|
|
Latar
Belakang
Dalam
dunia modern ini pertanian juga semakin maju untuk menjawab tantangan dari pada
masalah-masalah yang muncul di masa sekarang. Seperti masalah yang semakin
sempitnya lahan pertanian dikarenakan alih fungsi lahan pertanian yang katanya
lebih menguntungkan dari pada digunakan untuk pertanian, seperti pembukaan
swalayan, tempat-tempat hiburan dan lain sebagainya. Padahal kita ketahui
mayoritas masyarakat Negara kita hidup dari bertani, sehingga ketika lahan yang
digunakan untuk menghidupi mereka dan keluarganya di alih fungsikan, maka tidak
ada yang dapat mereka andalkan untuk memenuhi kebutuhannya.
Bercermin
dari masalah itu maka solusi demi solusi muncul untuk membantu keadaan
pertanian kita yang semakin terpinggirkan, khususnya para petani yang telah
kehilangan sawah-sawah mereka. Solusi tersebut salah satunya berupa sistem
tanam yang tidak menggunakan media yang selama ini dianggap sebagai media
satu-satunya untuk bertanam. Media tersebut berupa media non tanah, bisa berupa
air, udara, maupun jenis lain yang selain tanah, seperti arang sekang, pasir
dan lain sebagainya.
Hidroponik
diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydroponous,
hydro berarti air dan ponous berarti kerja. Hidroponik adalah teknologi
bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen. Ada beberapa
keuntungan yang bisa didapat dari bertanam secara hidroponik dibandingkan
bertanam secara konvensional. Dalam perkembangannya sejak mulai popular 40
tahun lampau, hidroponik telah banyak mengalami perubahan. Media yang digunakan
lebih banyak yang sengaja dibuat khusus. Demikian juga dengan wadah-wadah yang
digunakan, seperti pot. Ada yang sengaja dibuat khusus lengkap dengan alat
penunjuk kebutuhan air, ada pula yang khusus seperti kerikil sintesis.
Metode
hidroponik merupakan metode menumbuhkan tanaman di dalam larutan nutrisi tanpa
menggunakan media tanah. Ditinjau dari segi sains, hidroponik telah membuktikan
bahwa tanah tidak diperlukan untuk menumbuhkan tanaman, kecuali unsur-unsur mineral
dan zat-zat makanan seperti dalam tanah. Dengan mengeliminasi tanah berarti
juga mengeliminasi hama/penyakit yang ada dalam tanah dan mengurangi
pengendalian tanah secara teliti nutrisi tanaman. Dalam larutan hidroponik
telah tersedia zat-zat makanan untuk tumbuhan dengan perbandingan yang tepat,
sehingga dapat mengurangi stress pada tanaman, lebih cepat matang dan panen pun
akan lebih bagus kualitasnya.
Media
tanam hidroponik berfungsi sebagai penegak tanaman agar tidak roboh dan juga
sebagai penghantar cairan unsur hara. Jadi, ada beberapa jenis media tanam yang
boleh dipakai, seperti pasir, tembikar, arang, dan sabut kelapa. Hanya saja,
media yang akan kita gunakan itu harus kita sesuaikan dengan tanamannya. Untuk
tanaman hias disarankan menggunakan media tanam batu apung.
Keuntungan
bercocok tanam tanpa media tanah adalah : 1.) produksi tanaman lebih tinggi
dibandingkan menggunakan media tanah biasa, 2.) lebih terbebas dari hama dan
penyakit tanaman, 3.) tanaman lebih cepat tumbuh dan penggunaan pupuk lebih
hemat, 4.) bila ada tanaman yang mati dapat langsung diganti dengan mudah
dengan tanaman lain, 5.) kualitas bunga, buah, dan daun lebih baik dan tidak
mudah kotor, 6.) keterbatasan ruang dan tempat bukanlah halangan.
Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk
memahami cara pembuatan media tanam non tanah dalam bentuk cair dan padat untuk
budidaya sistem hidroponik.
2. Untuk
mengetahui pertumbuhan tanaman dari masing-masing media.
3. Untuk
membandingkan produksi yang dihasilkan oleh sistem hidroponik dan media tanah.
4. Untuk
membandingkan manakah yang lebih efisien dan ekonomis di antara sistem hidroponik
dan media tanah.
|
Caisim
Caisim (Brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim,
berbatang pendek hingga hampir tidak terlihat. Daun Caisim berbentuk bulat
panjang serta berbulu halus dan tajam, urat daun utama lebar dan berwarna
putih. Daun caisim ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang mentah rasanya agak
pedas. Pola pertumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang muncul terlebih dahulu menutup
daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk krop bulat panjang yang berwarna
putih. Susunan dan warna bunga seperti kubis (Sunarjono, 2004).
Adapun klasifikasi tanaman caisim adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Plantae
Sub-kingdom :
Tracheobionta
Super-divisio :
Spermatophyta
Divisio :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Sub-kelas :
Dilleniidae
Ordo :
Capparales
Famili :
Brassicaceae
Genus :
Brassica
Spesies :
Brassica juncea (L.) Czern. (Anonim, 2008b).
Di Indonesia dikenal
tiga jenis sawi yaitu : sawi putih atau sawi jabung, sawi hijau dan sawi huma.
