yang akan diberikan atau dipelajari, kerikulum sebenarnya merupakan pernyataan tertulis tentang perencanaan pendidikan yang memuat (Totok Mardikanto, 1984):
1.         Tujuan-tujuan yang ingin dicapai atau tujuan-tujuan yang dikehendaki, baik tujuan umum dari program pendidikan yang diselenggarakan maupun tujuan khususyang berupa perubahan prilaku yan diinginkan dalam diri sasaran didik.
2.         Kegiatan-kegiatan yang hjarus dilaksanakan oleh pendidik dengan sasarandidik selama berlangsungnyaproses belajar mengajar, serta menncakup metoda mengajar yang akan diterapkan, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pendidik, kegiatan yang akan dan harus dilakukan oleh setiap sasaran didiknya.
3.         Daftar mata pelajaran yang akan disampaikan,termasuk pokok-pokok bahasan yang disusun menurut urutan tujuan pendidikan. Baik menurut isi (content area) maupun prosesnya (process area).
4.         Rencana evaluasi yang akan di laksanakan, baik yang mengenai waktu pelaksanaan evaluasi (evaluasi awal,evaluasi antara,dan evaluasi akhir) aspek prilaku yang akan dievaluasi (perubahan sikap,pengetahuan,keterampilan) teknik-teknik maupun evaluasi yang akan diterapkan.
Karena itu,kurikulum merupakan suatu paket yang berisi rencana mengajar yang lengkap.Di dalam kegiatan penyuluhan , adanya kurikulum akan sangat membantu penyuluh dalam rancangan kegiatan penyuluhan yang akan dilaksanakannya, terutama jika ia akan menerapkan metode kursus. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa untuk penyuluhan dengan menrapkan metode yang lain tidak memerlukan kurikulum yang jelas. Bagaimanapun, adanya kurikulum akan sangat membantu penyuluh dalam rancangan/merencanakan dan melaksanakan kegiatan penyuluhannya.
            b).        lembar-lembar persiapan penyuluhan
            Adanya kurikulum yang telah disiapkan, sebenarnya belum cukup untuk membantu kelancaran kegiatan penyuluhan di lapangan. Di dalam praktek, setiap penyuluh sebenarnya masih memerlukan lembar persiapan penyuluhan yan berisikan pokok-pokok kegiatan yang harus dikerjakan selama kegiatan penyuluhannya berlangsung.
            Mengingat kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh seorang penyuluh sangatlah beragam, maka setiap penyuluh juga harus mempersiapkan beragam lembar persiapan penyuluhan yang berupa:
1.      Lembar persiapan penyuluh (LPM),
yang berisikan urutan kronologis tentang pokok-pokok bahasan yang kan disampaikan selama penyuluhan dilaksanakan. Di dalam LPM, disamping berisikan pokok-pokok bahasan, juga dicantumkan pula metode penyuluhan yang akan diterapkan serta alokasi waktu yang akan diperlu8kan.
LPM ini, biasanya hanya disiapkan untuk kegiatan penyuluhan mengenai aspek sikap pengetahuan.
2.         Lembar persiapan latihan (LPL),
 yaitu berupa LPM yang dikhususkan untuk kegiatan penyuluhan yang menyangkut aspek penetahuan dan keterampilan.
3.         Lembar persiapan kerja (LPK),
yaitu berupa LPM yang dipersiapkan manakala di dalam penyuluhan nanti akan dilaksanakan latihan menggunakan peralatan atau latihan keterampilan
            c).        Papan tulis dan atau papan penempel
            Pada setiap kegiatan penyuluhan, apalagi jika dilakukan dalam ruangan, seringkali penyuluh memerlukan papan tulis atau papan penempel untuk menjelaskan materi yang disuluhkan. Sedang jika penyuluhan dilakukan dilapangan, diperlukan papan penempel dengan ukuran yang relaif kecil dan mudah dilipat.
            Untuk papan tulis, biasanya digunakan papan tulis bewarna hitam atau hijau (jika menulis dengan kapur)  atau yang bewarna putih( white board) jika menulisnya dengan tinta.
            Papan penempel yang sering digunakan di lapangan adalah papan yang dilapisi dengan kain panel, atau hanya berupa kain panel saja yang mudah dilipat. Sedang untuk eperluan penyuluhan di dalam ruangan, seringkali digunakan papan panel atau papan bermagnet (magnetic board). Papan penempel ini biasanya digunakan untuk tempat menempelkan gambar-gambar atau tulisan-tulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
            d).        Perlengkapan ruangan
            Untuk pelaksanaan penyuluhan di dalam ruangan, setiap penyuluh akan memerlukan beragam alat bantu menyuluh, baik untuk membantu memperjelas kegiatan penyuluhannya maupun untuk memberikan suasana yang nyaman bagi sasarannya. Beragam alat bantu dalam ruangan itu adalah:
1.         Pengeras suara (microphone dan amplifiernya),
 terutama jika sasaran cukup banyak. Jumlah microphone hendaknya disiapkan lebih dari satu, agar pada saat sasaran memberikan tanggapannya, dapat pula menggunakan pengeras suara tersebut.
2.          Penata cahaya, termasuk lampu (untuk menerangi ruangan) dan kain gordjin bewarna hitam (untuk menggelapkan ruangan, jika menggunakan proyektor).
3.         Penata udara ,berupa kipas angin atau air-conditioner (AC),
 terutama jika ruangan yang digunakan relatif sempit dengan ventilasi yang terbatas, dan penyuluhan dilakukan di siang hari yang panas.
            Berbeda dengan pelaksanaan penyuluhan di dalam ruangan,penyuluhan di lapangan seringkali memerlukan pengeras suara yang dapat di bawa dengan mudah, yang biasa disebut dengan megaphone.
e)         . projektor
Di samping perlengapan-perlengkapan tersebut, untuk kegiatan penyuluhan di dalam ruangan seringkali masih memerlukan alat bantu penyuluhan yang berupa beragam projector,yaitu:
a.         Overhead projector,
 untuk memproyeksikan tulisan dan atau gambar yang ditulis pada bahan tembus cahaya ( plastik/transparacysheet).
b.         Solid projector,
semacam overhead proyektor tetapi unutk memproyeksikan benda-benda tembus pandang.
c.         Movie projector,
 untuk memproyeksikan film dan film strip
d.         Slide projector,
 untuk memproyeksikan gambar atau tulisan yang direkam dan slide film.
Sehubungan dengan penggunaan beragam projektor tersebut perlu juga dipersiapkan layarnya. Sedang untuk pemakaian slide projektor yang dihubungkan ke pengeras suara seringkali diperlukan “synchronizer-cassete recorder
            f).        Alat tulis.
Seperti halnya papan tulis, setiap penyuluh memerlukan alat tulis, baik untuk menulis maupun menggambar untuk memperjelas dan mempermudah penerangan materi penyuluhan kepada sasaran.
            Di dalam praktek penyuluhan ternyata tidak selalu alat bantu yang disebutkan tadi tersedia semuanya, terutama jika penyuluhan dilaksanakan di luar ruangan atau di lapangan. Oleh sebab itu setiap penyuluh perlu mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar dia selalu siap menyuluh dengan baik meskipun tanpa bantuan beragam alat-alat bantu menyuluh.
            Dalam hal ini, perlu sekali kebijakan pemerintah agar penyuluh mendapatkan fasilitas yang benar-benar berpengaruh dalam keberhasilan penyuluhan itu sendiri.  Alat-alat bantu disini dapat ditambahkan, yaitu fasilitas untuk transportasi bagi seorang penyuluh. Hal ini disebabkan karena tempat yang di suluh bisa jauh dari tempat dinggal penyuluh,dan mungkin ke daerah yang terpencil.
            Jadi keberhasilan penyuluhan pertanian tidak hanya bergantung pada penyuluh itu sendiri namun  juga kebijakan pemerintah untuk kemudahan penyuluh juga sangat menentukan.
V.  RAGAM ALAT PERAGA PENYULUHAN
Jahod Sumabrata (Attila Garnadi,1971) mengemukakan bahwa alat peraga adalah sesuatu ( alat, benda) yang dapat dilihat untuk menjelaskan apa yang dimaksudkan.
Tetapi di dalam prakte, alat peraga tidak selalu merupakan sesuatu (benda, alat) yang dapat dilihat atau diamati dengan mata,melainkan seringkali juga alat atau benda yang dapat dilihat dan idengar.
Sehubungan dengan itu, Attila garnadi (1971) mengartikan alat peraga bukan sekedar visual aid tetapi audio visual aid yaitu segala sesuatu yang dapat dilihat dan didengar dan berfungsi untuk meragakan dan atau menjelaskan segala sesuatu pengertian yang disampaikan secara lisan. Sedang Petterson mengartikan alat peraga dapat digunakan untuk memperlancar komunikasi.
Agak berbeda dengan pengertian-pengertian tersebut, dari pengalamannya sebagai penyuluh, Totok Mardikanto (1985) mengartikan alat peraga sebagai:
Alat atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba, atau dirasakan oleh indera manusia, yang berfungsi sebagai alat untuk meragakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikansecara lisan  (oleh penyuluh) guna membantu proses belajar sasaran penyuluhan, agar materi penyuluhan lebih mudah diterima dan dapat dipahami oleh sasaran penyuluhan yang bersangkutan.
Lebih lanjut, Ooy sunarya (1928) mengemukakan bahwa alat peraga penyuluhan sebenarnya tidak sekedar berfungsi sebagai lat peraga atau penjelas, melainkan memeliki fungsi yang beragam yaitu:
a.         Menarik perhatian atau memusatkan perhatian sasaran, sehingga lebih mengkonsentrasikan diri untuk mengikuti jalannya penyuluhan yang sedang dilaksanakan oleh penyuluh yang bersangkutan.
b.         Memperjelas pengertian tentang segala sesuatu yang diuraikan atau disampaikan penyuluh secara lisan,sehingga dapat menghindari terjadinya salah pengertian yang tidak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penyuluhnya.
c.          Membuat penyuluhan lebih efektif, karena sasaran lebih cepat menerima dan memahami segala sesuatu yang dimaksudkan penyuluhnya.
d.         Dengan peragaan akan dapat menghemat waktu yang diperlukan penyuluh untuk menjelaskan materi yang ingin disampaikan atau dijelaskan.
e.         Memberikan kesan yang lebih mendalam, sehingga sasaran tidak mudah melupakan kegiatan penyuluhan yang pernah diikutinya.
            
