Wednesday 1 March 2017

ANALISA PERBANDINGAN PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN CAISIM (Brassica juncea L.) PADA MEDIA TANAH DAN HIDROPONIK



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam dunia modern ini pertanian juga semakin maju untuk menjawab tantangan dari pada masalah-masalah yang muncul di masa sekarang. Seperti masalah yang semakin sempitnya lahan pertanian dikarenakan alih fungsi lahan pertanian yang katanya lebih menguntungkan dari pada digunakan untuk pertanian, seperti pembukaan swalayan, tempat-tempat hiburan dan lain sebagainya. Padahal kita ketahui mayoritas masyarakat Negara kita hidup dari bertani, sehingga ketika lahan yang digunakan untuk menghidupi mereka dan keluarganya di alih fungsikan, maka tidak ada yang dapat mereka andalkan untuk memenuhi kebutuhannya.
Bercermin dari masalah itu maka solusi demi solusi muncul untuk membantu keadaan pertanian kita yang semakin terpinggirkan, khususnya para petani yang telah kehilangan sawah-sawah mereka. Solusi tersebut salah satunya berupa sistem tanam yang tidak menggunakan media yang selama ini dianggap sebagai media satu-satunya untuk bertanam. Media tersebut berupa media non tanah, bisa berupa air, udara, maupun jenis lain yang selain tanah, seperti arang sekang, pasir dan lain sebagainya.
Hidroponik diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydroponous, hydro berarti air dan ponous berarti kerja. Hidroponik adalah teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen. Ada beberapa keuntungan yang bisa didapat dari bertanam secara hidroponik dibandingkan bertanam secara konvensional. Dalam perkembangannya sejak mulai popular 40 tahun lampau, hidroponik telah banyak mengalami perubahan. Media yang digunakan lebih banyak yang sengaja dibuat khusus. Demikian juga dengan wadah-wadah yang digunakan, seperti pot. Ada yang sengaja dibuat khusus lengkap dengan alat penunjuk kebutuhan air, ada pula yang khusus seperti kerikil sintesis.
Metode hidroponik merupakan metode menumbuhkan tanaman di dalam larutan nutrisi tanpa menggunakan media tanah. Ditinjau dari segi sains, hidroponik telah membuktikan bahwa tanah tidak diperlukan untuk menumbuhkan tanaman, kecuali unsur-unsur mineral dan zat-zat makanan seperti dalam tanah. Dengan mengeliminasi tanah berarti juga mengeliminasi hama/penyakit yang ada dalam tanah dan mengurangi pengendalian tanah secara teliti nutrisi tanaman. Dalam larutan hidroponik telah tersedia zat-zat makanan untuk tumbuhan dengan perbandingan yang tepat, sehingga dapat mengurangi stress pada tanaman, lebih cepat matang dan panen pun akan lebih bagus kualitasnya.
Media tanam hidroponik berfungsi sebagai penegak tanaman agar tidak roboh dan juga sebagai penghantar cairan unsur hara. Jadi, ada beberapa jenis media tanam yang boleh dipakai, seperti pasir, tembikar, arang, dan sabut kelapa. Hanya saja, media yang akan kita gunakan itu harus kita sesuaikan dengan tanamannya. Untuk tanaman hias disarankan menggunakan media tanam batu apung.
Keuntungan bercocok tanam tanpa media tanah adalah : 1.) produksi tanaman lebih tinggi dibandingkan menggunakan media tanah biasa, 2.) lebih terbebas dari hama dan penyakit tanaman, 3.) tanaman lebih cepat tumbuh dan penggunaan pupuk lebih hemat, 4.) bila ada tanaman yang mati dapat langsung diganti dengan mudah dengan tanaman lain, 5.) kualitas bunga, buah, dan daun lebih baik dan tidak mudah kotor, 6.) keterbatasan ruang dan tempat bukanlah halangan.

Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.      Untuk memahami cara pembuatan media tanam non tanah dalam bentuk cair dan padat untuk budidaya sistem hidroponik.
2.      Untuk mengetahui pertumbuhan tanaman dari masing-masing media.
3.      Untuk membandingkan produksi yang dihasilkan oleh sistem hidroponik dan media tanah.
4.      Untuk membandingkan manakah yang lebih efisien dan ekonomis di antara sistem hidroponik dan media tanah.