Sawi putih (B. Juncea L. Var. Rugosa Roxb. & Prain) memiliki
batang pendek, tegap dan daun lebar berwarna hijau tua, tangkai daun panjang
dan bersayap melengkung ke bawah. Sawi hijau, memiliki ciri-ciri batang pendek,
daun berwarna hijau keputih-putihan, serta rasanya agak pahit, sedangkan sawi
huma memiliki ciri batang kecil-panjang dan langsing, daun panjang-sempit
berwarna hijau keputih-putihan, serta tangkai daun panjang dan bersayap
(Rukmana, 1994).
Di antara sayuran daun, caisim merupakan komoditas yang memiliki
nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia. Konsumen menggunakan daun
caisim baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap masakan tradisional dan masakan cina. Selain
sebagai bahan pangan, caisim dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di
tenggorokan pada penderita batuk. Caisim pun berfungsi sebagai penyembuh sakit
kepala dan mampu bekerja sebagai pembersih darah
(Haryanto et al., 2001).
Manfaat
tanaman caisim/sawi adalah daunnya digunakan sebagai sayur dan bijinya dimanfaatkan sebagai minyak serta
pelezat makanan. Tanaman caisim/sawi banyak
disukai karena rasanya serta kandungan beberapa vitaminnya. Pada daun sawi 100
gr terkandung 6460 IU Vitamin A, 102 mg Vit B,
0,09 mg Vit C, 220 mg kalsium dan kalium (Arief, 1990).
Hidroponik
Hidroponik
adalah sebuah istilah yang menaungi banyak macam metode. Prinsip-prinsip dasar
hidroponik dapat diterapkan dalam macam cara, yang dapat disesuaikan dengan
persyaratan-persyaratan finansial maupun keterbatasan ruang pada tiap orang
yang ingin mengerjakannya. Metode-metode bercocok tanam hidroponik yang telah
dikembangkan selama 45 tahun ini, dapat dibagi menjadi beberapa kategori. Pada
metode menggunakan air, tumbuh-tumbuhan ditanam semata-mata dalam air yang
dilengkapi dengan larutan zat makanan. Metode yang menggunakan pasir menuntut
penanaman tumbuh-tumbuhan pada pasir yang disterilkan, ke dalamnya sejumlah air
dan larutan zat makanan dipompakan masuk. Metode agregasi menggantikan pasir
dan dengan menggunakan serentetan material, seperti kerikil (Nicholls, 1996).
Secara
umum hidroponik berarti sistem budidaya pertanian tanpa menggunakan tanah
tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrient. Media tanam lain dapat
berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, atau tanpa media agregat (hanya
air). Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara (steril) sementara itu
pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam media tersebut
melalui pipa atau disiramkan secara manual. Nutrien atau pupuk hidroponik yang
telah dilarutkan dalam air didistribusikan kepada media dengan jalan jaringan
mikro irigasi, yaitu meneteskan dengan jaringan ke media tanaman dan langsung
diserap, tidak bisa kembali lagi. Media tanaman hidroponik tidak mempunyai zat
hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian larutan nutrien secara terus
menerus ke dalam media tanaman hidroponik sangat diperlukan dan diperhitungkan
berdasarkan jumlah dan jenis tanaman yang ditanam. Pengairan tanaman dengan
sistem hidroponik dikenal dua sistem pengairan, yaitu sistem genangan air dan
sistem pengaliran air. Sistem genangan air adalah suatu sistem dengan cara
memasukkan air pada wadah (pot) dengan ukuran ketinggian air di dalam wadah
jangan melampaui akar atau akar jangan terendam oleh genangan air, hal ini
untuk menghindari supaya jangan membusuknya akar tanaman. Sistem genangan air
ini dipakai apabila kita mempergunakan wadah akuarium. Kelemahan sistem
genangan air ini adalah terjadinya pengendapan nutrien di bawah (Siswa, dkk.,
2000).
Pemberian
pupuk yang umum yaitu dengan menabur langsung ke tanah tempat bibit yang di
tanam. Akan tetapi, pada hidroponik pupuk diberikan dalam bentuk larutan dan
lebih dikenal dengan istilah nutrien. Kandungan unsur hara yang dibutuhkan
untuk tanaman hidroponik tidak berbeda dengan tanaman di media tanah. Unsur
hara yang dibutuhkan terdiri dari unsur makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan
unsur mikro (Mn, Cu, Mo, Zn, dan Fe) (Palungkun, dkk, 1999).
Banyak
hal yang dapat menyebabkan hidroponik gagal dan kurang subur, diantaranya
adalah tanamannya belum mengalami adaptasi, terjadi kesalahan dalam melakukan
hidroponiknya. Contohnya batu apungnya kurang bersih atau kurang steril dari
garam-garam mineral dan pasir (Hasim, 1995).
Bila
menggunakan metode kultur porous atau agregat biasanya harus disterilkan
terlebih dahulu kerikil-kerikilnya. Mensterilkannya adalah dengan cara jalan
pemanasan atau bisa pula dengan menyikatnya sampai bersih dengan menggunakan
air sabun yang hangat. Menggunakan media kultur porous ini tergolong mudah.
Hanya saja bila menggunakan media ini tanaman akan mudah kering, berarti kita
harus rajin-rajin menyiramnya (Lingga, 1999).