a.         Benda
            Salah satu alat penyuluhan yang paling mudah diperoleh atau dibuat adalah yang berupa benda.
            Tentang benda yang dapat digunakan sebagai alat peraga ini ada beberapa macam, yaitu:
1.   Sample atau contoh, yaitu benda atau barang asli yang dapat dibawa penyuluh untuk dijelaskan kepada sasaran penyuluhannya (misal: contoh benih,contoh pupuk, dll)
2.   Model atau tiruan, ini bias digunakan sebagai alat paraga, jika benda asli sulit di dapat, volumenya terlalu besar untu dibawa ke lokasi tempat pemyuluhan di laksanakan, atau terlalu kecil untuk medah di amati oleh sasarannya tanpa peralatan khusus (misal: contoh traktor,contoh wereng, dll).
3.   Specimen atau benda asli yang telah di awetkan,karena benda asli sulit didapat.
Dari ke tiga macam benda tersebut,benda asli merupakan alat peraga yang paling baik. Hal ini disebabkan karena baik model atau specimen serinmgkalitidak setepat aslinya (terutama warnanya).
b.         Barang cetakan
            Di dalam praktek setiap penyuluh dapat menggunakan beragam barng cetakan sebagai alat peraga penyuluhannya,baik yang berupa gambar, tulisan, atau campuran dari keduanya dengan komposisi yang sama atau salah satu lebih dominan.
2.      Pamflet atau selebaran,
 yaitu barang cetakan yang berupa selembarkertas bergambar dan atau bertulisan, yaitu dibagi-bagikan oleh penyuluh secara langsung kepada sasarannya, disebarkan kejalan raya (sambil mengendarai mobil,sepeda motor, atau kendaraan lainnya) auat disebarkan melalui udara melalui pesawaty terbang atau helikopter.
Alat peraga seperti ini , biasanya dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran dan minat sasarannya. Meskipun demikian (jika berisi informasi yang lebih lengkap) dapat dimanfaatkan oleh sasaran pada tahapan menilai dan mencoba.
2.   Leaflet dan folder
Seperti halnya pamplet, keduanya merupakan barang-barang cetakan yang juga dibagi-bagikan kepada sasaran penyuluhan. Bedanya adalah:
a)         Umumnya dibagikan secara langsung oleh penyuluhan.
b)         Leaflet merupakan selembar kertas yang dilipat menjadi dua (4 halaman),sedang folder dilipat menjadi 3 (6 halaman) atau lebih.
c)         Leaflet dan folder lebih banyak berisikan tulisan dari pada gambarnya.
d)         Leaflet dan folder, terutama ditujukan kepada sasaran untuk mempengaruhi pengetahuan dan keterampilannya pada minat, menilai dan mencoba.

