Pendahuluan
Masalah lingkungan yang dihadapi dewasa ini pada dasrnya adalah masalah ekologi
manusia. Masalah itu timbul karena perubahan lingkungan yang menyebabkan
lingkungan itu kurang sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia. Jika hal
ini tidak segera diatasi pada akhirnya berdampak kepada terganggunya
kesejahteraan manusia. Kerusakan lingkungan yang terjadi dikarenakan eksflorasi
sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa memperhatikan
kelestarian lingkungan. Kerusakan lingkungan ini telah mengganggu proses alam,
sehingga banyak fungsi ekologi alam terganggu.
Masalah lingkungan tidak berdiri sendiri, tetapi selalu saling terkait
erat. Keterkaitan antara masalah satu dengan yang lain disebabkan karena sebuah
faktor merupakan sebab berbagai masalah, sebuah faktor mempunyai pengaruh yang
berbeda dan interaksi antar berbagai masalah dan dampak yang ditimbulkan
bersifat kumulatif (Soedradjad, 1999). Masalah lingkungan yang saling terkait
erat antara lain adalah populasi manusia yang berlebih, polusi, penurunan
jumlah sumberdaya, perubahan lingkungan global dan perang.
Kehidupan
manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya. Baik lingkungan alam
maupun lingkungan sosial. Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan
sekitar. Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan.
Menurut UU no. 32 tahun 2009, “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”. Untuk persoalan lingkungan hidup, manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Karena pengelolaan lingkungan hidup itu sendiri pada akhirnya ditujukan buat keberlangsungan manusia di bumi ini. Kerusakan lingkungan hidup terjadi karena adanya tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung sifat fisik dan/atau hayati sehingga lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan (KMNLH, 1998).
Menurut UU no. 32 tahun 2009, “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”. Untuk persoalan lingkungan hidup, manusia mempunyai peranan yang sangat penting. Karena pengelolaan lingkungan hidup itu sendiri pada akhirnya ditujukan buat keberlangsungan manusia di bumi ini. Kerusakan lingkungan hidup terjadi karena adanya tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung sifat fisik dan/atau hayati sehingga lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan (KMNLH, 1998).
Pembahasan
Faktor
penyebab kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Faktor Alam dan Faktor
Manusia.
a. Kerusakan Lingkungan Hidup Faktor
Alam
Bentuk
bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah menimbulkan
dampak rusaknya lingkungan hidup. Salah satunya adalah gempa bumi dan gelombang
tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias. Peristiwa alam
lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain : Letusan
gunung berapi, , dan Angin topan. Peristiwa-peristiwa alam tersebut yang
menimbulkan kerusakan pada lingkunga hidup.
b. Kerusakan Lingkungan Hidup Faktor
Manusia
Manusia
sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian
lingkungan hidup. Namun sayang, manusia yang seharusnya menjaga kelestarian
bumi seringkali melakukan hal yang sangat merugikan bumi itu sendidiri,
tindakan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan
generasi berikutnya. Manusia merupakan salah satu kategori faktor yang
menimbulakan kerusakan lingkungan hidup. Bentuk kerusakan yang di timbulkn oleh
manusia adalah:
- Terjadinya
pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya
kawasan industri.
- Terjadinya
banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan
kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
- Terjadinya
tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak
langsung juga membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
- Penebangan
hutan secara liar (penggundulan hutan).
- Perburuan
liar.
- Merusak
hutan bakau.
- Penimbunan
rawa-rawa untuk pemukiman.
- Pembuangan
sampah di sembarang tempat.
- Bangunan
liar di daerah aliran sungai (DAS).
- Pemanfaatan
sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
Dampak
kerusakan lingkungan
Dari kerusakan
yang di timbulkan oleh manusia banyak dampak yang ditimbulkan salahsatunya
adalah dampak Kerusakan Lingkungan Terhadap Pemanasan Global Kerusakan demi
kerusakan tersebut menyebabkan terjadinya pemanasan global. Konsentrasi gas-gas
tertentu yang dikenal sebagai gas rumah kaca, terus bertambah di udara akibat
tindakan manusia melalui kegiatan industri, khususnya CO2 dan chloro
fluorocarbon. Yang terutama adalah karbon dioksida, yang umumnya dihasilkan
dari penggunaan batubara, minyak bumi, gas, penggundulan hutan, serta
pembakaran hutan. Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri,
sedangkan emisi metan disebabkan oleh aktivitas industri dan pertanian.
Chlorofluorocarbon (CFC) merusak lapisan ozon seperti juga gas rumah kaca
menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang dihapus dalam Protokol Montreal.
Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah gas-gas polutif
yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas dari matahari.