TINJAUAN PUSTAKA
Caisim
Caisim (Brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim, berbatang pendek hingga hampir tidak terlihat. Daun Caisim berbentuk bulat panjang serta berbulu halus dan tajam, urat daun utama lebar dan berwarna putih. Daun caisim ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang mentah rasanya agak pedas. Pola pertumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang muncul terlebih dahulu menutup daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk krop bulat panjang yang berwarna putih. Susunan dan warna bunga seperti kubis (Sunarjono, 2004).
Adapun klasifikasi tanaman caisim adalah sebagai berikut :
Kingdom                       : Plantae
Sub-kingdom                : Tracheobionta
Super-divisio                 : Spermatophyta
Divisio                          : Magnoliophyta
Kelas                             : Magnoliopsida
Sub-kelas                      : Dilleniidae
Ordo                             : Capparales
Famili                            : Brassicaceae
Genus                            : Brassica
Spesies                          : Brassica juncea (L.) Czern. (Anonim, 2008b).
            Di Indonesia dikenal tiga jenis sawi yaitu : sawi putih atau sawi jabung, sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih (B. Juncea L. Var. Rugosa Roxb. & Prain) memiliki batang pendek, tegap dan daun lebar berwarna hijau tua, tangkai daun panjang dan bersayap melengkung ke bawah. Sawi hijau, memiliki ciri-ciri batang pendek, daun berwarna hijau keputih-putihan, serta rasanya agak pahit, sedangkan sawi huma memiliki ciri batang kecil-panjang dan langsing, daun panjang-sempit berwarna hijau keputih-putihan, serta tangkai daun panjang dan bersayap (Rukmana, 1994).
Di antara sayuran daun, caisim merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia. Konsumen menggunakan daun caisim baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap masakan tradisional dan masakan cina. Selain sebagai bahan pangan, caisim dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Caisim pun berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala dan mampu bekerja sebagai pembersih darah (Haryanto et al., 2001).
Manfaat tanaman caisim/sawi adalah daunnya digunakan sebagai sayur dan bijinya dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat makanan. Tanaman caisim/sawi banyak disukai karena rasanya serta kandungan beberapa vitaminnya. Pada daun sawi 100 gr terkandung 6460 IU Vitamin A, 102 mg Vit B, 0,09 mg Vit C, 220 mg kalsium dan kalium (Arief, 1990).

Hidroponik
Hidroponik adalah sebuah istilah yang menaungi banyak macam metode. Prinsip-prinsip dasar hidroponik dapat diterapkan dalam macam cara, yang dapat disesuaikan dengan persyaratan-persyaratan finansial maupun keterbatasan ruang pada tiap orang yang ingin mengerjakannya. Metode-metode bercocok tanam hidroponik yang telah dikembangkan selama 45 tahun ini, dapat dibagi menjadi beberapa kategori. Pada metode menggunakan air, tumbuh-tumbuhan ditanam semata-mata dalam air yang dilengkapi dengan larutan zat makanan. Metode yang menggunakan pasir menuntut penanaman tumbuh-tumbuhan pada pasir yang disterilkan, ke dalamnya sejumlah air dan larutan zat makanan dipompakan masuk. Metode agregasi menggantikan pasir dan dengan menggunakan serentetan material, seperti kerikil (Nicholls, 1996).
Secara umum hidroponik berarti sistem budidaya pertanian tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrient. Media tanam lain dapat berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, atau tanpa media agregat (hanya air). Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara (steril) sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam media tersebut melalui pipa atau disiramkan secara manual. Nutrien atau pupuk hidroponik yang telah dilarutkan dalam air didistribusikan kepada media dengan jalan jaringan mikro irigasi, yaitu meneteskan dengan jaringan ke media tanaman dan langsung diserap, tidak bisa kembali lagi. Media tanaman hidroponik tidak mempunyai zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian larutan nutrien secara terus menerus ke dalam media tanaman hidroponik sangat diperlukan dan diperhitungkan berdasarkan jumlah dan jenis tanaman yang ditanam. Pengairan tanaman dengan sistem hidroponik dikenal dua sistem pengairan, yaitu sistem genangan air dan sistem pengaliran air. Sistem genangan air adalah suatu sistem dengan cara memasukkan air pada wadah (pot) dengan ukuran ketinggian air di dalam wadah jangan melampaui akar atau akar jangan terendam oleh genangan air, hal ini untuk menghindari supaya jangan membusuknya akar tanaman. Sistem genangan air ini dipakai apabila kita mempergunakan wadah akuarium. Kelemahan sistem genangan air ini adalah terjadinya pengendapan nutrien di bawah (Siswa, dkk., 2000).
Pemberian pupuk yang umum yaitu dengan menabur langsung ke tanah tempat bibit yang di tanam. Akan tetapi, pada hidroponik pupuk diberikan dalam bentuk larutan dan lebih dikenal dengan istilah nutrien. Kandungan unsur hara yang dibutuhkan untuk tanaman hidroponik tidak berbeda dengan tanaman di media tanah. Unsur hara yang dibutuhkan terdiri dari unsur makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan unsur mikro (Mn, Cu, Mo, Zn, dan Fe) (Palungkun, dkk, 1999).
Banyak hal yang dapat menyebabkan hidroponik gagal dan kurang subur, diantaranya adalah tanamannya belum mengalami adaptasi, terjadi kesalahan dalam melakukan hidroponiknya. Contohnya batu apungnya kurang bersih atau kurang steril dari garam-garam mineral dan pasir (Hasim, 1995).
Bila menggunakan metode kultur porous atau agregat biasanya harus disterilkan terlebih dahulu kerikil-kerikilnya. Mensterilkannya adalah dengan cara jalan pemanasan atau bisa pula dengan menyikatnya sampai bersih dengan menggunakan air sabun yang hangat. Menggunakan media kultur porous ini tergolong mudah. Hanya saja bila menggunakan media ini tanaman akan mudah kering, berarti kita harus rajin-rajin menyiramnya (Lingga, 1999).
Media tanam hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu dapat menyerap dari penghantar air, tidak mempengaruhi pH air, tidak mengubah warna, tidak mudah lapuk dan membusuk. Media tanam kultur hidroponik dapat dibagi menjadi dua, yaitu media tanam anorganik, contohnya batu apung yang berasal dari bebatuan larva gunung berapi. Sifatnya ringan, sukar lapuk, tidak mempengaruhi pH, porous mudah menyerap dan menyimpan air, serta mengalirkan air dalam jumlah yang banyak. Batu apung terbaik untuk media tanam hidroponik perlu direkayasa menjadi sebesar kerikil (Fitter dan Hay, 2000).
Sebelum mulai mencoba hidroponik, hendaknya terlebih dahulu ditentukan tingkat suhu, kelembaban, serta jumlah sinar di tempat dimana kita mencoba hidroponik. Tingkat suhunya selain untuk mengatur tanaman dalam memperoleh energi, tapi juga erat kaitannya dengan kelembaban udara. Pada temperatur 23ÂșC, kelembaban 40 % sangat sesuai dengan tanaman. Sinar atau cahaya adalah salah satu bagian penting dalam proses fotosintesis (Lakitan, 2004).

