PENGEMBANGAN EKOWISATA
A.
Pengertian
Ekowisata
Ekowisata dalam tulisan di buku ini merupakan alih kata dari ecotourism (ecological toursm) yaitu kegiatan wisata
yang berbasis atau menggunakan sistem hubungan antara mahluk hidup atau organisme
(SD Alam Hayati termasuk SD Manusia) dengan lingkungannya.
World Conservation Union (WCU) memberi
batasan bahwa ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilaayah-wilayah yang memiliki lingkungan alam yang masih
alami dengan menghargai warisan budaya
dan alamnya, mendukung upaya konservasi,
tidak menghasilkan dampak negatif dan memberi keuntungan sosial ekonomi
serta menghargai partisipasi penduduk lokal.
Ekowisata dapat didefinisikan sebagai konsep dasar dari wisata
berkelanjuatan yang mempertimbangkan tiga (3) pilar, meliputi ekologi, ekonomi
dan sosial budaya, yaitu bertanggungjawab terhadap kelestarian areal, memberi manfaat secara ekonomi, dan mempertahankan
keutuhan budaya dari masyarakat setempat.
Pernyataan lain menyebutkan bahwa tujuan dari ekowisata adalah : i) untuk
memberi manfaat kepada masyarakat lokal tanpa menlenyapkan sistem ekonomi mereka, ii) untuk
melindungi sumberdaya lingkungan, alam
dan budaya dengan berbasis pada wisata, iii) untuk mengharuskan perilaku sopan-santun
pelaku rekreasi dan wisatawan, sama baiknya dengan dukungan pelaksana rekreasi
dan wisata komersil.
F ungsi Ekowisata dari Kawasan Esensial Ekositem Rawa Gelam, secara
teknis merupakan kegiatan manupulasi atau rekayasa lahan dan SD Alam dari zona pemanfaatan secara optimal guna menghasilkan produk
kegiatan ekowisata yang ekologis, ramah lingkungan, bermartabat dan mensejahterakan
masyarakat lokal khususnya lima (5) desa sekitar. Ruang lingkup pengembangan
ekowisata meliputi : identifikasi potensi
sumberdaya, pemilihan obyek
wisata dan sarana/prasarana yang perlu dibangun penyusunan program dan paket
ekowisata yang disediakan, penetapan segmen pasar sasaran, distribusi dan promosi, Pengelolaan Kawasan dan Obyek Wisata
serta pengorganisasian dan pengadaan SD manusia pengelola.
B.
Obyek
Ekowisata
Obyek
ekowisata berdasarkan pengertian ekowisata sebagaimana dikemukakan diatas, adalah
segenap sumberdaya (SD) yang terdapat di
lokasi atau daeral tujuan wisata yang
berguna atau yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata , meliputi SD alam
serta SD budaya dan apiritual.
Sumber daya
dari Kawasan Esensial Rawa Gelam sekitar kanal PT AGM yang
potensial untuk dikembangkan seebagai obyek ekowisata adalah Ekosistem rawa gelam di sekitar kanal PT AGM dan satwa Bekantan (N. Larvatus) yang
menempatinya, serta potensi sosial budaya desa
sekitar.
1.