3.   Brosur atau booklet,
merupakan barang cetakan yang berisikan gambar dan tulisan (lebih dominan) yang berbentuk buku kecil setebal 10-25 halaman, dan paling banyak 50 hlaman.
Seperti halnya leaflet dan folder, booklet juga dimaksudkan untuk mempengaruhi mpengetahuan dan keterampilan sasaran tetapi pada tahapan menilai, mencoba dan menerapkan.
4.      Placard dan poster,
keduanya merupakan barang cetakan dengan ukuran yang relatif besar ditempel di tembok, di pohon, atau direntangan pinggir/tengah jalan.
Berbeda dengan placard yang lebih banyak berisikan tulisan,poster lebih banyak berisi gambar. Keduanya dimaksudkan untuk memepengaruhi  perasaan/ sikap dan pengetahuan sasaran pada tahapan sadar dan minat.
5.      Flipchart atau peta singkap,
adalah sekumpulan poster selebar kertas koran, yang digabungkan menjadi satu. Masing-masing berisi pesan terpisah, yang jika digabungan akan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah, yang jika digabungkan akan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan yang ingin disampaikan secara utuh.
Tergantung isi pesan yang ingin disampaikan, flipchart ada yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap, pengetahuan, atau keterampilan.
Akan tetapi, karena biasa digunakan dalam pertemuan-pertemuan kelompok, alat peraga ini lebih efektif dan efisien untuk disediakan bagai sasaran pada tahapan minat, menilai dan mencoba.
6.      Photo,
merupakan salah satu alat peraga yang dimaksudkan untuk  mengenalkan inovasi yang ditawarkan.
Photo ini, biasanya dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan pengetahuan sasaran pada tahapan sadar, minat dan menilai.