Media
tanam hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu dapat
menyerap dari penghantar air, tidak mempengaruhi pH air, tidak mengubah warna,
tidak mudah lapuk dan membusuk. Media tanam kultur hidroponik dapat dibagi menjadi
dua, yaitu media tanam anorganik, contohnya batu apung yang berasal dari
bebatuan larva gunung berapi. Sifatnya ringan, sukar lapuk, tidak mempengaruhi
pH, porous mudah menyerap dan menyimpan air, serta mengalirkan air dalam jumlah
yang banyak. Batu apung terbaik untuk media tanam hidroponik perlu direkayasa
menjadi sebesar kerikil (Fitter dan Hay, 2000).
Sebelum
mulai mencoba hidroponik, hendaknya terlebih dahulu ditentukan tingkat suhu,
kelembaban, serta jumlah sinar di tempat dimana kita mencoba hidroponik.
Tingkat suhunya selain untuk mengatur tanaman dalam memperoleh energi, tapi
juga erat kaitannya dengan kelembaban udara. Pada temperatur 23ÂșC, kelembaban
40 % sangat sesuai dengan tanaman. Sinar atau cahaya adalah salah satu bagian
penting dalam proses fotosintesis (Lakitan, 2004).
Media
Tanah
Pengolahan tanah secara umum
melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap penggemburan yaitu
pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian
pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah
kesuburan lahan yang akan kita gunakan.
Tanah yang hendak digemburkan harus
dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan
bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari
secara langsung.
Sedangkan kedalaman tanah yang di cangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 tonha-1. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan.
Sedangkan kedalaman tanah yang di cangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 tonha-1. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan.
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan
dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan
lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan
pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3 meter. Curah hujan
lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm.
Dua minggu sebelum di tabur benih,
bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea,
10 gram TSP, dan 7,5 gram KCl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm
dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan
jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan
terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 tonha-1, TSP 100 kgha-1,
KCl 75 kgha-1. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x
30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati,
lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.
|
Bahan
dan Alat
Bahan
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Benih
Caisim (Brassica
juncea L.) digunakan sebagai bahan percobaan yang akan diamati.
Tanah,
digunakan sebagai media persemaian benih.
Larutan
A (merah) : (Kalsium, Nitrat, Kalium, dan Fe-Khelat),
digunakan sebagai nutrisi untuk bahan tanam sistem hidroponik.
Larutan
B (bening) : (Kalium, Fosfat, Sulfur, Magnesium, dan unsur mikro),
digunakan sebagai nutrisi untuk bahan tanam sistem hidroponik.
Pupuk
kandang, digunakan sebagai campuran tanah untuk
media persemaian.
Air,
digunakan sebagai media hidroponik.
Alat
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
Nampan
plastik sebanyak 4 buah, digunakan sebagai
tempat penyemaian benih.
Pipa
PVC (besar dan kecil), digunakan sebagai
tempat tumbuhnya tanaman pada media hidroponik/talang hidroponik.
Paku
dan Claim, digunakan untuk meletakkan pipa pada
tembok/dinding rumah.
Penjepit,
digunakan untuk mengatur jumlah air yang dialirkan ke masing-masing paralon.
Selang
(besar dan kecil), digunakan untuk
menyalurkan air ke pipa-pipa.
Ember
besar, digunakan untuk menampung air.
Ec
meter, digunakan untuk mengukur DHL pada air.
Kabel
listrik, digunakan untuk menghubungkan arus
listrik.
Aerator/pompa
air, digunakan untuk memompa air.
Alat
pengaduk, digunakan untuk mengaduk larutan
nutrisi.
Cangkul,
digunakan untuk pengolahan tanah pada media tanah.
Penggaris,
digunakan untuk mengukur tinggi tanaman.
Tempat
dan Waktu
Praktikum
ini dilaksanakan di lahan dosen pengampu mata kuliah Teknologi Pengelolaan
Media Tanam (Ir. Ismed Fachruzi, MS) jalan Gunung Ronggeng batas kota Martapura,
pada hari Selasa, tanggal 11 Oktober – 20 Desember 2011 pukul 16.00 WITA sampai
dengan selesai.
Metode
Praktikum
Hidroponik
Prinsip
dasar dari metode DFT (Deef Flow
Technique) adalah membuat sirkulasi aliran tipis air dan unsur hara. Air
yang mengandung unsur hara dalam bentuk ion dialirkan dari ember ke tanaman dan
dikembalikan lagi ke ember dengan selang waktu 15 menit.
Budidaya
hidroponik pada praktikum ini terbagi dua yaitu budidaya horizontal dan
vertikal dengan langkah-langkah yang terdiri dari persiapan rangkaian alat
hidroponik, penyemaian benih, pemindahan bibit sekaligus pemberian unsur hara,
pemeliharaan, pemanenan, dan penanganan pasca panen.
1. Persiapan
alat
Rangkaian alat untuk budidaya vertikal
dibuat dengan paralon sepanjang 4 meter yang diletakkan secara vertikal pada
tembok sebanyak tiga tingkat. Paralon diletakkan dengan paku dan claim dengan
mengatur posisi mendatar. Paralon diberi lubang terlebih dahulu dengan jarak 20
cm. Untuk pengaturan waktu sirkulasi air disamakan dengan budidaya horizontal.
Karena pada budidaya vertikal posisi ketinggian paralon berbeda-beda sehingga
perlu diatur jumlah air yang dialirkan ke masing-masing paralon dengan
menggunakan penjepit. Tingkatan paling bawah diberi dua buah penjepit karena
aliran airnya lebih deras. Tingkat kedua diberi satu buah penjepit dan yang
paling atas tidak diberi penjepit.