Obyek ekowisata Bekantan (N. larvatus)
Bekantan
berpotensi tinggi sebagi obyek ekowisata karena tergolong sebaia satwa endemik
Indonesia, populasinya langka serta bentuknya
unik dan khas, atau lebih khusus lagi Bebantan adalah satwa endemik Pulau Kalimantan
dan merupakan salah satu sawa yang dilindungi. Dalam daftar klasifikasi satwa yang dilindungi menurut IUCN, tercatat sebagai satwa appendik 1,
yaitu endanger species karena keadaan
pupulasinya tergolong langka sebagai akibat faktor gangguan manusia (perburuan
untuk dikonsumsi atau sebagai pakam ikan), konversi lahan. Populasi bekantan dalam jumlah yang cukup besar
diketemukan terkonsentrasi di daerah
hutan rawa gelam yang ada di Kabupaten Patin, khususnya di
sekitar kanal PT AGM. Berdasarkan hasil penelitian terakhi tahun 2013, populasi
bekantan di sekitar kanal tersebut
berjumlah 112 individu yang tersebar dalam 11 kelompok. Jumlah bekantan terbanyak ditemukan di lokasi KA 1
bagian tepi kanan sungai, yaitu
pada kilometer 13,9 -15,3 sebanyak 51
individu. Sedang di bagian tepi kiri kanal di KL 6 atau kilometer 9,5 – 8,7 sebanyak 48 indiidu dan di KL 8 atau
kilometer 2,6 – 2, 1 sebanya 47 individu.
Pemerintah
Propinsi Kalimantan Selatan telah memilih dan menetapkan Bekantan sebagai maskot daerah. Namun pada kenyataan
di lapangan kondisinya jauh dari dugaan, populasinya cenderung makin menurun dan daerah penyebarannya makin menyempit, acapkali
beberapa ekor dalam kelompok kecil ditemukan pada vegetasi alam di tepi sungai
atau kebun karet. Sikap masyarkat pada umumnya
belum menunjukan rasa peduli dan rasa
mencintai.
Tingkat pengetahuan
masyarakat desa sekitar kawasan (dari beberapa
orang yang diwawancara)
terbatas pada mendengar namanya. Demkian
halnya dengan penduduk yang tinggal di kota, sebahagian saja
dari mereka yang telah mengenal bekantan dari totonan di televisi .
Keberhasilan program
penyelamatan keberadaan bekantan pada habitat
rawa gelam di Kalimantan Selatan dipastikan akan
membangun citra daerah dan rasa memiliki masyarkat yang akan diwariskan bagi
generasi yang akan datang. Pemgembangan ekowisata dengan obyek bekantan
merupakan upaya strategis dalam mengglang dukungan mesyarakat sekaligus
menambah penghasilan masyarakat dan pendapatan daerah Propinsi Kalsel. Untuk
tercapainya keberhasilan usaha tersebut memerlukan dukungan segenap lapisan
masyaraka, selain dilakukan kegiatan pengelolaan bekantan dan habitatnya.
Secara
audiovisual, sosok satwa bekantan dan kehidupannya mempunyai daya tarik
tersendiri. Kegiatan wisata yang dapaat
ditawarkan kepada wisatawan adalah fotogrfi secara audio visual, mengati
populasi dan habitat, mengamati prilaku
dan mengamati morphologinya.
2.
Obyek wisata ekosistem rawa gelam (Melaleuca cajuputi) dengan keasekaragaman hayati flara dan faunanya.
Luas keseluruha areal ekosistem hutan rawa gelam di
sekitar saluran kanal PT AGM yang potensial untuk ditetapkan sebagai Kawasan
Lindung Esensial diperkirakan mencapai sekitar 1900 ha. Bagian ekositem rawa gelam yang dimiliki
PT AGM ada sepanjang 28,5 km di sisi kiri dan kanan dari
kanal sungai Mati dan S. Puting dengan luas sekitar ± 120 ha. Sedangkan rawa gelam yang
dimiki atau digarap menduduk desa luasnya 90,5 ha.