7.      Flanelgraph,
merupakan alat peraga berbentuk potongan gambar atau tulisan yang ditempelkan pada papan magnet atau kain flanel.
Berbeda dengan photo, flanelgraph terutama digunakan pada pertemuan kelompok untuk memepengaruhi pengetahuan dan keteramp[ilan sasaran pada tahapan minat, menilai, mencoba, dan bahan dapat pula pada tahapan menerapkan.
            Meskipun disajikan dalam bentuk dan cara yang berbeda, semua alat peraga yang berupa barang cetakan ini harus memuat pesan yang lengkap yang mudah dipahami oleh sasarannya. Karena itu, baik gambar dan atau tulisan yang disampaikan harus komunikatif dan dengan tata warna yang menarik perhatian pula (meskipun kadang-kadang nampak jelek, tetapi harus menarik perhatan masyarakat umum).
            Kecuali flipchart dan flanelgraph, semua barang cetakan yang lain, merupakan alat peraga yang disampaikan  dengan pendekatan tak langsung. Sedangkan flipchart dn flanelgraph harus disampaikan dengan pendekatan langsung pada pertemuan kelompok atau kunjungan  (anjangsana, anjang karya).
c          Gambar yang diproyeksikan
            Meskipun alat peraga ini dinamakan gambar terproyeksi kadang-kadangjuga banyak berisikan tulisan, seperti halnya dalam penggunaan transparancy-sheet, slide-slide dan film strip.
            Tentang penggunaan alat peraga kelompok ini,kecuali movie film yang dapat digunakan dalam pendekatan masal, selebihnya hanya efektif digunakan dengan pendekatan kelompok.
1.      Tarnsparancy-sheet,
 adalah lembaran mika (palstik) bergambar dan atu bertulisan yang diproyeksikan ke layar dengan menggunakan overhead projektor.
Alat peraga seperti ini biasa digunakan di dalam pertemuan ke kelompok di dalam ruangan, terutama untuk mempengaruhi pengetahuan dan keterampilan sasaran.