2. Penyemaian
benih
Benih
yang akan di tanam adalah benih caisim. Penyemaian dilakukan dalam nampan
dengan media tanah dicampur dengan sekam selama 2-3 minggu.
3. Pemindahan
bibit dan pemberian unsur hara
Benih
sayuran yang telah disemai 2-3 minggu sudah bisa dipindahkan ke talang hidroponik.
Saat pemindahan bibit semaian terlebih dahulu kita memberikan larutan pupuk
cair pada wadah air yang mengandung unsur hara :
a. Larutan
A (merah) : Kalsium, Nitrat, Kalium, dan Fe-Khelat.
b. Larutan
B (bening) : Kalium, Fosfat, Sulfur, Magnesium, dan unsur mikro.
Cara
penggunaan : kocok terlebih dahulu, kemudian ambil larutan sebanyak 1 mL dan
masukkan ke dalam ± 0,5 L air bersih. Tambahkan sebanyak 1 mL, tambah air
bersih dan tepatkan menjadi 1 L larutan, atau nilai Ec-nya 1,2 mm/mhos pada Ec
meter. Larutan encer ini dapat langsung digunakan untuk semaian dengan media
tanam air atau media tanam sistem hidroponik. Larutkan 2,5 mL larutan A dan 2,5
mL larutan B ke dalam air bersih hingga diperoleh 1 L larutan hara hidroponik
untuk digunakan langsung pada semaian yang baru di tanam hingga umur 2 - 2,5
minggu. Untuk sayuran umur lebih dari 2,5 minggu, digunakan 3 – 4 mL larutan A
dan 3 – 4 mL larutan B. Untuk setiap liter larutan hara hidroponik.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan melindungi
tanaman dengan jala agar terhindar dari gangguan binatang, membetulkan posisi
tanaman, dan mengontrol Ec air serta penambahan unsur hara. Pemeliharaan
dilakukan sejak tanaman disemai sampai pemanenan.
5. Pemanenan
Tanaman yang berusia tiga minggu setelah
penyemaian sudah dapat dipanen. Cara pemanenan dilakukan seperti cara pemanenan
sayuran pada umumnya. Ambil tanaman dari rangkaian alat, kemudian lepaskan
tanaman dari cup plastik.
6. Penanganan
pasca panen
Tanaman yang di panen di ambil beberapa
sampel dan diukur beratnya, tinggi tanaman, panjang akar, lebar dan panjang
daun, dan jumlah daun. Untuk mengetahui kebutuhan air tanaman maka diukur
volume air yang tersisa dan Ec air.
Media Tanah
-
Pengolahan tanah
Pengolahan
tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap
pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi
udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang
akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan.
Tanah
yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau
pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi
suka pada cahaya matahari secara langsung.
Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 tonha-1. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan.
Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 tonha-1. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan.
-
Penyemaian benih
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan
dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan
lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan
pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3 meter. Curah hujan
lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm.
Dua minggu sebelum di tabur benih,
bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea,
10 gram TSP, dan 7,5 gram KCl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.
-
Penanaman
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm
dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan
jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan
terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 tonha-1, TSP 100 kgha-1,
KCl 75 kgha-1. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x
30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati,
lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.
-
Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah hal yang
penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat.
Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini
tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu
melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba
kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak
terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Tahap selanjutnya yaitu penjarangan,
penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman
yang tumbuh terlalu rapat.
Selanjutnya tahap yang dilakukan
adalah penyulaman. Penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan
tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama
dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru.
Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4
kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma
pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah
penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan
dengan penyiangan.
Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kgha-1. Dapat juga dengan satu sendok teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan.
Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kgha-1. Dapat juga dengan satu sendok teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan.
|
Hasil
a.
Jadwal
dan Kegiatan Praktikum :
Tabel
1. Jadwal dan kegiatan praktikum
Minggu ke-
|
Hari-Tanggal-Bulan-Tahun
|
Kegiatan
|
Keterangan
|
1
|
Selasa, 11-10-2011
|
Pembersihan
lahan
|
Media tanah
|
2
|
Selasa, 18-10-2011
|
Pengolahan
lahan
|
Media tanah
|
3
|
Selasa, 25-10-2011
|
Penyemaian
benih
|
Media tanah
dan Hidroponik
|
4
|
Selasa, 01-11-2011
|
Pembersihan
alat-alat media hidroponik
|
Hidroponik
|
5
|
Selasa, 08-11-2011
|
Penyemaian
ulang benih
|
Hidroponik
|
6
|
Selasa, 15-11-2011
|
Penyemaian
ulang benih
|
Media tanah
|
7
|
Selasa, 22-11-2011
|
Pembersihan
gulma
|
Media tanah
|
8
|
Selasa, 29-11-2011
|
Pembersihan
gulma
|
Media tanah
|
9
|
Selasa, 06-12-2011
|
Pemindahan
benih ke media hidroponik
|
Hidroponik
|
10
|
Selasa, 13-12-2011
|
Pengukuran
tinggi tanaman dan jumlah daun
|
Media tanah
|
11
|
Selasa, 20-12-2011
|
Pengukuran
tinggi tanaman dan jumlah daun
|
Media tanah
dan Hidroponik
|
b.