Saat ini hutan rawa gelam yang tersisa tersebut dalam
kenyataannya tidak utuh lagi karena tetap menjadi sasaran masyarakat untuk diambil kayunya
atau dijadikan lahan garapan namun demikian ekosistem ini tetap mempunyai nilai
keunggulan penting dan mempunyai daya tarik tersendiri untuk obyek ekowisata karena
potensi sd Hayatinya dan beberapa
kharakternya yaitu: sebagai suatu tipe ekosistem hutan tropika basah yang khas
dan langka, secara geofisik berfungsi sebagai reservoar air dan sebagai habitat
satwa bekantan yang endemik dan juga
langka. Potensi SDA hayati yang berpotensi sebagi obyek
wisata adalah :
1)
Flora,
berdasar hasil inventarisasi ada sebanyak 26 jenis (Srimulyaningsih, S dan Hadi S. Alikodra, 2013) (Lampiran ..........), meliputi ± 12 jenis pepohonan dari tingkat semai sampai tingkat pohon,
tumbuhan bawah, liana, rerumputan, dan anggrek. Kelompok pepohonan tingkat pancang, tiang dan tingkat
pohon ada 10 jenis, dan yang banya
ditemukan antara lain : Pulantan (Alstonia
angustiloba), Mangobi (Decaspermum
fruticosum), Gelam (Melaleuca
cajuputi) dan Hapoak (Elaeocarpus glaber). Di bagian tepi kiri kanal, tingkat pohon yang mendominasi adalah yang pertama Pulantan
((INP 2248,87 %) , kemudian kedua Tumih
(INP 14,65 %) dan ketiga Tarantang (INP
9,73 %), sedangkan di tepi kanan adalah Pulantan (INP 253,48 %) dan Hapoak (INP
18,61 %). Pohon Gelam tidak banyak ditemukan, kemungkinan
karena banyak digunakan masyarkat atau faktor lain.
Manfaat
ekowisat dari jenis flora yang dapat diperleeh adal pengetahuan bilogi dan atao
ekolo, pengetahuan kegunaannya dan pengetahuan budidayanya atau cara
konservasinya.
2)
Fauna,
yang berhasil diinventarisasi ada 32 jenis, terdiri dari :
a.
Mamalia, jenis yang mudah ditemukan
selain bekantan ada jenis yaitu
: rusa, babi (Sus sp.), lutung (Presbitis cristata), warek (Macaca fascuculris), bajing, musang,
tikus hutan,
b.
Reftilia, yaitu : biawak (Varanus
salvator), kura-kura ambon (Caura amboinensis), kadal, dan beberapa jenis ular,
c.
Aves (burung), ada 34 jenis (Lampiran ). Burung yang mudah dijumpai di lapangan karana ukurannya
yang besar dan kurang peka terhadap manusia ada 13 jenis, antara lain: elang
hitam, elang bondol/ elang laut dada putih, elang kelelawar, elang tikus, raja udang
/ kakak sungai, bangau tongtong, kuntul,
kareo padi, kerak jambul, perkutut, tekukur, punai dan wiwik kelabu).
Kegiatan
wisata yang dapat diselenggarakan dengan memanfatkan potensi SDA yang dimiliki
antara lain wisata pendidikan, wisata penelitian, minat khusus fotografi
dan penjelajahan. Perlu dilakukan
pengelolaan ekosistem hutan rawa gelam untuk menjamin keberadaan dan kulitas
obyek ekowisatanya.
3.
Obyek ekowisata Perairan
Perairan kanal PT AGM yang berfungsi
sebagai sarana angkutan batubara, semula
merupakan dua sungai yaitu Sungai Mati
dan Sungai Putin dengan panjang 28,5 km, bagian hulu terletak di Stockpile Lok
Buntar dan bagian hilir berlokasi Stockpile Puting. Kanal tersebut sengaja
dibuat untuk lalulintas tongkang pengangkut batubara.
Sungai Mati dan Sungai Puting tersebut walaupun
fungsinya berubah sebagai sarana jalan untuk pengangkutan batu bara, tetapi bagian
sepanjang tepi sungai yang bervegetasi hutan gelam masih merupakan tempat hidupnya bekantan dan berbagai jenis satwa lainnya seperti
ikan gabus dan papuyu, burung air pemakan
ikan, biawak dan ular. Salah sumberdaya
yang sering terlupakansatutetapi sebenarnya berpotensi menjadi obyek ekowisata
adalah komunitas vegetasi rumputyang tumbuh dibagian tertentu pada tepi sungai.