2.      Slide film,
 adalah suatu hasil karya fotografi yang berupa film positif  yang diberi bingkai untuk diproyeksikan ke layar dengan menggunakan slide proyektor.
Di dalam pelaksanaan penyuluhan biasanya disediakan beberapa buah slide-film yang telah disusun berurutan sebagai satu kesatuan paket penyuluhan yang utuh.
Alat peraga ini, terutama digunakan untuk mengenalakan, mendemontrasikan hasil-hasil yang dicapai atau keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh suatu inovasi, serta menjelaskan cara kerja suatu peralatan yang ingin dikenalkan. Sehingga, sangat efektif untuk mempengruhi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sasarannyapada tahap minat,menilaidan mencoba.
Kerana berupa gmbar bisu (tidak bersuara), maka pejelasan dari gambar tersebut disampaikan secara terpisah oleh penyuluhnya atau dikaitkan dengan pemberian narasi yang telah disipkan pada kset (peta rekaman), melalui penggunaan synchronizer cassete recorder.
3.      Film-strip,
 seperti halnya slide film, hanya saja masing-masing gambar tidak dipisahkan dan diberi bingkai,tetap menjasdi satu rangkaian yang tak terpisahkandalam satu paket penyuluhan yang utuh.
Alat peraga ini diproyeksikan ke layar dengan menggunakan film-strip projektor dan untuk memberikan penjelasan (narasi), penyajian film strip selalu dikaitkan dengan synchronizer cassete recorder.
Film-strip juga digunakan dalam pertemuan kelompok untuk mempengaruhi sikap, pengetahuan, dn keterampilan sasaran pada tahapan minat,menilai dan mencoba.