Data
Hasil Pengamatan :
Tabel
2. Hasil pengamatan pertumbuhan sawi media tanah minggu ke-10 dan 11
Tanaman Ke-
|
Tinggi tanaman (cm)
|
Jumlah cabang
|
||
M-10
|
M-11
|
M-10
|
M-11
|
|
1
|
7
|
8
|
3
|
3
|
2
|
9,5
|
10
|
4
|
4
|
3
|
8
|
9
|
4
|
5
|
4
|
10
|
11
|
2
|
3
|
5
|
10
|
10
|
4
|
4
|
6
|
12
|
13
|
2
|
3
|
7
|
10
|
11
|
2
|
4
|
8
|
10
|
11
|
4
|
4
|
9
|
10
|
11
|
5
|
5
|
10
|
9
|
10
|
4
|
4
|
11
|
10
|
11
|
3
|
3
|
12
|
8
|
9
|
3
|
3
|
13
|
9
|
10
|
4
|
4
|
14
|
8
|
8,5
|
5
|
3
|
15
|
7
|
17
|
3
|
4
|
16
|
10
|
11
|
3
|
4
|
17
|
7
|
12
|
5
|
5
|
18
|
11
|
12
|
4
|
3
|
19
|
8
|
9
|
3
|
4
|
20
|
9
|
12
|
5
|
3
|
21
|
13
|
13
|
4
|
4
|
22
|
10
|
10
|
5
|
5
|
23
|
8
|
8
|
4
|
4
|
24
|
11
|
12
|
3
|
3
|
25
|
9
|
10
|
6
|
3
|
26
|
5
|
6
|
3
|
4
|
Tabel
3. Hasil pengamatan pertumbuhan sawi media hidroponik minggu ke-11
Pipa depan rumah
|
Tanaman ke-
|
Tinggi tanaman (cm)
|
Jumlah daun
|
Keterangan
|
A
|
1
|
8,9
|
4
|
Normal
|
2
|
3,0
|
2
|
Kerdil
|
|
3
|
6,7
|
5
|
Normal
|
|
4
|
5,3
|
5
|
Normal
|
|
5
|
7,6
|
3
|
Normal
|
|
6
|
6,5
|
5
|
Normal
|
|
7
|
10,7
|
5
|
Normal
|
|
8
|
6,6
|
3
|
Normal
|
|
9
|
3,7
|
3
|
Kerdil
|
|
10
|
8,2
|
4
|
Normal
|
|
11
|
8,1
|
5
|
Normal
|
|
12
|
6,3
|
4
|
Normal
|
|
B
|
1
|
6
|
5
|
Normal
|
2
|
6
|
4
|
Normal
|
|
3
|
7
|
7
|
Normal
|
|
4
|
6,5
|
5
|
Normal
|
|
5
|
7,5
|
5
|
Normal
|
|
6
|
6
|
5
|
Normal
|
|
7
|
7,5
|
4
|
Normal
|
|
8
|
8
|
4
|
Normal
|
|
9
|
7,5
|
6
|
Normal
|
|
10
|
7
|
4
|
Normal
|
|
C
|
1
|
8,5
|
4
|
Normal
|
2
|
9
|
5
|
Normal
|
|
3
|
7
|
4
|
Normal
|
|
4
|
4,5
|
4
|
Kerdil
|
|
5
|
7
|
4
|
Normal
|
|
6
|
3
|
3
|
Kerdil
|
|
7
|
7
|
4
|
Normal
|
|
8
|
10
|
5
|
Normal
|
|
9
|
10
|
5
|
Normal
|
|
10
|
8
|
2
|
Normal
|
|
11
|
9
|
3
|
Normal
|
|
12
|
4,5
|
5
|
Kerdil
|
|
D
|
1
|
5,7
|
2
|
Kerdil
|
2
|
7,8
|
3
|
Kerdil
|
|
3
|
3
|
3
|
Kerdil
|
|
4
|
7
|
3
|
Kerdil
|
|
5
|
5
|
3
|
Kerdil
|
|
6
|
7
|
3
|
Kerdil
|
Tabel
4. Hasil pengamatan pertumbuhan sawi media hidroponik minggu ke-11
Pipa samping rumah
|
Tanaman ke-
|
Tinggi tanaman (cm)
|
Jumlah daun
|
Keterangan
|
A
|
1
|
5
|
4
|
Kerdil
|
2
|
10,5
|
6
|
Normal
|
|
3
|
10
|
4
|
Normal
|
|
4
|
12
|
5
|
Normal
|
|
5
|
10
|
4
|
Normal
|
|
6
|
13
|
3
|
Normal
|
|
7
|
7
|
4
|
Normal
|
|
8
|
12
|
4
|
Normal
|
|
9
|
7
|
4
|
Normal
|
|
10
|
15
|
5
|
Normal
|
|
11
|
12
|
4
|
Normal
|
|
12
|
7,5
|
4
|
Normal
|
|
13
|
6
|
3
|
Kerdil
|
|
14
|
6
|
5
|
Kerdil
|
|
15
|
14,5
|
6
|
Normal
|
|
B
|
1
|
10,5
|
4
|
Normal
|
2
|
7,6
|
4
|
Normal
|
|
3
|
6,8
|
5
|
Kerdil
|
|
4
|
10
|
6
|
Normal
|
|
5
|
7,8
|
5
|
Normal
|
|
6
|
7,3
|
6
|
Kerdil
|
|
7
|
14
|
5
|
Normal
|
|
8
|
8
|
4
|
Normal
|
|
9
|
12
|
6
|
Normal
|
|
10
|
11,8
|
5
|
Normal
|
|
11
|
14
|
3
|
Normal
|
|
12
|
11
|
3
|
Normal
|
|
13
|
12
|
5
|
Normal
|
|
14
|
11
|
5
|
Normal
|
|
15
|
13,5
|
5
|
Normal
|
|
C
|
1
|
16,5
|
4
|
Normal, Terserang hama
|
2
|
8
|
3
|
Normal, Terserang hama
|
|
3
|
10,7
|
3
|
Normal, Terserang hama
|
|
4
|
12,4
|
5
|
Normal, Terserang hama
|
|
5
|
8,4
|
3
|
Normal, Terserang hama
|
|
6
|
9,5
|
6
|
Normal, Terserang hama
|
|
7
|
17,2
|
4
|
Normal, Terserang hama
|
|
8
|
10,7
|
4
|
Normal, Terserang hama
|
|
9
|
12,5
|
6
|
Normal, Terserang hama
|
|
10
|
11
|
5
|
Normal, Terserang hama
|
|
11
|
14,9
|
5
|
Normal, Terserang hama
|
|
12
|
13,6
|
6
|