Menariknya ekosistem rerumputan itu
karena merupakan tempat bersarang binatang/hewan kecil dan juga
tempat berbiak gabus
Kegiatan wisata
yang dapat diadakan di areal perairan kanal, selain rekreasi
pemancingan, dan berperahu juga fotografi dengan obyek aktivitas tongkang pengangku
batubara, kehidupan satwa bekantan dan
aktivitas penduduk penangkap ikan.Upaya yang perlu dilakukan untuk
mempertahankan obyek wisata perairan kanal adalah dengan pengendalian kegiatan
pengerukan sungai sehingga penimbunannya dari tanah hasil pengerukan tidak
lagi merusak pertumbuhan vegetasi yang
ada.
4.
Obyek ekowisata budaya
Ada 5 desa dari kecakatan Tapin Tengah Dan tapin
selatan yang berbatasan dengan lokasi pengembangan ekowisata yaitu Lawahan,
Sukarame, Sungai Bahalang, Penata Karangan dan pandahan
Sumber daya budaya dan spiritual dari ke-5 desa sekitar
tersebut yang potensial sebagai obyek ekowisata adalah : budaya pertanian : budidaya padi sawah, pembuatan tepung sagu rumbia, palawija di lahan kering
tadak hujan, peternakan bebek, kerajinan anyaman, budaya kesenian (musik rebana,
permainan pencak silat, permainan anak-anak), dan budaya spiritual (peringatan
bulan maulud, berjiarah). Pemanfaatan SD
budaya dan spiritual dari desa tersebut dapat diintegrasikan dengan program ekowisata dari Kawasan Lindung Eseslal Hutan
Rawa Gelam..
C.
PROGRAM DAN PAKET EKOWISATA
Dengan
memperhatikan kondisi geofisik , SDA,
fasilitas maupan manajemen yang belum optimal, maka program ekowisata pilihan di zona pemanfaatan diarahkan pada
program wisata dengan minat khusus. Guna menambah daya tarik, maka program
potensial yang prioritas sebagai pruduk yang akan ditawarkan, dikemas dengan
kegiatan rekreasi alam yang banyak diminati atau menyenangkan. Untuk jangka
pendek dan sebagai tahap awal pengembangan ekowisata, terdiri dari dua (2)
program yaitu :
1.1.
Program wisata harian, merupakan program wisata yang disedian untuk
periode waktu kunjungan wisata selama satu (1) hari. Dengan demikian dapat
diharapkan akan tersedia waktu luang
untuk aktvitas dilapangan minimal selama 5 - 6 jam. Program ini difokuskan pada kegiatan wisata pendidikan untuk
memberi pengetahuan kepada pengunjung, yaitu tentang :
-
kehidupan
bekantan, meliputi populasi, habitat dan prilaku bekantan serta faktor
lingkungan yang mepengaruhinya.
-
ekosistem
hutan rawa gelam.
Kegiatan wisata lainnya di zona pemanfaatan zona
penyangga yang dapat diintegrasikaan
adalah rekreasi alam seperti berperahu, memancing, jalan kaki menelusuri jalan
titian, menikmati panorama alam, piknik dan fotografi, mengenal budaya kehidupan masyarakat desa seperti bertani
sawah, berternak bebek, agroforestry ( gelam mina padi
), atau menyaksikan pementasan seni raban dan pencak silat dari karang taruna
binaan.
1.2.
Program wisata bemalam . Program ini termasuk bagian dari kegiatan wisata minat
khusus dengan fojus pada kegiatan wisata untuk memahami kehidupan
di daerah rawa gelam sejak sore hari sampai pagi hari. Selama waktu tersebut
otomatis wisatawan dapat mengamati bekantan pada waktu sere dan pagi harinya.