4.         Movie film
Sebagai karya photografie, alat peraga ini merupakan perkembangan lebih lanjut dalam film-strip. Bedanya adalah objek yang diproyeksian tidak berwujud gambar mati (tidak bergerak) melainkan berupa gambar bergerak. Di samping itu, pada umumnya telah di isi dengan suara (dubbing) sehingga benar-benar alami seperti aslinya.
Penyajian movie-film dilakuakn dengan memproyeksikan kelayar menggunakan movie-projector.
Alat peraga seperti ini , kebanyakan digunakan dalam pertemuan umum, terutama untuk mempengaruhi sikap dan pengetahan sasarn pada tahap sadar dan menilai. Akan tetapi dapat pula digunakan untuk pertemuan kelompok bagi sasaran sampai dengan tahapan mencoba.
5.         video dan TV
Alat peraga ini juga merupakan karya photogarfi yang jika diproyeksikan ke layar dapat menghasilkan gambar bergerak dan bersuara seperti halnya movie-film. Bedanya film-positif yang dihasilkan tersimpan dalam kotak kaset, dan penyajiannya selalu dihubungkan dengan televisi sebagai layarnya.
Tujuan penggunaan alat peraga ini juga sama dengan penggunaan movie-film untuk pertemuan kelompok.
ilm dan video berguna untuk mengembangkan dan memperkuat motivasi kerena dapat membangkitkan keterlibatan  emosi petani pada masalah yang ingin didiskusikan penyuluh. Kelompok drama dan media rakyat lainnya dapat pula memenuhi tujuan ini dengan efektif, dan dapat memotivasi petani untuk mengambil bagian di dalm disusi yangn bermanfaat.
erdasarkan uraian diatas, kecuali transparncy-sheet, seolah-olah seluruh alat peraga yang berupa gambar yang diproyeksikan  ini dapat digunakan sendiri oleh penyuluhannya. Akan tetapi, bagaimanapun kehadiran penyuluh dalam penggunaan, alat peraga ini masih sangat diperlukan untuk memberikan penjelasan tentang pengertian dan tujuan pesan yang ingin disampaikan. Apalagi dalam penyajian slide-film dan film-strip biasanya tidak dilengkapi atau disertai dengan narasi.
d.         Lambang Grafika
            Untuk mempermudah pemahaman sasarannya, di dalam kegiatan penyuluhan dapat digunakan berbagai “lambang grafika” (yang berupa gambar dengan keterangan tertulis seperlunya) untuk alat peraganya.
            Sebagai alat peraga, penyajian lambang grafika dapat disajikan secara langsung (ditulis dan atu di gmbar pda bidang tertentu, dan diletakkan pada tempat-tempat yang dapat dilihat dengan jelas oleh sasarannya), atau di sajikan secara tidak langsung (dengan  diproyeksikn\an) menggunakan overhead-projector, slide projektor, atau film strip projector, serta video dan televisi.
v  Grafika
Yaitu hubungan antar dua perubahan yang digambarkan dalam bentuk : titik, garis atau gambar-gambar tertentu yang mudah dipahami sasarannyanya. Pembuatan grafik, umumnya didasarkan pada data nyata atau data hipotesis yang ingin disampaikan pada sasarannya.
Untuk lebih khusus, penyajian grafik relaif lebih singkat dan mudah dipahami dibanding juka disampaikan dalam bentuk narasi.
Di dalam praktek dikenal beragam grafik,yaitu:
a.      Garfis garis,
baik berupa garis lurus (line graph), garis lengkung (curve graph) ataupungaris gelombang (frequency polygon).
Jika dalam satu gambar ingin disajikan banyak grafik yang menerangkan banyak data atau gejala yang dapat dibandingkan, sebaiknya ditampilkan atau diberi warna yang berbeda yang mudah dibedakan.
b.      Grafik batang
(bar graph), berupa gambar batang atau bidang segi empat mendatar (horizontal) atau tegak (vertika).
Jika dalam gambar ingin disajikan banyak grafik yang  ingin dibandingkan, dapat dilakukan dengan pemberian warna yang berbeda, luas batang yang berbeda atau ciri-ciri tertentu yang berbeda pula
c.       Area graph atau solid graph
yaitu grafik yang disjikan berupa gambar atau bentuk-bentuk tertentu sesuai dengan data yang ingin ditampilkan (tanaman,hewan, orang dll).
Jika dalam satu gmabar ingin dibandingkan data yang berbeda dapat dilakukan dengan memberikan perbandingan luas atau volume dari bentuk-bentuk yang disajikan.
d.Pie cart atau segmented curve
yaitu grafik yan disajikan dalm bentuk lingkaran yang terbagi-bagai menurut perbndingan angka riil atau nilai prosentasinya.penyajian antar data/gejala yang ingin dibndingkan,dapat dilakukan dengan pemberian warna yang berbeda. (dilengkapi dengan angka atau nilai prosentasinya). Jika ada data atu gejala yang ingin ditonjolkan, data tersebut digambarkan seolah-olah keluar dari lingkaran tersebut.
e.            Pictorial statistical graph
pernyataan grafik ini hampir serupa dengan area graph atau solid graph yaitu dalam bentuk gambar benda atau gejala yang ingin dijelaskan.
Bedanya adalah pada grafik ini ,perbandingan nilai untuk masing-masing data disajikan dlam jumlah gambar yang berbeda, yang masing-masing memiliki nilai satuan yang sama.
v  Diagram
Berbeda dengan grafik, lambang grafika ini tidak dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antar peubah (variabel),tetapi hanya dapat digunakan untuk menjelaskan suatu benda atau perlatan tertentu.
Diagram merupakan lambang grafika yang berupa gambar penampang dari suatu benda atau alat tertentu yang ingin dijelaskan. Baik dalam bentuk penampang melintang maupun penampang membujurnya