Normal, Terserang hama
|
|
13
|
12
|
6
|
Normal, Terserang hama
|
|
14
|
14
|
4
|
Normal, Terserang hama
|
|
15
|
10,5
|
4
|
Normal, Terserang hama
|
|
16
|
12,3
|
8
|
Normal, Terserang hama
|
Pembahasan
Kegiatan
praktikum Teknologi Pengelolaan Media Tanam yang telah dilaksanakan di lahan
dosen pengampu mata kuliah Teknologi Pengelolaan Media Tanam (Ir. Ismed
Fachruzi, MS) jalan Gunung Ronggeng batas kota Martapura oleh mahasiswa
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Unlam Banjarbaru. Adapun kegiatan yang
dilakukan adalah budidaya tanaman Caisim/sawi dengan menggunakan dua macam
media, yaitu media tanah dan media air/hidroponik.
-
Media tanah
Praktikum
diawali dengan pembersihan lahan. Pertama-tama lahan dibersihkan dari
rumput-rumput serta ranting-ranting pohon yang tersisa bekas penanaman
sebelumnya. Kemudian pengolahan tanah, pertumbuhan tanaman sayuran sangat
dipengaruhi oleh keadaan fisik dan struktur lahan tanamnya. Untuk itu, perlu
dilakukan pengolahan tanah. Kegiatan pengolahan tanah yang umum dilakukan
sebelum penanaman adalah penggemburan tanah, untuk jenis semua tanaman
mempunyai perlakuan yang relatif hampir sama. Namun, dalam pembuatan bedengan
mempunyai perlakuan dan lebar yang berbeda-beda sesuai dengan jarak tanamnya.
Penggemburan
tanah dapat menciptakan kondisi lahan yang dibutuhkan oleh tanaman agar mampu
tumbuh dengan baik. Tahap-tahap penggemburan ini meliputi pencangkulan untuk
memperbaiki struktur tanah serta sirkulasi udaranya dan pemberian pupuk
organik/pupuk kimia sebagai pupuk dasar untuk memperbaiki struktur fisik serta
kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan.
Tanah
yang hendak digemburkan mula-mula harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan,
semak, atau bahkan pepohonan yang tumbuh. Lahan harus bersih dan tak boleh
ternaungi. Lokasi yang teduh atau ternaungi tak baik untuk pertumbuhan sawi
karena sayuran ini merupakan tanaman yang suka akan cahaya.
Sewaktu
melakukan penggemburan tanah, dilakukan pula pemberian pupuk organik sebagai
pupuk dasar, berupa pupuk kandang yang masak atau sudah jadi. Tanaman sawi
membutuhkan pupuk kandang sebanyak 10 tonha-1, Pupuk kandang
diberikan saat penggemburan agar lebih cepat bercampur merata dengan tanah.
Dengan demikian tanah sehingga siap mendukung pertumbuhan sawi.
Pembibitan
dapat dilakukan bersama dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Namun, ada
juga yang menyiapkan bedengan penanaman keseluruhan baru melakukan persemaian.
Bedengan pembibitan dibuat dengan menyisihkan atau menggunakan sebagian kecil
lahan penanaman. Cara ini selain tidak efisien amat berpengaruh terhadap waktu
produksi yang menjadi lebih lama. Namun, ada keuntungan lain yang diperoleh.
Selain untuk kepraktisan, dengan dilakukan persemaian tanaman nantinya lebih
mudah beradaptasi dengan kondisi lapang. Pada saat melakukan persemaian yang
penting bibit yang dihasilkan dapat ditanam pada waktu tumbuh yang tepat.
Untuk
tanaman sawi dapat dibuatkan pada lahan persemaian yang sama. Bedengan
persemaian dibuat pada lahan dengan lebar 80-120 cm. panjang bedengan 1-3 m,
tergantung pada kebutuhan bibit yang akan ditanam. Pada tempat dengan curah
hujan cukup tinggi (200 mm/bulan) tinggi bedengan biasanya sekitar 20-30 cm.
Persemaian.