Proses pemanasan
global dipicu oleh adanya efek rumah kaca, dimana energi dari matahari memacu
cuaca dan iklim bumi serta memanasi permukaan bumi; sebaliknya bumi
mengembalikan energi tersebut ke angkasa. Gas rumah kaca pada atmosfer (uap
air, karbon dioksida dan gas lainnya) menyaring sejumlah energi yang
dipancarkan, menahan panas seperti rumah kaca. Tanpa efek rumah kaca natural
ini maka suhu akan lebih rendah dari yang ada sekarang dan kehidupan seperti
yang ada sekarang tidak mungkin ada. Jadi gas rumah kaca menyebabkan suhu udara
di permukaan bumi menjadi lebih nyaman sekitar 60°F/15°C. Tetapi permasalahan
akan muncul ketika terjadi konsentrai gas rumah kaca pada atmosfer bertambah.
Sejak awal revolusi industri, konsentrasi karbon dioksida pada atmosfer
bertambah mendekati 30%, konsetrasi metan lebih dari dua kali, konsentrasi asam
nitrat bertambah 15%. Penambahan tersebut telah meningkatkan kemampuan
menjaring panas pada atmosfer bumi. Mengapa konsentrasi gas rumah kaca
bertambah? Para ilmuwan umumnya percaya bahwa pembakaran bahan bakar fosil dan
kegiatan manusia lainnya merupakan penyebab utama dari bertambahnya konsentrasi
karbon dioksida dan gas rumah kaca.
Sementara lautan
dan vegetasi yang bertugas menangkap banyak CO2 tidak mampu mengimbangi
pertambahan CO2 dari kegiatan manusia di bumi, hal ini berarti bahwa jumlah
akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara bertambah setiap tahunnya
dan berarti mempercepat pemanasan global. Sepanjang seratus tahun ini konsumsi
energi dunia bertambah secara spektakuler, dimana sekitar 70% energi dipakai
oleh negara-negara maju; dan 78% dari energi tersebut berasal dari bahan bakar
fosil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan yang mengakibatkan sejumlah
wilayah terkuras habis dan yang lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu,
jumlah dana untuk pemanfaatan ”energi tak dapat habis” seperti matahari, angin,
biogas, air, khususnya hidro mini dan makro, baik di negara maju maupun miskin
tetaplah rendah (dalam perbandingan dengan bantuan keuangan dan investasi yang
dialokasikan untuk bahan bakar fosil dan energi nuklir). Padahal sumber energi
ini dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
Penggundulan
hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon, menyebabkan emisi karbon
bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus hidrologis,
sehingga mempengaruhi kesuburan tanah. Padahal tanah mengandung karbon sebanyak
24 milyar ton dan hutan Indonesia menyumbangkan emisi CO2 sebesar 2.6 milliar
ton per tahun, walaupun juga mengandung 19 milliar ton carbon.
Jika diamati
maka sumber pencemar utama adalah transportasi, kebakaran hutan, limbah rumah tangga,
limbah tambang, dan limbang industri. Selama 1985 – 2000 jumlah kendaraan
sebagai sarana transportasi meningkat dari 1.2 juta menjadi 19 juta. Pada tahun
1985 – 1997 seluas 20 juta hektar hutan terbakar dan dibakar, dan pada tahun
1997-1998 luas hutan yang terbakar dan dibakar sebesar 10 juta hektar. Dalam
hal limbah rumah tangga – hanya 3-5% yang punya akses saluran limbah rumah
tangga, sehingga menyumbangkan Emisi CO2 sebanyak 35 juta ton CO2. Pertambangan
menyumbang limbah seperti tailing dan merkuri dalam jumlah yang besar,
sedangkan industri lainnya menyumbangkan limbah cair (black liquor) karena system
daur ulang limbah yang tidak ada, tidak lengkap, atau tidak baik dan juga
menyumbangkan Emisi CO2 sebanyak 275 juta ton per tahun.
Terjadinya Global
Warming diakibatkan oleh adanya kebijakan pemerintah yang tidak tepat.
Pengelolaan hutan yang salah dan menyebabkan hutan tropis hancur serta tidak
memberikan manfaat yang signifikan baik bagi pemerintah maupun bagi penduduk di
sekitarnya. Yang mengeruk keuntungan adalah pengusaha yang secara semena-mena
telah menghancurkan hutan yang menjadi tempat menyimpan air dan penghasil
oksigen bagi mahluk hidup dan tempat hidup flora dan fauna. Pengelolaan yang
salah menyebabkan bencana banjir dan dampak lingkungan lain, rakyat yang sudah
miskin tetap miskin dan bahkan menjadi lebih miskin karena hutannya sudah
hancur. Bertambahanya suhu global yang tidak dapat dicegah lagi dan bahwa
perubahan iklim mungkin sudah terjadi sekarang. Selain itu penyebab utamanya adalah
adanya konsumsi yang berlebihan. Bukan oleh 80% penduduk miskin di 2/3 belahan
bumi, tetapi oleh 20% penduduk kaya yang mengkonsumsi 86% dari seluruh sumber
alam dunia. Program konversi minyak tanah menjadi gas juga dapat diambil
sebagai contoh bahwa ketidaksiapan pemerintah secara infrastruktur dan juga
sosialisasi, menyebabkan banyak orang desa menggunakan lagi kayu bakar dengan
merambah hutan, karena untuk memasak mereka sulit memperoleh minyak tanah dan
gas, serta harga gas terus membumbung tinggi. Kampanye dalam rangka Pemilu juga
memacu kerusakan lingkungan, karena penyumbang dana pemilu bisa jadi disumbang
oleh pengusaha pembalakan hutan liar sebagai upaya pencucian uang.