Kegiatan rekresi alam yang dapat
dinikmati selam bermalam adalah memancing dan merekam
alunan suara hewan nokturnal
seperti burung hantu, katak dan jengkrik. Pada saat senggang
di tempat bermalam (tenda), dapat diisi dengan acara paparan pengelahuan
alam dan diskusi tentang pengetahuam alam yang berkao=itan dengan obyek minat
khusus. Cerita rakyat, legendaris desa atau keteladanan pejuang desa dapat
diisikan dalam acara senggang di malam
hari.
D.
RANCANGAN PAKET WISATA
Sesuai dengan keadaan lapangan dan
obyek wisata, sebagai tahap awal pengembangan dalam jangka pendek maka pelaksanan program ekowisataakan diselenggarakan dengan dua paket wisata pendidikan, yaitu:
1) peket wisata kehidupan satwa bekantan
(Paket WKSB) dan 2). Paket wisata hutan rawa gelam (Paket WHRB). Paket WKSB
yang pertama dapat disediakan untuk kedua program wisata, baik untuk program
wisata harian maupun untuk program wisata bermalam. Sedangkan Paket WHRB hanya
teersedia untuk program wisata harian.
1. Paket WKSB
Rancangan penyelenggaraan Paket WKSB
untuk mengisi program wisata harian atau pun program wisata bermalam disediakan
untuk wisatawan dengan minat khusus dengan dengan misi pendidikan cinta bekantan dan lingkungan sehingga dapat terbangun adanya masyarakat pencinta alam dan
penyelamat bekantan yang yuga menghargai kebudayaan. Untuk
mewujudkan maksud yang mendasar tersebut maka dalam susunan acara pokoh
mengenal bekantan tercakup acara
budaya. Segmen wisatawan sasaran diprioritaskan
pada kelompok pelajar SLTA , mahasiswa,
kelompok kepemudaan dan keluarga
menengah keatas, LSM atau kelupok lainnya
dengan syarat sudah terorganisir agar memudahkan dalam pengelolaannya atau pemanduannya di lapangan.
Kegiatan ekowisata harian diprogramkan untuk durasi selama 5-6 jam, mulai
jam 09.00 dan berakhir pada jam 15.00. Sedang
untuk program wisata bermalam durasinya sama selama 5 – 6 jam tetapi terpotong
waktu istirahat yang panjang pada malam
hari selama 7 jam. Kegiatan wisata yang pertama
dimulai jam 15.00 sampai jam 21.00, dan kegiatan ke 2 dimulai jam 05.00
pagi sampai jam 9.00. Berikut rancangan acara penyelenggaraan Paket WKSB :
Lokasi : Zona
Pemanfaatan
Durasi : 6
Jam
Jadwal dan Susunan Acara :
Seperti tertuang dalam Tabel 1 susunan acara meliputi 7 topik (komponen).
No.
|
Waktu
|
Acara
|
Lokasi
|
Penanggungjawab
|
|
1.
|
15’
|
Pembukaan
dan Penjelaan program
|
Arena plaza
|
Panitia
|
|
2.
|
15’
|
Persiapan
perlengkapan dan kelompok per 10 orang
|
Arena plaza
|
Panitia
|
|
3.
|
60’
|
Mengamati
dan interpretasi alam ttg Bekantan dan lingkungan
|
Jalur board wolk A
sepanjang 1 km
|
Pemandu
|
|
4.
|
8
jam
|
Isoma
dan diskusi
|
Shalter Ke -1
|
Pemandu
|
|
5.
|
60’
|
Pengamatan
dan interpretasi lanjutan
|
Jalur board wolk A
sepanjang 1 km
|
Pemandu
|
|
6.
|
60’
|
Rekreasi
alam dan budaya sambil kembali ke kamp
|
Jalur board wolk A
|
Pemandu
|
|
7.
|
60’
|
Isoma dan diskusi
|
Arena Plaza
|
Panitia
|
|
8.
|
30’
|
Persiapan pulang
|
Plaza
|
Panitia
|
|
2.