Media Tanah
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap penggemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan.
Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung.
Sedangkan kedalaman tanah yang di cangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 tonha-1. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan.
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm.
Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram KCl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 tonha-1, TSP 100 kgha-1, KCl 75 kgha-1. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.


BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Benih Caisim (Brassica juncea L.) digunakan sebagai bahan percobaan yang akan diamati.
Tanah, digunakan sebagai media persemaian benih.
Larutan A (merah) : (Kalsium, Nitrat, Kalium, dan Fe-Khelat), digunakan sebagai nutrisi untuk bahan tanam sistem hidroponik.
Larutan B (bening) : (Kalium, Fosfat, Sulfur, Magnesium, dan unsur mikro), digunakan sebagai nutrisi untuk bahan tanam sistem hidroponik.
Pupuk kandang, digunakan sebagai campuran tanah untuk media persemaian.
Air, digunakan sebagai media hidroponik.

Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Nampan plastik sebanyak 4 buah, digunakan sebagai tempat penyemaian benih.
Pipa PVC (besar dan kecil), digunakan sebagai tempat tumbuhnya tanaman pada media hidroponik/talang hidroponik.
Paku dan Claim, digunakan untuk meletakkan pipa pada tembok/dinding rumah.
Penjepit, digunakan untuk mengatur jumlah air yang dialirkan ke masing-masing paralon.
Selang (besar dan kecil), digunakan untuk menyalurkan air ke pipa-pipa.
Ember besar, digunakan untuk menampung air.
Ec meter, digunakan untuk mengukur DHL pada air.
Kabel listrik, digunakan untuk menghubungkan arus listrik.
Aerator/pompa air, digunakan untuk memompa air.
Alat pengaduk, digunakan untuk mengaduk larutan nutrisi.
Cangkul, digunakan untuk pengolahan tanah pada media tanah.
Penggaris, digunakan untuk mengukur tinggi tanaman.

Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di lahan dosen pengampu mata kuliah Teknologi Pengelolaan Media Tanam (Ir. Ismed Fachruzi, MS) jalan Gunung Ronggeng batas kota Martapura, pada hari Selasa, tanggal 11 Oktober – 20 Desember 2011 pukul 16.00 WITA sampai dengan selesai.