v  Bagan, schema atau chart
Lembang grafika ini merupakan gambar dari hubungan antar bagian atau sub sistem dari suatu sistem tetentu yang ingin dijelaskan. Di dalam praktek, dikenal beragam bagan atau schema, yaitu:

a.         Pictoral chart,
yaitu gambar dari suatu sistem tertentu  yang dilengkapi dengan  perincian dari subsitem yang menyusunnya.
b.         Pictoral chart,
merupakan cart yang digambarkan sebagai suatu tabel berisikan keterngan tentang keadaan masing-masing bagian (subsistem) dari suatu sitem yang ingi di jelaskan.
c.         Ginealogical chart,      
yaitu gambaran tentang hubungan antar subsistem dari suatu sitem yang ingin dijelaskan, berdasarkan hubungan garis keturunannnya.
d.         Organizational chart,
yaitu gambaran tentang struktur organisasi yng menunjukkan saling hubungan antar subsistem dalam sistem yang ingin di jelaskan.
e.         flow chart,
 yaitu gambaran tentang hubungan antar subsistem dari satu sistem yang ingin dijeaskan, berdasarkan alur kegiatan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masimng subsistem yang bersangkutan.
f.                    progress cxhart,
 yaitu gambaran tingkat perkembangan yamng ditujukan atau dialami oleh masing-masing subsistem dalam suatu sistem yang ingin dijelaskan.
             Untuk menyajikan lambang grafika pada suatu tempat (jika ingin ditampilkan secara langsung, tidak melalui projektor) dapat dilakukan dengan beragam cara yaitu:


1.         Pin-up chart,
 yang dilakukan dengan cara memaku atau menempelkan lambang grafika tersebut pada suatru tempat yang telah disediakan, yang dinilai akan mudah diamati dengan jelas oleh sasarnnya.
2.         inged card chard,
yang dilakukan dengan cara menempelakan atau melekatkan untuk sementara pada suatu tempat yang telah disediakan seperti halnya jika kita menggunakan flanel graph.
3.                  idden chard
yang ditempatkan pada suatu tempat tetapi ditutupi atau disembunyikan dengan memberikan lapisan penutup tertentu.
 

VI. PEMILIHAN ALAT PERAGA
           
Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat peraga di dalam pelksanaan penyuluhan adalah pemilihan alat peraga yang paling efektif dan efisien untuk tujuan perubahan perilaku sasaran yang diinginkan penyuluhannya.
            Pengetahuan seperti ini sangat penting, karena:
1.         idak semua alat peraga selalu tersedia atau mudah disediakan oleh penyuluhannya pada sembarang tempat dan waktu.
2.         lat peraga yamng mahal tidk selalu merupakan jaminan sebagai alat peraga yang efektif untuk tujuan perubahan perilaku tertentu.
3.         ntuk tujuan perubahan perilaku tertentu, tersedia banyak alternatif alat peraga yang dapat digunakan, tetapi dengan tingkat efektivitas dan tingkat kemahalan yang berbeda.