Paket WHRB
Rancangan penyelenggaraan Paket
WHRB yang hanya untuk mengisi program wisata harian juga
disediakan bagi wisatawan dengan
misi yang sama yaitu misi pendidikan
cinta alam dan lingkungan. Demikian juga halnya dalam mewujudkan misinya
tersebut maka diantara acara pokoknya untuk mengenal ekosistem ekosistem hutan rawa
gelam diselipkan komponen acara budaya lokal. Segmen wisatawan yang menjadi sasaran juga sama kecuali segmen keluarga yang tidak
termasukan, yaitu kelompok pelajar SLTA , mahasiswa, dan kelompok kepemudaandan LSM
atau kelumpok lainnya yang terorganisir. Kegiatan ekowisata di lapangan
diprogramkan mulai jam 09.00 dan berakhir pada jam 15.00. Berikut rancangan
acara penyelenggaraan Paket WKSB :
Lokasi Penyelenggaraan : Zona Pemanfaatan
Durasi : 6
Jam (jam 09.00 – 15.00)
Jadwal dan Susunan Acara :
Seperti tertuang dalam Tabel 2 susunan
acara terdiri dari 7 topik (komponen)
No.
|
Waktu
|
Acara
|
Lokasi
|
Penanggungjawab
|
|
1.
|
15’
|
Pembukaan
dan Penjelaan program
|
Arena plaza
|
Panitia
|
|
2.
|
15’
|
Persiapan
perlengkapan dan kelompok per 10 orang
|
Arena plaza
|
Panitia
|
|
3.
|
60’
|
Mengamati
dan interpretasi alam ttg Hutan Rawa
Gelam dan lingkungan
|
Jalur board wolk B
sepanjang 1 km
|
Pemandu
|
|
4.
|
30’
|
Isoma
dan diskusi
|
Shalter Ke -1
|
Pemandu
|
|
5.
|
60’
|
Pengamatan
dan interpretasi lanjutan
|
Jalur board wolk B
sepanjang 1 km
|
Pemandu
|
|
6.
|
60’
|
Rekreasi
alam dan budaya sambil kembali ke kamp
|
Jalur board wolk
|
Pemandu
|
|
7.
|
60’
|
Isoma
dan diskusi
|
Arena Plaza
|
Panitia
|
|
8.
|
30’
|
Persiapan pulang
|
Plaza
|
Panitia
|
|
E.
Pengembangan pasar sasaran
Pasar
sasaran adalah masyarakat penduduk
Propinsi Kalimantan Selatan, khususnya
sebagian penduduk yang tinggal di perkotaan perkotaan yang berkemampuan
menggunakan waktu luang dengan melakukan perjalanan (wisatawan) kunjujngan ke daerah alami untuk tujuan
untuk membangun kemapuan baik yang
bersifat fisik maupun mental intelektual dan
spiritual. Penduduk yang berkesempatan melaksanakan wisata alam adalah
wisatawan peminat khusu alam yang secara
nyata (actual/aktual) dapat ditemui di tempat wisata alam.
Khususnya
Kabupaten Patin meiliki 11 tempat wisata alam yang terletak di 5 Kecamatan dari
11 kecamatan yang ada. Jumlah kunjungan
wisata alam pada tahun pada tahu 2009 sekitar 32.750 kunjungan orang, hampir sama
dengan kunjungan wisata budaya sebesar 35.366 kunjungan orang, tetapi lebih besar dari kunjungan wisata kota dan
agro yang jumlahnya 26.000. Pengunjung
diluar wisata lam yng jumlahnya hampir dua kali lebih besar merupakan
menggambarkan besaran kondisi permintaan
pasar potensial untuk dialih-fungsikan menjadi permintaan pasar wisata
alam aktual.