Metode Praktikum
Hidroponik
Prinsip dasar dari metode DFT (Deef Flow Technique) adalah membuat sirkulasi aliran tipis air dan unsur hara. Air yang mengandung unsur hara dalam bentuk ion dialirkan dari ember ke tanaman dan dikembalikan lagi ke ember dengan selang waktu 15 menit.
Budidaya hidroponik pada praktikum ini terbagi dua yaitu budidaya horizontal dan vertikal dengan langkah-langkah yang terdiri dari persiapan rangkaian alat hidroponik, penyemaian benih, pemindahan bibit sekaligus pemberian unsur hara, pemeliharaan, pemanenan, dan penanganan pasca panen.
1.      Persiapan alat
Rangkaian alat untuk budidaya vertikal dibuat dengan paralon sepanjang 4 meter yang diletakkan secara vertikal pada tembok sebanyak tiga tingkat. Paralon diletakkan dengan paku dan claim dengan mengatur posisi mendatar. Paralon diberi lubang terlebih dahulu dengan jarak 20 cm. Untuk pengaturan waktu sirkulasi air disamakan dengan budidaya horizontal. Karena pada budidaya vertikal posisi ketinggian paralon berbeda-beda sehingga perlu diatur jumlah air yang dialirkan ke masing-masing paralon dengan menggunakan penjepit. Tingkatan paling bawah diberi dua buah penjepit karena aliran airnya lebih deras. Tingkat kedua diberi satu buah penjepit dan yang paling atas tidak diberi penjepit.
2.      Penyemaian benih
Benih yang akan di tanam adalah benih caisim. Penyemaian dilakukan dalam nampan dengan media tanah dicampur dengan sekam selama 2-3 minggu.
3.      Pemindahan bibit dan pemberian unsur hara
Benih sayuran yang telah disemai 2-3 minggu sudah bisa dipindahkan ke talang hidroponik. Saat pemindahan bibit semaian terlebih dahulu kita memberikan larutan pupuk cair pada wadah air yang mengandung unsur hara :
a.       Larutan A (merah) : Kalsium, Nitrat, Kalium, dan Fe-Khelat.
b.      Larutan B (bening) : Kalium, Fosfat, Sulfur, Magnesium, dan unsur mikro.
Cara penggunaan : kocok terlebih dahulu, kemudian ambil larutan sebanyak 1 mL dan masukkan ke dalam ± 0,5 L air bersih. Tambahkan sebanyak 1 mL, tambah air bersih dan tepatkan menjadi 1 L larutan, atau nilai Ec-nya 1,2 mm/mhos pada Ec meter. Larutan encer ini dapat langsung digunakan untuk semaian dengan media tanam air atau media tanam sistem hidroponik. Larutkan 2,5 mL larutan A dan 2,5 mL larutan B ke dalam air bersih hingga diperoleh 1 L larutan hara hidroponik untuk digunakan langsung pada semaian yang baru di tanam hingga umur 2 - 2,5 minggu. Untuk sayuran umur lebih dari 2,5 minggu, digunakan 3 – 4 mL larutan A dan 3 – 4 mL larutan B. Untuk setiap liter larutan hara hidroponik.
4.      Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan melindungi tanaman dengan jala agar terhindar dari gangguan binatang, membetulkan posisi tanaman, dan mengontrol Ec air serta penambahan unsur hara. Pemeliharaan dilakukan sejak tanaman disemai sampai pemanenan.
5.      Pemanenan
Tanaman yang berusia tiga minggu setelah penyemaian sudah dapat dipanen. Cara pemanenan dilakukan seperti cara pemanenan sayuran pada umumnya. Ambil tanaman dari rangkaian alat, kemudian lepaskan tanaman dari cup plastik.


6.      Penanganan pasca panen
Tanaman yang di panen di ambil beberapa sampel dan diukur beratnya, tinggi tanaman, panjang akar, lebar dan panjang daun, dan jumlah daun. Untuk mengetahui kebutuhan air tanaman maka diukur volume air yang tersisa dan Ec air.

Media Tanah
-         Pengolahan tanah
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan.
Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung.
Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 tonha-1. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan.


-          Penyemaian benih
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm.
Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram KCl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.
-          Penanaman
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 tonha-1, TSP 100 kgha-1, KCl 75 kgha-1. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.
-          Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.
Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman. Penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru.
Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan.
Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kgha-1. Dapat juga dengan satu sendok teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan.





HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
a.      Jadwal dan Kegiatan Praktikum :
Tabel 1. Jadwal dan kegiatan praktikum
Minggu ke-
Hari-Tanggal-Bulan-Tahun
Kegiatan
Keterangan
1
Selasa, 11-10-2011
Pembersihan lahan
Media tanah
2
Selasa, 18-10-2011
Pengolahan lahan
Media tanah
3
Selasa, 25-10-2011
Penyemaian benih
Media tanah dan Hidroponik
4
Selasa, 01-11-2011
Pembersihan alat-alat media hidroponik
Hidroponik
5
Selasa, 08-11-2011
Penyemaian ulang benih

Hidroponik
6
Selasa, 15-11-2011
Penyemaian ulang benih
Media tanah
7
Selasa, 22-11-2011
Pembersihan gulma
Media tanah
8
Selasa, 29-11-2011
Pembersihan gulma
Media tanah
9
Selasa, 06-12-2011
Pemindahan benih ke media hidroponik

Hidroponik
10
Selasa, 13-12-2011
Pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun
Media tanah
11
Selasa, 20-12-2011
Pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun
Media tanah dan Hidroponik

b.      Data Hasil Pengamatan :

Tabel 2. Hasil pengamatan pertumbuhan sawi media tanah minggu ke-10 dan 11
Tanaman Ke-
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah cabang
M-10
M-11
M-10
M-11
1
7
8
3
3
2
9,5
10
4
4
3
8
9
4
5
4
10
11
2
3
5
10
10
4
4
6
12
13
2
3
7
10
11
2
4
8
10
11
4
4
9
10
11
5
5
10
9
10
4
4
11
10
11
3
3
12
8
9
3
3
13
9
10
4
4
14
8
8,5
5
3
15
7
17
3
4
16
10
11
3
4
17
7
12
5
5
18
11
12
4
3
19
8
9
3
4
20
9
12
5
3
21
13
13
4
4
22
10
10
5
5
23
8
8
4
4
24
11
12
3
3
25
9
10
6
3
26
5
6
3
4

Tabel 3. Hasil pengamatan pertumbuhan sawi media hidroponik minggu ke-11
Pipa depan rumah
Tanaman ke-
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah daun
Keterangan
A
1
8,9
4
Normal
2
3,0
2
Kerdil
3
6,7
5
Normal
4
5,3
5
Normal
5
7,6
3
Normal
6
6,5
5
Normal
7
10,7
5
Normal
8
6,6
3
Normal
9
3,7
3
Kerdil
10
8,2
4
Normal
11
8,1
5
Normal
12
6,3
4
Normal
B
1
6
5
Normal
2
6
4
Normal
3
7
7
Normal
4
6,5
5
Normal
5
7,5
5
Normal
6
6
5
Normal
7
7,5
4
Normal
8
8
4
Normal
9
7,5
6
Normal
10
7
4
Normal
C
1
8,5
4
Normal
2
9
5
Normal
3
7
4
Normal
4
4,5
4
Kerdil
5
7
4
Normal
6
3
3
Kerdil
7
7
4
Normal
8
10
5
Normal
9
10
5
Normal
10
8
2
Normal
11
9
3
Normal
12
4,5
5
Kerdil
D
1
5,7
2
Kerdil
2
7,8
3
Kerdil
3
3
3
Kerdil
4
7
3
Kerdil
5
5
3
Kerdil
6
7
3
Kerdil

Tabel 4. Hasil pengamatan pertumbuhan sawi media hidroponik minggu ke-11
Pipa samping rumah
Tanaman ke-
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah daun
Keterangan
A
1
5
4
Kerdil
2
10,5
6
Normal
3
10
4
Normal
4
12
5
Normal
5
10
4
Normal
6
13
3
Normal
7
7
4
Normal
8
12
4
Normal
9
7
4
Normal
10
15
5
Normal
11
12
4
Normal
12
7,5
4
Normal
13
6
3
Kerdil
14
6
5
Kerdil
15
14,5
6
Normal
B
1
10,5
4
Normal
2
7,6
4
Normal
3
6,8
5
Kerdil
4
10
6
Normal
5
7,8
5
Normal
6
7,3
6
Kerdil
7
14
5
Normal
8
8
4
Normal
9
12
6
Normal
10
11,8
5
Normal
11
14
3
Normal
12
11
3
Normal
13
12
5
Normal
14
11
5
Normal
15
13,5
5
Normal
C
1
16,5
4
Normal, Terserang hama
2
8
3
Normal, Terserang hama
3
10,7
3
Normal, Terserang hama
4
12,4
5
Normal, Terserang hama
5
8,4
3
Normal, Terserang hama
6
9,5
6
Normal, Terserang hama
7
17,2
4
Normal, Terserang hama
8
10,7
4
Normal, Terserang hama
9
12,5
6
Normal, Terserang hama
10
11
5
Normal, Terserang hama
11
14,9
5
Normal, Terserang hama
12
13,6
6
Normal, Terserang hama
13
12
6
Normal, Terserang hama
14
14
4
Normal, Terserang hama
15
10,5
4
Normal, Terserang hama
16
12,3
8
Normal, Terserang hama