VII. RANGKUMAN



Sehubungan dengan pemberian penyuluhan, penyuluh sangat memerlukan sekali alat-alat bantu dan peraga, agar petani yang umumnya sangat memerlukan contoh-contoh kerja dapat meniru dan mengikuti dengan penuh perhatian. Jadi dalam penyuluhan pertanian yang merupakan sistem pembelajaran peranan penyuluh dan alat-alat bantu dan peraga sangatlah pentin
Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat atau perlengkapan penyuluhan yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan itu dilaksanakan. Alat ini digunakan untuk mempermudah penyuluh selama melaksanakan kegiatan penyuluhan, baik dalam menentukan atau memilih materi penyuluhan atau menerangkan inovasi yang disuluhkan.
Dalam penyuluhan pertanian materi dapat disampaikan pada berbagai tempat. Di rumah petani, lading, sawah,kolam atau kandang ternak. Juga di kantor atau rumah penyuluh, pusat penyuluhan pertanian, kebun bibit, balai benih, laboraturium, bengkel dan sekolah pertanian. Dapat pula tempat-tempat yang dikunjungi secara khusus, seperti  pameran pertanaman demontrasi.
Alat-alat Bantu dan peraga dalam penyuluhan pertanian dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.   Membantu penyuluh menjadikan pelajaran lebih menarik sehingga para petani peserta akan lebih berminat.
2.   Membantu penyuluh dalam menjelaskan pelajaran yang diberikan sehingga para petani peserta lebih mudah dan cepat mengerti.
3.   Membantu penyuluh dalam menyajikan materi pelajarannya, sehingga lebih teratur dan mengesankan.
4.   Membantu penyuluh  dalam mengatasi kemacetan pemberian pelajaran karena daya tangkap para petani peserta berbeda-beda dan masih rendah.
            Alat pembantu penyuluhan pertanian dapat digolongkan dalam dua golongan besar, yaitu; golongan pertama berhubungan dengan tempat dimana penyuluhan dilakukan, dan yang kedua berhubungan dengan penyajian pelajaran.
Seperti halnya dengan alat bantu penyuluhan, di dalam penyuluhan dikenal beragam alat-alat peraga seperti disebutkan
a.         Benda
b.         Barang cetakan
Pamflet atau selebaran,
            Leaflet dan folder
            Brosur atau booklet,
Placard dan poster
Flipchart atau peta singkap
Photo,
Flanelgraph,
Tentang penggunaan alat peraga kelompok ini,kecuali movie film yang dapat digunakan dalam pendekatan masal, selebihnya hanya efektif digunakan dengan pendekatan kelompok.
Tarnsparancy-sheet,
Slide film,
Film-strip,
Movie film
video dan TV
Di dalam praktek dikenal beragam grafik,yaitu:
Garfis garis,
Grafik batang
Area graph atau solid graph
Pie cart atau segmented curve
Pictorial statistical graph
Lembang grafika ini merupakan gambar dari hubungan antar bagian atau sub sistem dari suatu sistem tetentu yang ingin dijelaskan. Di dalam praktek, dikenal beragam bagan atau schema, yaitu:
Pictoral cha
Pictoral char
Ginealogical char      
Organizational chart
flow chart
progress cxhart
Untuk menyajikan lambang grafika pada suatu tempat (jika ingin ditampilkan secara langsung, tidak melalui projektor) dapat dilakukan dengan beragam cara yaitu:
1.         Pin-up chart,
2.         inged card chard
4.                  idden chart





                                       
VIII. DAFTAR PUSTAKA        



Kartasapoetra.  1988.  Tehnologi Penyuluhan Pertanian.  PT.  Bina Aksara.  Jakarta.

Soedarmanto,  2003.  Program Study PKP Faperta Uni Brawijaya.  Malang

Syamsuddin.  S.  1976.  Dasar-dasar Penyuluhan dan Moderenisasi Pertanian.  IKAPI.  Bandung.

Totok Mardikant,  1993.  Penyuluhan Pembangunan Pertanian.  Sebelas Maret University Prees.  Surakarta.

Vanden Ban.  A.  W.  and  Hawkins.  H.  S.  1999.  Penyuluhan Pertanian.  Penerbit Kanisius.  Yogyakarta.

Yasaguna,  1977.  Pokok-pokok Penyuluhan Pertanian.  Jakarta.


No comments:

Post a Comment