Cara melakukan persemaian ialah sebagai berikut : benih ditabur pada permukaan
bedengan. Selanjutnya benih ditutupi dengan tanah yang halus setebal 1-2 cm.
lakukan perawatan dengan penyiraman. Benih yang baik akan tumbuh setelah 3-5
hari. Setelah berdaun 3-5 helai (kira-kira berumur 3-4 minggu sejak biji
disemaikan) tanaman dapat dipindahkan ke kebun yang digunakan. Jarak tanam
dalam bedengan untuk sawi adalah 20 cm x 20 cm. dengan demikian pada satu bedengan
tanam terdapat 5 baris sawi.
Pilihlah
bibit yang pertumbuhannya baik. Cirinya, batang tumbuh tegak, daun hijau segar
mengilap, dan tidak terlihat serangan hama atau penyakit. Pindahkan bibit
dengan hati-hati dari persemaian ke kebun. Langkah selanjutnya adalah
penggalian lubang tanam di bedeng penanaman. Penggalian dilakukan dengan tangan
atau cetok pada titik yang sesuai dengan jarak tanam. Ukuran lubang tak perlu
terlalu besar, cukup 4-8 cm x 6-10 cm. Bibit dimasukkan ke lubang tanam dengan
hati-hati lalu lubang diurug dan tanahnya sedikit ditekan ke arah akarnya.
-
Hidroponik
Diawali
dengan pembersihan alat-alat yang digunakan untuk sistem hidroponik. Adapun
alat-alat yang digunakan adalah sbb. :
Tempat
tumbuh tanaman berupa pipa PVC. Diusahakan agar tempat tumbuh tanaman dijaga
kebersihannya secara berkala dengan membersihkan dan menghilangkan tumbuhan
atau tanaman lain yang tidak diinginkan.
Aerator.
Alat ini dipakai untuk tercukupinya oksigen untuk pertukaran udara dalam daerah
perakaran. Kekurangan oksigen akan mengganggu penyerapan air dan nutrisi oleh
akar dan respirasi.
Larutan
Nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi merupakan faktor penting
untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman hidroponik, sehingga harus tepat
dari segi jumlah, komposisi ion nutrisi dan suhu. Unsur hara ini dibagi dua,
yaitu unsur makro (C, H, O, N, P, S, K, Ca, dan Mg) dan mikro (B, Cl, Cu, Fe,
Mn, Mo, dan Zn). Pada umumnya kualitas larutan nutrisi ini diketahui dengan
mengukur electrical conductivity (EC) larutan tersebut. Semakin tinggi
konsentrasi larutan semakin tinggi arus listrik yang dihantarkan (karena
pekatnya kandungan garam dan akumulasi ion mempengaruhi kemampuan untuk
menghantarkan listrik larutan nutrisi tersebut). Larutan nutrisi dapat dibuat
sendiri dengan melarutkan pupuk yang diramu khusus untuk tanaman hidroponik
atau membeli pupuk hidroponik secara komersial.
Kemudian
dilakukan penyemaian benih dengan menggunakan nampan berbentuk persegi yang diisi
dengan campuran tanah dan pupuk kandang. Benih disemai dengan cara ditaburkan
ke tempat persemaian dan dipercikkan air untuk menjaga kelembabannya. Benih
yang baik akan tumbuh pada hari ke 2-3 setelah penyemaian. Pemindahan benih ke
media hidroponik dilakukan setelah benih berumur 2 minggu.
Hasil
yang diperoleh dari masing-masing media percobaan adalah sbb. :
Praktikum
yang dilakukan telah mengalami kegagalan dan data yang diperoleh hanya sedikit.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya kendala dan gangguan pada saat pelaksanaan
praktikum. Sehingga kami tidak bisa membandingkan hasil diantara keduanya.
Tetapi dari kegiatan praktikum tersebut dapat dilihat bahwa sistem hidroponik
lebih banyak memiliki keunggulan, yaitu sbb. :
1. Keuntungan
secara teknologis, hasil yang diperoleh produk hidroponik lebih terjamin
kebebasannya dari hama penyakit yang berada di dalam tanah, hidroponik
menggunakan metode kerja yang lebih praktis dan tepat guna, memungkinkan
menanam suatu jenis tanaman di luar musim tanam, sehingga secara komersial
mempunyai harga jual yang lebih baik, dan hidroponik mampu memanfaatan lahan
sempit atau kritis dan tidak produktif.
2. Keuntungan
secara ekonomis, dapat menjadi sumber peningkatan penghasilan dan profesi, meningkatkan
pemenuhan sumber pengadaan gizi masyarakat dan keluarga jika diusahakan dalam
skala besar dapat meningkatkan ekspor yaitu produk hortikultura segar dan
berkualitas tinggi.
3. Keuntungan
bagi lingkungan dan sosial, dapat dijadikan sarana pendidikan pertanian modern,
memperindah lingkungan, dan mengesankan dunia pertanian yang bersih, dapat
menimbulkan gairah usaha mandiri, menciptakan lapangan pekerjaan, bisa menjadi
tempat berkreasi orang-orang lanjut usia, dan merupakan usaha agribisnis di
perkotaan tanpa mencemari lingkungan.