Pembahasan
Kegiatan praktikum Teknologi Pengelolaan Media Tanam yang telah dilaksanakan di lahan dosen pengampu mata kuliah Teknologi Pengelolaan Media Tanam (Ir. Ismed Fachruzi, MS) jalan Gunung Ronggeng batas kota Martapura oleh mahasiswa Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Unlam Banjarbaru. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah budidaya tanaman Caisim/sawi dengan menggunakan dua macam media, yaitu media tanah dan media air/hidroponik.
-          Media tanah
Praktikum diawali dengan pembersihan lahan. Pertama-tama lahan dibersihkan dari rumput-rumput serta ranting-ranting pohon yang tersisa bekas penanaman sebelumnya. Kemudian pengolahan tanah, pertumbuhan tanaman sayuran sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik dan struktur lahan tanamnya. Untuk itu, perlu dilakukan pengolahan tanah. Kegiatan pengolahan tanah yang umum dilakukan sebelum penanaman adalah penggemburan tanah, untuk jenis semua tanaman mempunyai perlakuan yang relatif hampir sama. Namun, dalam pembuatan bedengan mempunyai perlakuan dan lebar yang berbeda-beda sesuai dengan jarak tanamnya.
Penggemburan tanah dapat menciptakan kondisi lahan yang dibutuhkan oleh tanaman agar mampu tumbuh dengan baik. Tahap-tahap penggemburan ini meliputi pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah serta sirkulasi udaranya dan pemberian pupuk organik/pupuk kimia sebagai pupuk dasar untuk memperbaiki struktur fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan.
Tanah yang hendak digemburkan mula-mula harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak, atau bahkan pepohonan yang tumbuh. Lahan harus bersih dan tak boleh ternaungi. Lokasi yang teduh atau ternaungi tak baik untuk pertumbuhan sawi karena sayuran ini merupakan tanaman yang suka akan cahaya.
Sewaktu melakukan penggemburan tanah, dilakukan pula pemberian pupuk organik sebagai pupuk dasar, berupa pupuk kandang yang masak atau sudah jadi. Tanaman sawi membutuhkan pupuk kandang sebanyak 10 tonha-1, Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar lebih cepat bercampur merata dengan tanah. Dengan demikian tanah sehingga siap mendukung pertumbuhan sawi.
Pembibitan dapat dilakukan bersama dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Namun, ada juga yang menyiapkan bedengan penanaman keseluruhan baru melakukan persemaian. Bedengan pembibitan dibuat dengan menyisihkan atau menggunakan sebagian kecil lahan penanaman. Cara ini selain tidak efisien amat berpengaruh terhadap waktu produksi yang menjadi lebih lama. Namun, ada keuntungan lain yang diperoleh. Selain untuk kepraktisan, dengan dilakukan persemaian tanaman nantinya lebih mudah beradaptasi dengan kondisi lapang. Pada saat melakukan persemaian yang penting bibit yang dihasilkan dapat ditanam pada waktu tumbuh yang tepat.
Untuk tanaman sawi dapat dibuatkan pada lahan persemaian yang sama. Bedengan persemaian dibuat pada lahan dengan lebar 80-120 cm. panjang bedengan 1-3 m, tergantung pada kebutuhan bibit yang akan ditanam. Pada tempat dengan curah hujan cukup tinggi (200 mm/bulan) tinggi bedengan biasanya sekitar 20-30 cm.
Persemaian. Cara melakukan persemaian ialah sebagai berikut : benih ditabur pada permukaan bedengan. Selanjutnya benih ditutupi dengan tanah yang halus setebal 1-2 cm. lakukan perawatan dengan penyiraman. Benih yang baik akan tumbuh setelah 3-5 hari. Setelah berdaun 3-5 helai (kira-kira berumur 3-4 minggu sejak biji disemaikan) tanaman dapat dipindahkan ke kebun yang digunakan. Jarak tanam dalam bedengan untuk sawi adalah 20 cm x 20 cm. dengan demikian pada satu bedengan tanam terdapat 5 baris sawi.
Pilihlah bibit yang pertumbuhannya baik. Cirinya, batang tumbuh tegak, daun hijau segar mengilap, dan tidak terlihat serangan hama atau penyakit. Pindahkan bibit dengan hati-hati dari persemaian ke kebun. Langkah selanjutnya adalah penggalian lubang tanam di bedeng penanaman. Penggalian dilakukan dengan tangan atau cetok pada titik yang sesuai dengan jarak tanam. Ukuran lubang tak perlu terlalu besar, cukup 4-8 cm x 6-10 cm. Bibit dimasukkan ke lubang tanam dengan hati-hati lalu lubang diurug dan tanahnya sedikit ditekan ke arah akarnya.
-          Hidroponik
Diawali dengan pembersihan alat-alat yang digunakan untuk sistem hidroponik. Adapun alat-alat yang digunakan adalah sbb. :
Tempat tumbuh tanaman berupa pipa PVC. Diusahakan agar tempat tumbuh tanaman dijaga kebersihannya secara berkala dengan membersihkan dan menghilangkan tumbuhan atau tanaman lain yang tidak diinginkan.
Aerator. Alat ini dipakai untuk tercukupinya oksigen untuk pertukaran udara dalam daerah perakaran. Kekurangan oksigen akan mengganggu penyerapan air dan nutrisi oleh akar dan respirasi.
Larutan Nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion nutrisi dan suhu. Unsur hara ini dibagi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, P, S, K, Ca, dan Mg) dan mikro (B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn). Pada umumnya kualitas larutan nutrisi ini diketahui dengan mengukur electrical conductivity (EC) larutan tersebut. Semakin tinggi konsentrasi larutan semakin tinggi arus listrik yang dihantarkan (karena pekatnya kandungan garam dan akumulasi ion mempengaruhi kemampuan untuk menghantarkan listrik larutan nutrisi tersebut). Larutan nutrisi dapat dibuat sendiri dengan melarutkan pupuk yang diramu khusus untuk tanaman hidroponik atau membeli pupuk hidroponik secara komersial.
Kemudian dilakukan penyemaian benih dengan menggunakan nampan berbentuk persegi yang diisi dengan campuran tanah dan pupuk kandang. Benih disemai dengan cara ditaburkan ke tempat persemaian dan dipercikkan air untuk menjaga kelembabannya. Benih yang baik akan tumbuh pada hari ke 2-3 setelah penyemaian. Pemindahan benih ke media hidroponik dilakukan setelah benih berumur 2 minggu.
Hasil yang diperoleh dari masing-masing media percobaan adalah sbb. :
Praktikum yang dilakukan telah mengalami kegagalan dan data yang diperoleh hanya sedikit. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kendala dan gangguan pada saat pelaksanaan praktikum. Sehingga kami tidak bisa membandingkan hasil diantara keduanya. Tetapi dari kegiatan praktikum tersebut dapat dilihat bahwa sistem hidroponik lebih banyak memiliki keunggulan, yaitu sbb. :
1.      Keuntungan secara teknologis, hasil yang diperoleh produk hidroponik lebih terjamin kebebasannya dari hama penyakit yang berada di dalam tanah, hidroponik menggunakan metode kerja yang lebih praktis dan tepat guna, memungkinkan menanam suatu jenis tanaman di luar musim tanam, sehingga secara komersial mempunyai harga jual yang lebih baik, dan hidroponik mampu memanfaatan lahan sempit atau kritis dan tidak produktif.
2.      Keuntungan secara ekonomis, dapat menjadi sumber peningkatan penghasilan dan profesi, meningkatkan pemenuhan sumber pengadaan gizi masyarakat dan keluarga jika diusahakan dalam skala besar dapat meningkatkan ekspor yaitu produk hortikultura segar dan berkualitas tinggi.
3.      Keuntungan bagi lingkungan dan sosial, dapat dijadikan sarana pendidikan pertanian modern, memperindah lingkungan, dan mengesankan dunia pertanian yang bersih, dapat menimbulkan gairah usaha mandiri, menciptakan lapangan pekerjaan, bisa menjadi tempat berkreasi orang-orang lanjut usia, dan merupakan usaha agribisnis di perkotaan tanpa mencemari lingkungan.
Menurut saya prospek usaha tanaman hidroponik salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian yang layak disebarluaskan. Hal ini disebabkan oleh semakin langkanya sumberdaya lahan, terutama akibat perkembangan sektor industri dan jasa, sehingga kegiatan usaha pertanian konvensional semakin tidak kompetitif karena tingginya harga lahan. Teknologi budidaya pertanian sistem hidroponik memberikan alternatif bagi para petani yang memiliki lahan sempit atau yang hanya memiliki pekarangan rumah untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha yang dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan yang memadai.
Perbedaan paling menonjol antara hidroponik dan budidaya konvensional adalah penyediaan nutrisi tanaman. Pada budidaya konvensional, ketersediaan nutrisi untuk tanaman sangat tergantung pada kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara dalam jumlah cukup dan lengkap Selain keuntungan dan manfaat seperti dipaparkan di atas, usaha hidroponik juga dihadapkan pada berbagai kendala yang menyebabkan masih tersendat-sendatnya perkembangan hidroponik.




KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Percobaan yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1.      Hidroponik merupakan suatu sistem budidaya tanaman pada media yang tidak menyediakan unsur hara dan unsur hara esensial yang diperlukan tanaman, disediakan dalam bentuk larutan.
2.      Media tanam hidroponik dapat berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, atau tanpa media agregat (hanya air). berbeda dengan media tanam tanah yang berfungsi sebagai tempat tumbuh dan sumber makanan, media tanam air, pasir dan agregat hanya hanya sebagai tempat tumbuh saja tidak menyediakan makanan bagi tanaman, sehingga bercocok tanam dengan sistem hidroponik mutlak memerlukan pupuk sebagai sumber makanan bagi tanaman.
3.      Prospek usaha tanaman hidroponik salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian yang layak disebarluaskan. Hal ini disebabkan oleh semakin langkanya sumberdaya lahan, terutama akibat perkembangan sektor industri dan jasa, sehingga kegiatan usaha pertanian konvensional semakin tidak kompetitif karena tingginya harga lahan.
4.      Beberapa kelebihan sistem hidroponik dibanding dengan media tanah adalah kebersihan lebih mudah terjaga, tidak memerlukan pengelolaan tanah, penggunaan pupuk dan air lebih efisien, tidak tergantung musim, tingkat produktivitas dan kualitas cukup tinggi dan seragam, tanaman dapat dikontrol dengan baik, dapat diusahakan di tempat yang tidak terlalu luas ataupun dipergunakan sebagai bisnis dengan luasan yang cukup, kenyamanan kerja dapat ditingkatkan secara ekonomis, dan diferensiasi produk dapat dilakukan.