Pengembangan
pasar sasaran ekowisata alam bekantan perlu dilakukan melalui kegiatan pengembangan sitem distribusi dan promosi. Tujuan pengembangan pasar
ekowisata alam bekantan yang mendasar adalah untuk membangun dan meningkatkan minat atau
permintaan masyarakat KALSEL terhadap ekowisata bekantan. Hal ini sangat
penting untuk mewujudkan masyarakat
Propinsi Kalimatan Selatan menjadi suatu komunitas konservasionis yang
mencintai bekatan serta peduli terhadap keberadaan budaya daerah. Oleh karna
itu segmen pasar sasaran yang dipilih harus
dapat menempati posisi yang membawa pengaruh besar terhadap peningkatan pasar sasaran dari ekowisata bekantan.
Segmen pasar
diatas diperkirakan sesuai untuk diprioritaskan yang terutama adalah anak sekolah dan mahasiswa.
Kegiatan yang perlu dilakukan adalah mengadakan promosi melalui kujungan ke
sekolah atau kampus yang perguruan tinggi
, atau promosi melalui organisasi persatuan pelajar, organisai
mahasiswa. Pemasaran dengan pendekatan sistem distribusi dan promosi kepada pengambil kebijakan atau pimpinan lembaga
diharapkan menjadi penyalur efektrif
dan efisien untuk penyaluran informasi mengena produk jasa ekowisata. Pemasan dapat dilakukan juag
melalui media majalah, televisi dan radio.
Sarana yang harus dipersiapkan adalah bahan promosi
berupa leaflet, atau booklet dan sejenisnya, dilengkapi bahan ceramah (power
point). Selanjutnya diadakan lomba tulis dengan pendekatan sistem perhagan
untuk meningkatkan motivasi.
F.
PENGELOLAAN EKOWISATA
Pengelolaan ekowisata dalam tingkat mikro (organisai pelaksana )
yang utama dibutuhkan meliputi pengelolaan kawasan, pengelolaan obyek wisata,
dan pengelolaan pasar sasaran ,
1.
Pengelolaan Kawasan
Kawasan yang
dikelola adalah seluruh wilayah yang diperutukan sebagai Kawasan Lindung
Esensial Hutan Rawa Gelam
235,5
ha, terdiri dari areal / Zona
inti (core area) seluas 120 ha, areal
pemanfaatan (ekstensif dan intensif} di bagian tepi kiridan kanan Kanal PT AGM
sepanjang 28,5 km seluas ±22 ha dan area penyangga (
garapan masyarkat) seluas 90,5 ha
(Lampiran .... : Peta Zonasi).
Penglolaan kawasan yang
diperlukan terdiri dari pengukuhan status hukum kawasan, penataan kawasan menurut fungsi kawasan atau
zonasi, penataan batas kawasan, dan pengamanan
kawasan dari pengaruh lingkungan, penghutanan kembali .
Penghutanan
kembali ( Reboisasi)
Dapat
dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu :
1)
sistem
permudaan alam dengan sedikit campur atau tanpa tangan manusia. Campur tangan
manusia yaitu dalam kegiata persiapan lahan dan pada kegiatan pemeliharaannya.
Kegiatan pemeliharaan terbatas pada
pengendalian invasi jenis eksotik atau pohon pengganggu lainnya.
2)
Sistem
permudaan buatan. Manusia membuat persemaaian dengan benih yang dipungut dari
hutan , terutama untuk jenis yang dominan, Selanjutnya setelah bibit cukup
kuat, kira-kira berumur 6 -12 bulam ditanam
dilapangan yang dipersiapkan. Dengan jarak tanam cukup rapat sekitar 2x2 m.
2.
Pengelolaan Obyek Wisata
Pengelolaan
obyek wisata dimaksudkan untuk membangn dan meningkatkan nilai obyek wisata
sehingga memiliki daya tari k yang besar dan agar juga tersedia untuk
pemenfaatannya. Pengelolaan yang diperlukan menurut obyek wista , adalah :
1.
Obyek
wisata Bekantan
Kegiatan pengelolaan yang diperlukan :
·
Monitoring
populasi, habitat dan prilaku pergerakan
·
Pencegahan
gangguan langsung oleh manusia
·
Pengendalian
pencemaran habitat
·
Pengendalian
pemangsaan oleh ular atau satwa lain
·
Perbaikan
kualitas habitat
2.