Upaya
Penanganan
Lalu apa yang
dapat kita lakukan? Sebagai bagian dari populasi dunia, maka yang kita lakukan
di Indonesia yang merupakan paru-paru dunia akan sangat berdampak pada dunia.
Tetapi pemerintah yang mempunyai kekuatan secara politis perlu mengembangkan
struktur yang dapat melindungi lingkungan global dengan melakukan lobi-lobi
lembaga-lembaga internasional seperti PBB dan ikut mendukung persetujuan
internasional seperti Protokol Kyoto. Keutuhan lingkungan yang nyata hanya akan
dicapai dengan upaya terpadu dari semua pihak. Krisis lingkungan pada dasarnya
adalah krisis nilai. Kita membutuhkan suatu model sikap untuk melihat dunia
secara berbeda. Pendidikan diperlukan agar masyarakat waspada tidak saja
terhadap lingkungan yang mengancam planet tetapi juga waspada terhadap misteri
yang mendasari eksistensi planet. Menjaga lingkungan hidup berarti ajakan untuk
memperhatikan semua ciptaan dan untuk menjamin kegiatan manusia, sambil
mengolah alam, manusia tidak merusak keseimbangan dinamika yang ada di antara
semua makhluk hidup yang bergantung pada tanah, udara dan air bagi
keberadaannya.Proses pemanasan global
Isyu lingkungan
hidup telah menjadi inti pemikiran sosial, politik dan ekonomi karena degradasi
yang seringkali menyebabkan penderitaan kelompok miskin dari masyarakat. Resiko
akibat perubahan iklim dan bertambahnya bencana alam mendorong untuk
mempersoalkan kembali keyakinan masyarakat modern. Berkembangnya gap antara
kaya dan miskin tidak boleh membuat orang acuh tak acuh dan mencegah penggunaan
berlebihan sumber-sumber alam dan mencegah percepatan hilangnya
spesies-spesies.
Upaya-upaya yang
dapat dilakukan antara lain membuat sebanyak mungkin sumur resapan air yang
dapat menampung air hujan, menyelamatkan hutan mangrove di pantai pantai
Indonesia, menghentikan reklamasi pantai dan juga meminta bertanggung jawab
terhadap yang sudah mereka lakukan dengan cara membiayai penghutanan kembali
pantai pesisir sebagai kompensasi, membenahi kebijakan pengelolaan hutan yang
berpihak kepada rakyat dengan melibatkan masyarakat untuk menjaga hutan di
daerahnya masing-masing, menanam pohon yang tepat yang bertujuan reintroduksi
dan konservasi, misalnya untuk Kalimantan dipilih tumbuhan endemik Kalimantan
yang sudah hampir punah, seperti Meranti, Ramin, dan lain-lain, serta merancang
cara melindungi sumber-sumber alam. Juga dapat dilakukan pengurangan penggunaan
air, pembakaran barang-barang yang tidak dapat didaur ulang, emisi CFC dan
emisi pengganti CFC dengan tidak menggunakan aerosol dan menggunakan energi
efisien, dan juga pengurangan penggunakan listrik dengan menggunakan lampu
hemat energi.
Bahkan baik
secara pribadi maupun dengan komunitas, kita dapat mempraktekkan tiga hal
berikut, yaitu :
1. Mendaur
ulang atau menggunakan kembali barang-barang yang tidak dipaket, mencari merk
yang memperhatikan lingkungan, mendaur ulang segala yang dapat didaur ulang
seperti plastik, kupasan buah segar dan sayur mayur, kertas dan kardus, gelas
dan kaleng.
2. Memulai
dengan membuat kompos, tambahkan cacing dan juga daun-daun, ranting-ranting dan
kotoran dari kebun dan kompos itu akan menjadi pupuk alam untuk tanah.
3. Mendorong
industri kerajinan untuk menjalankan tanggungjawab bagi daur ulang bahanbahan
sisa dan alat-alat elektro seperti tv dan komputer.
Terlepas dari
pro dan kontra, hal yang terpenting adalah bahwa pemerintah harus berbenah diri
dalam menerapkan kebijakan yang pro lingkungan dan berperan aktif dalam merubah
paradigma pembangunan yang selama ini tidak ramah lingkungan menjadi
sebaliknya, agar anggapan dunia luar maupun dalam negeri terhadap pemerintah
yang dinilai tidak pandai merawat hutan, sehingga tanah yang tadinya subur
kemudian diperas habis-habisan demi kepentingan selapis tipis kaum elite dapat
dieliminir dan keseluruhan hasil yang diperoleh dari kekayaan alam dalam bumi
Indonesia dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk masyarakat Indonesia.
Selamatkan bumi kita
Daftar Pustaka
Soedradjad, R. 1999. Sistem
Informasi Manajemen. UI Press, Jakarta.
No comments:
Post a Comment