Saran
            Teknik hidroponik merupakan solusi dalam bidang pertanian dalam hal penyediaan lahan tanam yang semakin sempit, namun teknik ini juga memilki kelemahan sehingga perlu peningkatan demi terciptanya kemajuan dibidang pertanian itu sendiri.












DAFTAR PUSTAKA
Falah, Siswa dan M. Affan Fajar. 2000. Produksi Tanaman dan Makanan dengan Menggunakan Hidroponik Sederhana hingga Otomatis. IO PPI Jepang [serial online]. http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=200. Diakses pada tanggal 24 Desember 2011.

Fitter dan Hay. 2000. Hidroponik Tanaman Buah untuk Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hasim, M. 1995. Hidroponik Bertanam Tanpa Tanah. http://agungpurnomo.com/tag/hidroponik. Diakses pada tanggal 24 Desember 2011.

Kementrian Tenaga, Air dan Komunikasi (KTAK). 2006. Hidroponik. Kementrian Tenaga, Air dan Komunikasi (KTAK) [serial online]. http://www.idesa.net.my/modules/news/article.php?storyid=733. Diakses pada tanggal 24 Desember 2011.

Lakitan, Hakim . 1996. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia (UI Press ).

Lingga, P., dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nicholls, R. E. 1995. Hidroponik Tanaman Tanpa Tanah. Penabur. Jakarta.

Palungkun H. dan Yovita, H.I. 1999. Paprika, Hidroponik dan Nonhidroponik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sibrani, Sahat M. 2006. Analisis Sistem Hidroponik NFT pada Tanaman Budidaya Selada. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara.

Williams, C.N., J.O Uzo, dan W.T.H Peregrine. 1993. Produksi Sayur-sayuran di Daerah Tropika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.


Winarso, Sugeng. 2005. Dasar dan Kualitas Tanah. Kesuburan Tanah. Gava Media : Yogyakarta. Hal 18 – 19.

1 comment:

  1. 365SBOBET Situs Agen SBOBET , Agen Bola Terpercaya di Indonesia

    365SBOBET adalah Agen Sbobet Terpercaya Indonesia, Situs Agen Bola Resmi Online Casino Terbaik Official Partner kami adalah Barcelona dan Liverpool.

    http://104.161.33.124

    Buruan Daftarkan DIri anda di 365SBOBET & menangkan Ratusan Juta Rupiah Setiap Harinya!!!
    Bonus Pendaftaran Member Baru 20% Maksimal s/d 1 Juta Rupiah
    Bonus Next deposit 5%
    Bonus Rollingan 0.5%
    Bonus Cashback 5%
    Dengan Minimal deposit untuk mendapatkan Bonus Hanya 50 ribu

    Deposit hanya Rp. 25.000

    Whatsapp : 0823.6134.6235

    ReplyDelete