Obyek
wisata Ekosistem Hutan rawa Gelam
Pengelolaan obyek wisata hutan rawa gelam yang haarus
dilakukan adalah:
·
Pencegahan
kerusakan tegakan hutan oleh penebangan dari gangguan penebangan pohon dan
penyerobotan lahan.
·
Pengendalian
pencemaran air
·
Pengendalian
kebakaan hutan
·
Penghutanan
kembali pada lahan lahan yang memungkinkan.
·
Penyuluhan
dan pembinaan masyarakat
3.
Obyek
Wisata Budaya
Kegiatan pengelolaan yang diperlukan :
·
Membangun
komunikasi dan kerjasama dengan pemerintahan desa, lembaga masyarakat dan
dengan penduduk, khusunya yang berinteraksi dengan kawasan ,
· Membantu bimbingan dan pelatihan
peningkatan kebudayaan
· Penyuluhan konservasi alam dan
kebersihan lingkungan
· Bimbingan pengembangan budidaya
agroforestry dan mian padi.
· Pencegahan dampak negatif program
ekowisata tehadap sosial budaya
·
Segi
dampak negatif dari pengembangan ekowisata
dapat berupa perubahan-perubahan atau penurunan
nilai sosial, misal nilai kelembagaan PKK, kelompok tani dan lain-lain.
G.
PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
Pembanguan dan pengadaan sarana
wisata di lapangan mempertimbangkan faktor status lahan dan fungsi
lahan, fungsi sarana, kebutuhan
pengunjung, dan faktor pengruh
lingkungan (air, angiin, sinar matahari, kemanan) keindahan dan budaya.
Jenis dan jumlah sarana utama yang
harus disiapkan untuk memungkinkan terselengaranya kegiatan wisata di lapangan
adalah sebagai berikut :
Tabel : Jenis, jumlah dan lokasi penempatan sara
wisata.
No.
|
Jenis SaranA
|
Jumlah
|
Fungsi
|
Lokasi
|
Keterangan
|
1.
|
Jalan board work
|
2 km (3 ring/ruas)
|
tracking
|
Areal pemanfaatan
|
|
2.
|
Dermaga
|
2 unit
|
Berlabuh
|
Pintu utama dan pintu kegiatan lapang
|
|
3.
|
Shelter
|
4unit (ratio
1/500 m
|
Berteduhdan diskusi
|
Setiap jarak 500m di jalan wisata
|
|
4.
|
Flaza lengkap denga fasilitas MCK, arena pertemuan,
pos jaga, kantin dll
|
I set, luas 500 m2
|
Lapangan berkumpul
|
Pintu massuk utama
|
|
5.
|
Menara Pengamatan
|
2 unit
|
Pemantauan, pengamatan dan rekreasi
|
Lapangan tempat wisata
|
|
6.
|
Tempat parkir
|
500 m2
|
Parkir kendaraan roda dua dan empat.
|
Pintu massuk utama
|
|
7.
|
Perahu
|
2 Unit
|
Angkutan wisatawan
|
Di lapangan
|
|
8.
|
Kolam atau lekukan / sekatan sungai/kanal
|
1 unit
|
Tempat kumpul
ikan
|
Di tepi kanal atau rawa gelam
|
|
9.
|
Plaza dgn fasilitas kantor/pos jaga dan MCK
|
2 unit
|
Tempat upaca/pertemuan
|
Pintu masuk
kegitan lapang
|
|
10.
|
Peralatan : teropong, alat pancing, dan jas hujan dan
sepatu bot
|
@20 buah
|
Fasilitas
kegiatan wisata
|
Lapangan
|
|
11 .
|
Persemaian dan
tempat penegkran
|
1 unit, luas 500 m2
|
Pengadaan bibit
|
Tempat strategi tdengan lapangan
|
|
No comments:
Post a Comment