Menurut
saya prospek usaha tanaman hidroponik salah satu perkembangan teknologi
budidaya pertanian yang layak disebarluaskan. Hal ini disebabkan oleh semakin
langkanya sumberdaya lahan, terutama akibat perkembangan sektor industri dan
jasa, sehingga kegiatan usaha pertanian konvensional semakin tidak kompetitif
karena tingginya harga lahan. Teknologi budidaya pertanian sistem hidroponik
memberikan alternatif bagi para petani yang memiliki lahan sempit atau yang
hanya memiliki pekarangan rumah untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha yang
dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan yang memadai.
Perbedaan
paling menonjol antara hidroponik dan budidaya konvensional adalah penyediaan
nutrisi tanaman. Pada budidaya konvensional, ketersediaan nutrisi untuk tanaman
sangat tergantung pada kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara dalam
jumlah cukup dan lengkap Selain keuntungan dan manfaat seperti dipaparkan di
atas, usaha hidroponik juga dihadapkan pada berbagai kendala yang menyebabkan
masih tersendat-sendatnya perkembangan hidroponik.
|
Kesimpulan
Percobaan
yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Hidroponik
merupakan suatu sistem budidaya tanaman pada media yang tidak menyediakan unsur
hara dan unsur hara esensial yang diperlukan tanaman, disediakan dalam bentuk
larutan.
2. Media
tanam hidroponik dapat berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, atau tanpa
media agregat (hanya air). berbeda dengan media tanam tanah yang berfungsi
sebagai tempat tumbuh dan sumber makanan, media tanam air, pasir dan agregat
hanya hanya sebagai tempat tumbuh saja tidak menyediakan makanan bagi tanaman,
sehingga bercocok tanam dengan sistem hidroponik mutlak memerlukan pupuk
sebagai sumber makanan bagi tanaman.
3. Prospek
usaha tanaman hidroponik salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian
yang layak disebarluaskan. Hal ini disebabkan oleh semakin langkanya sumberdaya
lahan, terutama akibat perkembangan sektor industri dan jasa, sehingga kegiatan
usaha pertanian konvensional semakin tidak kompetitif karena tingginya harga
lahan.
4. Beberapa
kelebihan sistem hidroponik dibanding dengan media tanah adalah kebersihan
lebih mudah terjaga, tidak memerlukan pengelolaan tanah, penggunaan pupuk dan
air lebih efisien, tidak tergantung musim, tingkat produktivitas dan kualitas
cukup tinggi dan seragam, tanaman dapat dikontrol dengan baik, dapat diusahakan
di tempat yang tidak terlalu luas ataupun dipergunakan sebagai bisnis dengan
luasan yang cukup, kenyamanan kerja dapat ditingkatkan secara ekonomis, dan
diferensiasi produk dapat dilakukan.
Saran
Teknik hidroponik
merupakan solusi dalam bidang pertanian dalam hal penyediaan lahan tanam yang
semakin sempit, namun teknik ini juga memilki kelemahan sehingga perlu peningkatan
demi terciptanya kemajuan dibidang pertanian itu sendiri.
|
Falah, Siswa dan M. Affan Fajar.
2000. Produksi Tanaman dan Makanan dengan Menggunakan Hidroponik Sederhana
hingga Otomatis. IO PPI Jepang [serial online]. http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=200.
Diakses pada tanggal 24 Desember 2011.
Fitter dan Hay. 2000. Hidroponik
Tanaman Buah untuk Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hasim, M. 1995. Hidroponik
Bertanam Tanpa Tanah. http://agungpurnomo.com/tag/hidroponik.
Diakses pada tanggal 24 Desember 2011.
Kementrian Tenaga, Air dan
Komunikasi (KTAK). 2006. Hidroponik. Kementrian Tenaga, Air dan Komunikasi
(KTAK) [serial online]. http://www.idesa.net.my/modules/news/article.php?storyid=733.
Diakses pada tanggal 24 Desember 2011.
Lakitan, Hakim . 1996.
Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta : Universitas Indonesia (UI Press ).
Lingga, P., dan Marsono. 2004.
Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nicholls, R. E. 1995. Hidroponik
Tanaman Tanpa Tanah. Penabur. Jakarta.
Palungkun H. dan Yovita, H.I.
1999. Paprika, Hidroponik dan Nonhidroponik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sibrani, Sahat M. 2006. Analisis
Sistem Hidroponik NFT pada Tanaman Budidaya Selada. Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatra Utara.
Williams, C.N., J.O Uzo, dan
W.T.H Peregrine. 1993. Produksi Sayur-sayuran di Daerah Tropika. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Winarso, Sugeng. 2005. Dasar dan
Kualitas Tanah. Kesuburan Tanah. Gava Media : Yogyakarta. Hal 18 – 19.
365SBOBET Situs Agen SBOBET , Agen Bola Terpercaya di Indonesia
ReplyDelete365SBOBET adalah Agen Sbobet Terpercaya Indonesia, Situs Agen Bola Resmi Online Casino Terbaik Official Partner kami adalah Barcelona dan Liverpool.
http://104.161.33.124
Buruan Daftarkan DIri anda di 365SBOBET & menangkan Ratusan Juta Rupiah Setiap Harinya!!!
Bonus Pendaftaran Member Baru 20% Maksimal s/d 1 Juta Rupiah
Bonus Next deposit 5%
Bonus Rollingan 0.5%
Bonus Cashback 5%
Dengan Minimal deposit untuk mendapatkan Bonus Hanya 50 ribu
Deposit hanya Rp. 25.000
Whatsapp : 0823.6134.6235